Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Senin, 21 Juni 2021

Cerpen Para Sastrawan Baru


Pepatah Inggris mengatakan: “Birds of the same feather flock together”, yang artinya, burung yang sama bulunya akan hinggap bersama.

Harian Kompas telah berhasil mengumpulkan orang-orang yang mempunyai hobi yang sama dan minat yang sama, yaitu menulis cerpen. Setiap tahun, Kompas menyelenggarakan Kelas Cerpen Kompas. Kali ini Kelas Cerpen Kompas 2018 berhasil mengumpulkan sebanyak kurang lebih 100 orang, 21 orang dari kelas itu telah melahirkan karya pilihannya yang terhimpun dalam tema urban, yang berjudul “Urban (is) Me”. Dengan cover buku yang dibuat menarik karya Adi Putra Febrian yang tidak lain adalah salah seorang cerpenis dalam buku ini. Berlatar belakang pendidikan Seni Rupa dan Desain yang mulai menekuni dunia tulis menulis, berhasil menciptakan desain grafis yang menggambarkan semua tema cerpen yang ada dalam buku. Cerpennya sendiri yang berjudul Aji Mantra, berkisah menarik tentang kecemburuan sosial dan asmara, percaya pada perdukunan yang berakhir tragis sebagai penyesalan menebus dosa.

Tujuan seseorang menulis memang bermacam-macam. Ada yang karena ideologis, misalnya mengenai agama. Tujuan akademis karena tugas sekolah atau kuliah. Tujuan ekonomis, sebagai mata pencaharian. Karena faktor psikologis misalnya menyalurkan perasaan kebahagiaan atau kesedihan. Tujuan politis yang terkait dengan politik praktis juga ada. Karena tujuan pedagogis atau pendidikan. Atau  bertujuan menjaga kesehatan melalui menulis agar tidak mudah pikun. Dan yang paling umum yaitu tujuan praktis, misalnya karena ingin populer.

Agaknya, semua tujuan penulis sudah terangkum dalam kumpulan cerpen ini. Dengan ukuran 14x20 cm dan dicetak ukuran huruf besar dalam format spasi renggang, buku ini enak dibaca oleh segala usia. Apalagi rata-rata penulis hanya bercerita dalam 10 sampai 16 halaman sehingga tidak perlu bertele-tele dan sampai bosan untuk baca satu cerita saja.

Umumnya para cerpenis menyoroti kondisi masyarakat kita yang berkembang akhir-akhir ini. Tentang sulitnya berurusan dengan rumah sakit melalui BPJS sebagaimana yang dikisahkan oleh Sion Pinem yang memang menapaki profesi sebagai penulis. Juga masih ada yang percaya perdukunan dan membuat anak kandungnya sendiri tewas ditangan Ibunya. Kisah memilukan ini bisa dibaca dalam cerpen Sayang Ujang karya Januarsyah Sutan yang berlatar belakang sebagai pengajar Bahasa Inggris. Tentang lelaki bergajul dan yang lupa diri karena nikah siri dan keluarganya menjadi terlantar sebagaimana dikisahkan oleh Renny DJ. Dan ternyata, lelaki Korea pun ada yang tega meninggalkan keluarganya seperti dikisahkan oleh penulis yang berlatar belakang pendidikan Sastra Inggris. Muhamad Aditya berkisah tentang keluarga Korea itu dengan judul cerpen Myung Hee.

Ada beberapa cerpen mengenai jatuh cinta tetapi kemudian kecewa dan menyesal. Sebagai contoh, Ranang Aji SP yang memang seorang pengarang, berkisah tentang lelaki yang jatuh cinta lewat face book, saling merayu dan puja-puji. Tetapi betapa kecewanya, karena begitu bertemu langsung di tempat dan waktu yang disepakati, ternyata mendapatkan sesama lelaki yang kemayu. Cerpen yang agak menggelikan ini ditulis dengan judul yang cukup panjang, Aku Mencintaimu Seperti Khalil Gibran Pada May Zaidah. Insan Budi Maulana yang berlatar belakang sebagai Guru Besar di beberapa Universitas dan  advokat bercerita tentang dialog dua sahabat, seorang pengarang dengan seorang dai yang berhasil berdakwah di daerah terpencil melalui pendekatan pertanian dan peternakan serta toleransi beragama. Tetapi ada juga yang bercerita mengenai sosok pemuda yang sok alim dan tidak toleran yang ditemui di bus umum angkutan kota. Kisah ini diolah oleh Nur Husna Annisa yang menekuni profesi kepenulisan dalam cerpennya yang berjudul “Dismenore di Bus Trans Jakarta”.Mengenai kearifan lokal yang masih berlaku dan dipercayai banyak orang juga mengilhami beberapa cerpenis. Misalnya anak yang lahir sama hari dengan orang tuanya maka ia harus dipisah dengan kedua orangtuanya, ditulis oleh Indah Ariani yang berprofesi di bidang komunikasi dan publikasi dalam cerpennya yang berjudul Ara. Tentang budaya sedekah laut di daerah Tegal, diceritakan dengan menarik dengan judul “Isteri Lelaki Garam” oleh Hajar Intan Pertiwi yang agaknya mewarisi bakat sastra turun menurun dari bapaknya. Kearifan lokal Tampu Sissi yang merupakan legenda tentang ular raksasa yang pernah membuat perjanjian dengan nenek moyang masyarakat Sulawesi yang bernama Lasupu, barangkali cukup menarik apabila dikembangkan menjadi film. Cerita ini menarik karena melibatkan negara adi daya yang dieksplor dengan cukup dramatis. Cerpen ini dikhayalkan oleh Edy Abdullah yang bekerja sebagai Aparat Sipil Negara (ASN) dan Widyaiswara pada Lembaga Administrasi Negara RI sehingga punya tradisi atau budaya literatur yang mumpuni.

Tidak ada satu pun cerpen yang bercerita tentang kelucuan atau humor. Semuanya serius dan bak merekam permasalahan bangsa dan masyarakat yang berkembang akhir-akhir ini. Cerpen memang dituntut menyampaikan cerita yang serba ringkas tetapi mampu mengemukakan secara lebih banyak dari yang sekadar apa yang diceritakan. Latar cerita para tokohnya dan alur masing-masing cerpen mudah dipahami dan dicerna untuk dihayati. Dalam hal ini, pemilihan tema dan kepaduannya sangat mengena dalam penerbitan antologi cerpen oleh para Alumnus Kelas Cerpen Kompas 2018 ini.

Walhasil, cerpen sebagai karya sastra juga bisa merupakan sumber sejarah apabila mengambil setting peristiwa penting dalam suatu waktu dan kawasan. Oleh karena itu, buku ini layak dibaca oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Disamping untuk hiburan, juga untuk penambah pengetahuan*****.

 

Data Buku

Judul Buku:

Urban (Is) Me

Sekumpulan Cerita Pendek

Penulis:

Alumni Kelas Cerpen Kompas 2018

Penerbit:

Binsar Hiras Publishing

Cipujung, Sukaraja - Bogor

Cetakan:

I, Februari 2020

Jumlah Halaman:

285 + ix halaman

Harga:

Rp 70.000,-

 


Jumat, 18 Juni 2021

BESI INFRASTRUKTUR BANYAK BERKARAT

 

Proyek infrastruktur dibangun di mana-mana

Presiden Jokowi memang mengutamakan itu

Jalan raya, jalan tol, rel kereta api, MRT, LRT, kereta cepat, jembatan, bendungan, dan lain-lain

kebutuhan masyarakat, dibangun serentak di seluruh bumi Nusantara

Tetapi sayang, dari pemandangan yang ada pada proyek yang sedang dikerjakan

Besi konstruksi yang sedang terpasang, kelihatan banyak berkarat

Tidak seperti proyek MRT  yang pernah  gagal, besi konstruksinya tidak berkarat selama bertahun-tahun

Jadinya khawatir, dalam jangka panjang, besi-besi itu akan jadi bubuk besi dalam beton dan akan menghancurkan kekuatan tiang-tiang beton itu

Mutu besi memang berbeda-beda tergantung di pabrik mana diproduksi dan bagaimana komposisi kimianya serta perolehan dan mutu bahan bakunya

Semoga niat luhur Presiden Jokowi tidak dilunturkan oleh para pelaksana di lapangan

Oleh karena itu, pembuatan prasasti yang lengkap dengan penjelasan siapa perancang, siapa pelaksana, kapan mulai dikerjakan dan kapan selesai serta besar biayanya harus tertera dengan jelas

Karena penting untuk pertanggungjawaban kepada generasi mendatang terhadap mutu pekerjaan para pendahulu, apakah bermutu dan tahan lama, atau mudah ambruk karena serampangan

Selasa, 15 Juni 2021

JALUR KERETA API (KA) GRESIK – SURABAYA


Ini adalah Surat Pembaca yang telah dimuat Harian Kompas 8 Juni 2021 dengan judul: Gresik-Surabaya

Berikut adalah versi aslinya, semoga mendapat tanggapan dan perhatian yang berwenang :

Gresik adalah bagian wilayah Karesidenan Surabaya

Sejak 1975, Gresik telah dimekarkan menjadi Kabupaten

Pada masa Belanda, ada jalur KA Gresik-Surabaya

Tetapi entah kenapa, jalur itu kemudian dimatikan

Sehingga bekas stasiun yang indah dan rumah dinasnya tidak jelas nasibnya

Ketika penduduk belum banyak saja, Belanda sudah membangun prasarana KA

Setelah penduduk makin banyak, kok malah dimatikan dan jalur relnya diduduki penduduk secara liar

Dulu, pelajar, mahasiswa, pedagang dan masyarakat yang ingin rekreasi ke Surabaya atau sebaliknya, sangat menikmati jalur KA ini

Kapan ya dihidupkan kembali, supaya kita tidak malu kepada Pemerintah Belanda yang dulu membangun, pastinya dengan niatan yang luhur demi kelancaran ekonomi, perdagangan dan mobilitas masyarakat.

Semoga Pemda Gresik, Pemda Surabaya juga Pemda Jatim dan PT KAI bersinergi untuk menghidupkan kembali  jalur KA Gresik-Surabaya secepatnya