Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Selasa, 21 Agustus 2012

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut antara lain mengutip pendapat cendekiawan muslim,Ibnu Chaldun,yang membagi setiap zaman atas tiga kelompok generasi. Yang pertama,setiap zaman akan muncul generasi pendobrak. Kemudian muncul generasi yang kedua,generasi pembangun. Dan yang ketiga,generasi penikmat. Arief Gunawan mencoba membagi kondisi Indonesia ke dalam konsep Ibnu Khaldun tersebut. Generasi pendobrak di representasikan oleh kaum muda terpelajar angkatan 1928 dan kemudian angkatan 1945. Generasi pembangun disimbolkan dengan sosok Soeharto sedangkan generasi yang berlangsung saat ini di representasikan ke dalam generasi penikmat.
Agaknya pendapat tersebut perlu diperdebatkan lebih lanjut. Benarkah generasi 1928 dan 1945 sebagai generasi pendobrak?. Lalu,benarkah era Soeharto sebagai generasi pembangun,dan generasi sekarang sebagai generasi penikmat?. Angkatan 1928 dan 1945 sebagai generasi pendobrak,barangkali tidak seorang pun yang mengingkari. Tetapi zaman Soeharto diklaim sebagai generasi pembangun perlu di telaah lebih cermat tetapi tetap dengan kepala dingin. Seolah – olah hanya zaman Soeharto ada pembangunan. Padahal kenyataannya,sejak Presiden Soekarno,bangsa Indonesia sudah melaksanakan pembangunan dengan konsep “pembangunan nasional semesta berencana” yang di mulai pada tahun 1961. Karena terjadi peristiwa G 30 S pada tahun 1965, Presiden Soekarno menyatakan pembangunan mengalami kemunduran selama 13 tahun. Peristiwa G 30 S adalah titik balik masa pembangunan yang dirintis oleh generasi pendobrak dengan politik berdikarinya. Hasil generasi pendobrak,barangkali bisa kita saksikan antara lain keutuhan NKRI dari Sabang – Merauke seperti wujudnya sekarang ini. Penyelesaian terhadap pemberontakan bersenjata dan pembebasan Irian Barat ke pangkuan NKRI,pendirian perguruan tinggi di setiap ibukota provinsi,pembangunan Istora Bung Karno,Monas (Monumen Nasional),Masjid Istiqlal,dan beberapa lagi adalah contoh hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh generasi pendobrak. Keberhasilan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung (1955),Asian Games ke IV di Jakarta (1962),GANEFO I (1963),Konferensi Islam Asia Afrika di Bandung (1965) adalah juga prestasi lain dari generasi ini,Generasi Pendobrak. Pembangunan obyek – obyek vital dan bersejarah tersebut sebenarnya mempunyai multiplier effect terhadap perekonomian baik selama pembangunan maupun sesudahnya.  Memerlukan waktu dua puluh tahun untuk menuntaskan perjuangannya,tetapi kemudian terputus secara kontroversial setelah munculnya rezim Orde Baru yang di representasikan sebagai kekuasaan Soeharto. Selama zaman Soeharto memang ada RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUNAN yang disusun secara sistematis sesuai teori yang umum berlaku. Tetapi bagaimana hasilnya setelah menghabiskan waktu lebih dari 30 tahun melalui kekuasaan secara terus – menerus dan tan tanpa terputus yang di peroleh dengan berbagai trik dan tipu daya ?. Semua faktanya dapat dievaluasi melalui berbagai parameter yang terukur secara kuantitatif maupun kualitatif .
  Ukuran Pembangunan
Ukuran pembangunan sebenarnya bisa dilihat dari berbagai aspek. Antara lain,berapa lama waktu yang telah dihabiskan,berapa banyak aset dan  kekayaan alam yang telah dikorbankan,berapa utang dan bantuan asing telah dihabiskan,lalu bagaimana hasil akhirnya. Hasil akhir inilah yang merupakan tolok ukur apakah benar suatu rezim telah melakukan pembangunan. Atau barangkali sebaliknya,terjadinya pembangkrutan dan ketergantungan secara sistematis kepada pihak asing. Pertumbuhan ekonomi yang sering didengung – dengungkan sebesar 7% pertahun ternyata hasil akhirnya hanya berupa krisis ekonomi dan dekadensi di berbagai bidang. Sebagai akibatnya,rezim Soeharto dipaksa mundur oleh aksi massa yang merebak di berbagai pelosok tanah air yang menginginkan perubahan secepatnya.
Sekiranya selama tiga dekade  kemarin itu benar – benar terjadi pembangunan yang hakiki,mungkin generasi yang seharusnya sebagai penikmat tidak ada lagi yang mengalami kelaparan,pengangguran,kurang gizi,dan lain – lain yang serba tuna seperti  dialami sekarang ini. Malah dalam kenyataannya telah terjadi lagi generasi pendobrak yang bisa dikategoriksn  jilid tiga karena harus menumbangkan rezim otoriter dan korup. Perilaku korupsi ini tidak tanggung – tanggung .Korupsi kekuasaan,korupsi politik,apalagi korupsi uang adalah makanan sehari – hari bagi yang berkuasa dan punya kedudukan. Saking meratanya perilaku korup ini,sehingga hampir tidak pernah ada pelaku yang ditindak secara moral apalagi secara hukum. Sebab sekitar lembaga hukum itu sendiri juga gudangnya peluang korupsi. Oleh karena itu,generasi ini lebih tepat disebut sebagai generasi korup sekaligus generasi penikmat ,karena menikmati hasil korupsinya tersebut. Sebagai akibatnya,timbullah kesenjangan, yang kaya semakin kaya,yang miskin tetap tertinggal jauh. Fakta ini terbukti ketika rezim ini jatuh pada 1998,disertai dengan tindak kekerasan,pengrusakan,penggarongan,dan penjarahan oleh massayang terjadi di mana – mana. Seolah – olah Tuhan menunjukkan,itulah hasil pembangunan selama tiga dekade yang sebenarnya.
Kesimpulan
  Sesuatu memang nampak berbeda tergantung dari sudut mana melihatnya. Tetapi,perbedaan itu tidak boleh mengada – ada,apalagi merekayasa dan menutup – nutupi. Sebab apabila ini di lakukan,berarti terjadi penipuan dan pembohongan publik yang bisa menjurus ke arah korupsi informasi dan korupsi kekuasaan sekiranya hal ini dilakukan oleh penguasa. Tetapi cara pandang juga tidak boleh untuk tujuan memfitnah,karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Seyogyanya,apabila pelaksanaan pembangunan berhasil,maka generasi penikmat hanya tinggal menikmati,meneruskan,dan lebih bisa meningkatkan lagi. Bukan sebaliknya,karena kondisi seperti yang kita alami sekarang ini adalah merupakan hasil sebuah proses dari generasi sebelumnya.
Ketika generasi pendobrak dijatuhkan oleh rezim Orde Baru pada tahun 1965/1966,kekayaan alam bangsa Indonesia masih melimpah karena politik BERDIKARI. Setelah Orde Baru berkuasa,dibuatlah UU Penanaman Modal Asing dan tereksploitirlah kekayaan alam itu (emas,tembaga,nikel,minyak dan gas bumi,hutan,dan lain – lain) secara membabi buta.Tetapi herannya,pemerintahan yang sangat kuat itu telah membuat negara menjadi miskin,daya saing rendah,dan timbulnya separatis Organisasi Papua Merdeka (1974) dan Gerakan Aceh Merdeka (1976). Sehingga, gelar Bapak Pembangunan yang pernah diberikan kepada Soeharto juga perlu dipertanyakan keabsahannya apabila mempelajari kenyataan di atas. Jadi sebenarnya,generasi setelah 1998 ini adalah juga masih generasi pendobrak jilid ketiga setelah generasi 1928 dan 1945. Semoga bangsa Indonesia tidak salah jalan lagi dan berhasil dalam menapaki jalan mencapai masyarakat adil dan makmur secepatnya sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan cita – cita Proklamasi 17 Agustus 1945 !.
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar