Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Minggu, 28 Juni 2020

Pak Acui Duta Filateli Indonesia

Pak Acui dan Dagangannya (dok. pribadi)

Beberapa waktu yang lalu, Pesta Olah Raga ASEAN (SEA Games) di Filipina berhasil terselenggara dengan baik. Indonesia menggondol lebih dari 70 medali emas. Itu artinya, lebih dari 70 kali bendera sang merah putih dikibarkan diiringi lagu Indonesia Raya menyertai penyerahan medali emas kepada atlet Indonesia.Belum lagi untuk pertandingan sepak bola, karena setiap negara yang tampil bertanding selalu diperkenalkan juga bendera nasional dengan lagu kebangsaan negara yang bersangkutan. Yang patut dipahami, bahwa selain Kepala Negara yang berkunjung ke suatu negara, para atlet yang gagah pekasa itu juga punya andil menjunjung nama bangsa dan negara. Lalu, bagaimana dengan kita, dan lingkungan sekitar kita? Apakah kita warga negara yang cuma bisa buat onar dan pembuang sampah sembarangan, sehingga turis mancanegara enggan datang kemari?. Sebenarnya banyak cara untuk berbakti dan menjaga nama bangsa dan negara. Minimal, jadilah orang baik dan selalu taat pada aturan dan perundang-undangan yang berlaku adalah merupakan andil kita yang tak ternilai harganya. Tetapi ada sosok yang dengan pilihan hidupnya, punya peran besar dalam memperkenalkan bangsa dan negara Republik Indonesia ke seantero dunia. Dia adalah lelaki yang dilahirkan pada tahun 1936 di desa Praya, Nusa Tenggara Barat. Namanya Chan Chen Chun, yang kemudian berubah menjadi Yusuf Toni. Menurut penuturannya, sejak usia memasuki SLTA, dia pindah merantau sendirian ke Surabaya. Ketika perbekalan yang dia bawa mau habis, dia putar otak berusaha untuk mencari tambahan penghasilan. Dari seorang kenalannya, dia disarankan untuk menjual serta memasok benda filateli ke Hong Kong. Karena dia mengerti bahasa Mandarin secara lisan dan tulisan, maka mulailah dia menjadlin sahabat pena dengan pegiat filateli di Hong Kong itu. Penjualan benda filateli Indonesia dia lakukan secara rutin setiap kali terbit baru atau kalau ada pesanan yang lama. Ketika reputasinya mulai dikenal, oleh seorang pegiat filateli Jakarta dia diajak pindah ke Jakarta untuk membantu mengelola bisnis filateli miliknya. Sejak itulah Pak Acui atau dikenal juga dengan Ko Acui, memulai bisnis di bidang filateli dengan menjalin tukar-menukar bersama para pegiat yang sama di seluruh dunia. Perlu diketahui, bahwa benda filateli terdiri dari perangko dan benda pos lainnya, misalnya sampul surat dan kartupos. Dengan tukar-menukar perangko dan benda pos lainnya melalui surat-menyurat antar para pehobi dan pegiat filateli, Pak Acui berhasil menapaki hidupnya yang mapan sederhana dan masih cukup enerjik dalam usianya yang sudah mencapai 83 tahun. Setiap hari Kamis dan Sabtu, Pak Acui rutin mengunjungi Kantor Pusat Filateli di Jalan Pos, Pasar Baru Jakarta, karena dia memiliki kios untuk penjualan benda-benda filateli.
Pak Acui Melayani Pembeli (dok. pribadi)

Melalui surat-menyurat dan tukar menukar benda filateli serta memasok ke agen-agen filateli di luar negeri, sebenarnya Pak Acui telah berhasil memperkenalkan Indonesia ke berbagai penjuru dunia. Bahkan untuk memperkaya barang dagangannya itu. Pak Acui mengerahkan namanya sendiri Chan Chen Chun dan Yusuf Toni, nama isterinya, serta dua anaknya untuk korespondensi ke luar negeri. Karena dalam benda filateli tergambar fakta mengenai peta bumi, lambang negara, bendera nasional, kekayaan alam, seni budaya dan sebagainya mengenai Indonesia, berarti telah disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia selama puluhan tahun oleh Pak Acui. Ketekunan Pak Acui yang rajin dan menjiwai dengan baik profesinya sebagai pedagang filateli ternyata tak kalah dengan para atlet yang berjuang di bidang olah raga. Bahwa setiap bidang pekerjaan yang ditekuni dengan seksama ternyata bisa memberikan penghasilan yang lumayan. Bahkan dari reputasinya itu, mungkin Pak Acui layak sekiranya mendapatkan penghargaan dari negara karena perannya yang aktif sekeluarga memperkenalkan Indonesia melalui benda filateli. Kepada Pak Acui kiranya layak disematkan gelar sebagai duta filateli Indonesia. Pertimbangannya, karena dia membeli perangko besar-besaran secara teratur dan mengirim ke pelbagai alamat di luar negeri melalui pos. Dia juga menyewa dua PO BOX di Kantor Pos untuk kemudahan alamat surat menyurat, serta menjual hasil tukar menukar dengan sahabat penanya di lapak atau kios yang disewa di Pusat Filateli Jakarta. Dan hebatnya, lebih dari enam dekade hidupnya diabdikan secara setia dan penuh dedikasi dalam dunia filateli, dengan melakukan surat menyurat ke luar negeri sebanyak rata-rata 20 surat setiap minggunya. ***** [Penulis adalah pehobi filateli dan anggota filatelis Cabang Jakarta]