Beberapa tahun yang lalu, Agus Dermawan T, kritikus seni yang banyak
menulis di media massa, mengusulkan gagasan agar Bangsa Indonesia mempunyai Hari
Kesenian Nasional yang bisa diperingati setiap tahun sebagaimana hari-hari
nasional yang lain.
Gagasan tersebut bagus sekali dan patut mendapat apresiasi. Bangsa yang
besar ini patut memiliki Hari Kesenian Nasional atau
tepatnya barangkali Hari Seni-Budaya Nasional. Disamping akan diperingati secara nasional,
momentum tersebut akan dijadikan forum pengembangan segala bentuk kesenian
dan kebudayaan nasional,
dan forum pengingat agar kekayaan seni budaya nasional dapat dilestarikan dan
tidak mudah dicuri bangsa lain sebagaimana yang dialami terhadap kekayaan alam
kita. Wilayah negeri yang demikian luas dan terpisah oleh ribuan pulau yang
dihuni oleh berbagai suku bangsa dengan beragam adat istiadat serta keyakinannya,
sangat kaya akan seni budaya yang berbeda-beda dan perlu dilestarikan
eksistensinya. Bangsa yang besar ini memang perlu dipersatukan melalui dunia
seni dan budaya, karena dunia seni dan budaya dapat menembus batas permusuhan
dan dapat membelah sekat-sekat perbedaan.
Dia mengusulkan, agar penetapan Hari Kesenian Nasional tersebut
didasarkan atas pemilihan hari lahir tiga seniman lukis kenamaan Indonesia.
Yang pertama adalah Raden Saleh yang dianggap sebagai perintis seni lukis di
Indonesia dan pernah mengabadikan peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro
oleh penjajah Belanda ke dalam lukisan. Kemudian yang kedua, Sudjojono yang banyak melukis
peristiwa-peristiwa bersejarah selama masa revolusi mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia. Selain itu, dia juga mengajukan nama pelukis yang
ketiga, yaitu Affandi
yang sudah cukup terkenal di dunia Internasional.
Tanpa bermaksud mengecilkan ide, gagasan
dan usulan tersebut, penulis berpandangan bahwa tanggal yang tepat
untuk menetapkan Hari Seni-Budaya Nasional adalah
dikaitkan dengan momentum bersejarah yang menyangkut kegiatan seni-budaya
nasional. Atau dikaitkan dengan tokoh nasional yang sangat berhubungan dengan dunia
seni-budaya bangsa. Oleh karena itu penulis mengusulkan agar Hari Seni-Budaya Nasional ditetapkan tanggal 6 Juni, bertepatan
dan bahkan mengambil hari lahir DR.Ir. Soekarno atau yang lebih dikenal
dengan Bung Karno.
Dasar pertimbangan
yang dapat penulis kemukakan adalah seperti
diuraikan berikut
ini.
Pertama, Bung Karno adalah salah
seorang Proklamator Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tokoh yang patut digali
suri-tauladannya untuk dijadikan panutan bagi segenap bangsa Indonesia.
Bukan bermaksud mengkultuskan, melainkan semata-mata hanya menempatkan sebagai
sosok sumber inspirasi khususnya bagi generasi muda.
Kedua,Bung Karno merupakan salah
seorang Bapak Bangsa dan pendiri negeri ini. Hanya pemimpin yang berjiwa
seniman yang mampu mendirikan,
mempersatukan dan mempertahankan negeri yang luas dan sangat plural dalam
berbagai hal ini.
Sebagaimana pernah dimuat di majalah
Tempo beberapa tahun yang lalu, bahwa Jenderal Besar AH.Nasution sangat
mengagumi dua orang yang pernah dia tahu dan kenal. Yang pertama adalah seorang
Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang telah menciptakan hegemoni wilayah Hindia
Belanda. Dan yang kedua adalah Bung Karno, yang mewarisi wilayah Hindia Belanda
yang luas ini, melalui Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan
mampu mempertahankan serta mempersatukannya sebagai Indonesia dengan wilayah
dari Sabang sampai Merauke.
Ketiga, Bung Karno adalah Presiden Pertama Republik Indonesia yang sangat
menghargai seni. Ini terbukti antara lain banyaknya koleksi benda seni
(lukisan, patung dan lain-lain) yang tersimpan di Istana Kepresidenan. Karena
kekhawatiran raib oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, koleksi ini
pernah dibukukan. Namun sayang sekali dicetak sangat terbatas dan harganya
cukup mahal sehingga tidak banyak yang memiliki. Padahal, semua koleksi ini
sangat penting diketahui oleh segenap bangsa Indonesia, sekalipun hanya melalui
buku.
Keempat, Bung karno terlahir pada
angka serba enam, yaitu tanggal 6 bulan enam. Angka enam melambangkan sifat
Astroid yang memiliki keutamaan perilaku rajin, pandai dan tanggap. Dalam
pengertian talenta, angka 6 sebagaimana angka 3 dan 9, adalah termasuk dalam
kelompok talenta seni (lihat buku Total Bung Karno, Roso Daras, Mei 2013).
Terbukti bahwa sampai tahun 1950an Bung
Karno masih menekuni hobi melukis. Lukisan-lukisannya dinilai benar-benar apik,
bercorak dekoratif dan berdaya magis bagi siapa saja yang melihatnya. Bung Karno
juga sangat akrab dengan para pelukis Indonesia. Bahkan Bung
Karno pernah
menunjuk Henk Ngantung, seorang seniman pelukis, sebagai Gubernur DKI Jakarta
karena berkeinginan terciptanya kota Jakarta yang indah dan berbudaya. Bung
Karno juga memberdayakan para seniman pematung untuk mengekspresikan karyanya
melalui pesanan beliau dalam rangka memperindah kota Jakarta. Maka terciptalah
antara lain patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, patung Denok
karya Trubus di kompleks Istana Bogor dan patung Pembebasan Irian Barat yang
berdiri perkasa di lapangan Banteng Jakarta.
Kelima, Bung Karno sangat menyukai
Tari Lenso asal Minahasa dan Maluku dengan iringan musik berirama tetap:
cha-cha, yang dimainkan grup musik yang terdiri atas anggota DKP (Detasemen
Kawal Pribadi). Kelompok tersebut selalu dibawa kemana-mana,
termasuk apabila ke luar negeri karena merupakan anggota Pasukan Pengawal Presiden.
Keenam, karena
perhatiannya
yang besar terhadap dunia seni juga sangat dipahami oleh para pemimpin
dunia. Hal ini terbukti antara lain adanya hadiah patung wanita telanjang dari
Presiden Yugoslavia Josef Broz Tito yang tersimpan dan menjadi hiasan Istana
Bogor sampai sekarang. Bung Karno dalam setiap kunjungannya ke luar negeri,
hampir selalu menyempatkan bertemu dengan kelompok seniman. Sebagai contoh,
Bung Karno menyempatkan mengunjungi Hollywood ketika kunjungan kenegaraan ke
Amerika Serikat dan bertemu dengan para pegiat seni perfilman negara adidaya
tersebut.
Ketujuh, ketika dibuang ke Ende (P.
Flores) oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1934-1938, Bung Karno juga
menunjukkan bakat dan kemampuannya berkesenian dengan membentuk
klub sandiwara (tonil) yang diberi nama Kelimutu Toneel Club. Selama kurun
waktu tersebut telah dipentaskan 13 karya asli Bung Karno dengan dukungan
pemain yang terdiri atas para nelayan, tukang jahit, petani dan masyarakat
kalangan bawah.
Kedelapan, Bung Karno pernah
menyampaikan visinya dalam mencapai kejayaan Indonesia yang terkenal dengan
TRISAKTI, yaitu : berdaulat dalam politik, berdiri di atas kaki sendiri
(BERDIKARI)
dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Gagasan tersebut masih
sangat relevan untuk direnungkan, dicamkan dan diusahakan pencapaiannya bagi
generasi penerus yang mencintai negeri ini.
Kesembilan, makin lengkap jiwa seniman
yang dimiliki Bung Karno apabila diperhatikan cara berpakaiannya dan
kepiawaiannya dalam berpidato, dengan bahasa tubuh serta pilihan kata-kata dan
iramanya yang sangat memukau banyak orang. Penampilannya yang
selalu memesona
bak seniman pentas yang multi bakat.
Kesepuluh, India
punya Hari Guru Nasional yang diperingati secara resmi setiap tahun. Penetapan
hari nasional tersebut ternyata diambil dari tanggal lahir seorang Presiden
India yang mempunyai latar belakang profesi sebagai guru. Karena keuletan dan
kehebatannya, dia berhasil mencapai puncak karir sebagai presiden.
Kesebelas,
Bung Karno adalah penggali Pancasila dari sumber budaya dan tradisi di bumi Nusantara yang kemudian merupakan dasar
Negara dan way of life serta pemersatu bangsa yang sangat majemuk ini. Penggali
butir-butir sila dari Pancasila yang dikemukakan secara memukau pada tanggal 1
Juni 1945 adalah membuktikan karya seorang budayawan sekaligus negarawan.
Keduabelas,
Bung Karno adalah pemilik bulan Juni. Beliau lahir pada tanggal 6 Juni 1945 dan
wafat pada tanggal 21 Juni 1970. Pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan
Pancasila dalam sidang BPUPKI dan pada tanggal 22 Juni 1945 bersama Panitia
Sembilan merumuskan Piagam Jakarta yang kemudian dinyatakan menjiwai Pembukaan
UUD 1945. Terbukti bahwa lahir, karya dan derita Bung Karno ditakdirkan oleh
Tuhan Yang Mahakuasa menyatu dalam suatu bulan tertentu.
Dari beberapa fakta di atas, mungkin
tidak berlebihan apabila hari lahir Bung Karno, tanggal 6 Juni, kita pilih sebagai Hari Seni-Budaya Nasional. Pada hari tersebut dan kelak selama bulan Juni diperingati setiap tahun oleh segenap Bangsa Indonesia
dengan berbagai kegiatan kreativitas berkesenian yang merupakan hasil atau produk
kebudayaan suatu bangsa yang besar ini.***** (Penulis adalah pemerhati masalah seni dan budaya,
kolektor benda filateli dan numismatic/mata uang, lulusan S2 FISIPOL
Universitas Indonesia)