Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Kamis, 14 April 2022

MUTU INFRASTRUKTUR KITA

 

          

          Kompas com. tanggal 17 Januari 2022 memberitakan bahwa jembatan KW6 di Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang – Jawa Barat, ambles. Pada hal jembatan yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp 10 milyar itu belum satu bulan diresmikan oleh Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana. Berdasar pantauan Tribun Bekasi, jembatan itu ambles pada bagian sisi dekat saluran irigasi sepanjang 200 meter. Material jembatan yang menempel pada sisi saluran irigasi itu longsor, sehingga  konstruksi jembatan mengalami ambles. Jembatan yang didesain dengan lebar 7 meter dan panjang 43,50 meter tersebut, menghubungkan Kecamatan Rawamerta dengan Kecamatan Karawang Barat. Jembatan yang populer disebut Jembatan Kepuh ini resmi beroperasi pada hari Rabu 29 Desember 2021 yang diresmikan dengan penandatanganan dan pengguntingan pita oleh Bupati didampingi Sekda Asep Jamhuri, Kepala Dinas PUPR dan Camat Karawang Barat. Jembatan ini juga diharapkan menjadi jalur alternatif ke obyek wisata sejarah Rawagede, dan juga untuk membangkitkan ekonomi masyarakat di sepanjang jalur.

           Kasus semacam ini sebenarnya banyak sekali terjadi di tanah-air kita. Suatu infrastruktur atau prasarana untuk umum baru dibangun, sudah banyak yang rusak dan jebol tak berumur panjang. Penulis yang pernah bertugas berpindah-pindah kota di hampir seluruh Indonesia menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa bangunan peninggalan Hindia-Belanda umumnya berarsitektur yang indah, kokoh dan kuat sepanjang masa. Tetapi sekarang malah banyak yang tidak artistik dan mudah rusak serta mencelakakan. Jembatan Poso, Moutong dan Luwu di Sulawesi yang terbuat dari kayu, sampai tahun 2000-an masih kelihatan kokoh dan cantik dipandang, sementara bangunan baru di sebelahnya tampak memalukan dari segala aspek. Begitu juga selama bertugas di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, peninggalan Hindia-Belanda masih tampak megah, tetapi pembangunan penggantinya kelihatan tidak berseni sama sekali. Sewaktu di Timor-Timur tahun 1996/1997 juga demikian. Peninggalan Portugis semuanya indah dan megah serta artistik, sementara bangunan selama kita kuasai, sangat memalukan penampilannya. Gedung sekolah, pasar, perkantoran semuanya nampak lucu apabila dibandingkan dengan peninggalan Portugis. Sehingga kesimpulannya, bangsa Indonesia sebenarnya mengalami degradasi mutu apabila dinilai dari sektor pembangunan  infrastruktur. Contoh lain banyak yang bisa dikemukakan untuk mawas diri sebagai bangsa. Kota Gresik misalnya, Sekolah Dasar Negeri Bedilan yang indah dan menarik peninggalan Belanda, dirombak seenaknya sehingga kelihatan sumpek, tidak nyaman sebagai Lembaga Pendidikan yang seharusnya nyaman dari segi tata cahaya, tata suara dan tata udaranya. Dulu, sampai dengan tahun 1965, keberadaan tiang listrik maupun gardu listrik serta tiang telpon berdiri gagah, tegak lurus dan nampak simetris. Setelah jaman pembangunan, malah nampak  peang-peang dan semrawut di mana-mana, termasuk di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Bahkan di Jabodetabek sendiri, apabila diperhatikan di sepanjang jalan raya, berdiri tiang-tiang berjejer umumnya lebih dari lima batang, ketinggian tidak sama, berdiri tidak tegak lurus, umumnya berkarat dan kabelnya pating slawir tidak beraturan. Degradasi mutu ini dirasakan jelas sekali setelah Orde Baru berkuasa sejak tahun 1966. Marak euforia pembangunan tetapi tidak disertai dengan mutu profesionalisme dan kontrol yang memadai dan maraknya perilaku koruptif yang merajalela. Kondisi degradasi mutu ini sebenarnya tidak perlu terjadi, karena pendidikan tinggi di bidang teknik cukup banyak dan ada di mana-mana.

          Presiden Joko Widodo sebenarnya sudah memberikan contoh dan teladan yang patut ditiru oleh aparat pemerintahan, bahkan dari tingkat RT sampai Kementerian. Manajemen blusukan ala Jokowi yang rajin memeriksa proyek Pemerintah pada setiap enam bulan adalah merupakan perilaku pemimpin yang bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Syukur apabila disertai perilaku profesional yang memadai, paling tidak oleh yang mendampingi selama blusukan dan bukan hanya dalam bentuk acara seremonial semata. Kalau bisanya cuma acara menandatangani, gunting pita dan cengengesan saja, ya itulah akibatnya, semuanya rusak melulu hasilnya.

Pemimpin yang DJAKARTA

          Pada tanggal 20 September 2016, penulis membuat artikel di blog dengan judul :”Dicari : Kepala Daerah Yang DJAKARTA”. Penulis berpendapat, agar pembangunan berhasil dengan baik dan tidak cuma tambal-sulam, sebentar rusak dan dibangun lagi, maka diperlukan pemimpin dan aparat yang kualitasnya DJAKARTA. Nama ibukota NKRI dalam ejaan lama tersebut merupakan akronim dari : D = Dedikasi, J = Jujur, A = Apresiatif, K = Kreatif, A = Asih dan Asuh, R= Ramah, T = Tegas, Trengginas, dan Teladan, serta A = Anjangsana.

           Bahwa seorang Kepala Daerah yang layak itu dituntut memiliki dedikasi yang tinggi dan berintegritas karena dia professional. Oleh karena itu, dia harus dan pasti jujur karena integritasnya, dan sebaliknya, dia bisa diduga akan berbuat curang dan KKN kalau tidak punya dedikasi dan integritas yang baik terhadap jabatan yang direbutnya. Untuk mendukung integritasnya, seorang Kepala Daerah dituntut punya watak dan kepribadian yang apresiatif, asih, asuh dan ramah kepada semua warganya. Dia harus kreatif untuk memajukan dan menyejahterakan daerahnya. Tetapi seorang Kepala Daerah juga dituntut tegas dalam keputusan dan tindakannya yang sesuai konstitusi dan perundangan yang berlaku dalam mencapai pemerintahan yang baik dan jujur. Juga trengginas dan memberikan teladan yang baik kepada seluruh warganya. Dan yang sangat penting, Kepala Daerah harus rajin beranjangsana alias blusukan untuk mengamati dan mengawasi perkembangan daerahnya langsung di lapangan. Mutu dan etos kerja aparatur pemerintahan, serta mutu dan perkembangan proyek yang sedang dikerjakan, seharusnya disambangi secara berkala sebagai metode control yang efektif. Dengan metode manajemen blusukan yang sudah dicontohkan oleh Presiden Jokowi dan dilakukan dengan profesionalisme yang mumpuni, diharapkan semua sarana dan prasarana yang dibangun akan bermutu dalam tampilan maupun kekuatannya. Dengan rajin blusukan yang disertai para staf dan pembantunya yang ahli dan professional, akan segera mengetahui kekurangan dan kesulitan yang dialami warganya, misalnya got mampet, sampah berserakan, jalan raya rusak sehingga membahayakan para pengguna jalan dan berbagai masalah lainnya.

Itulah tentunya harapan kita semua! Belanda selama menjajah telah mengajarkan kepada kita selama 3,5 abad. Mestinya mutu bangsa Indonesia jangan sampai mengalami degradasi hanya karena digerogoti oleh watak dan perilaku KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang sudah pada tingkat darurat!*****

Jumat, 08 April 2022

DONGENG KUNCI DAN KENCUR

 

Dongeng ini sebenarnya banyak diceritakan oleh para orang tua dan diceritakan secara turun-menurun. Saya menceriterakan kembali dongeng ini versi daerah saya, Gresik – Jawa Timur.

 

      Pada jaman dahulu kala, ada seorang ibu janda yang mempunyai seorang anak gadis cilik bernama Kencur. Ibu itu dinikahi seorang duda kaya yang juga mempunyai seorang anak gadis sebaya Kencur yang bernama Kunci. Ibu janda itu sangat menyayangi putrinya, tetapi agak jahat terhadap anak tirinya, Kunci.

      Suatu ketika, sang ibu ini timbul niat jahat, bersama anaknya ingin menguasai harta suaminya. Dia berpikiran, kalau suaminya suatu saat meninggal pasti hartanya akan jatuh ke tangan si Kunci. Maka timbullah niatnya bagaimana cara menyingkirkan si Kunci.

       Kepada Kunci, suatu hari si ibu ini membelikan gelang emas. Tentu saja Kunci sangat senang dan yang dipikirnya, ibu tirinya mungkin sudah berubah menjadi sayang. Si Kencur yang tidak dibelikan, sering bertanya kepada Kunci : “Bagus ya gelangmu, kok aku tidak dibelikan, ya?”.  Kencur dan Kunci seumur, sehingga besarnya hampir bersamaan. Karena iba, Kunci yang baik hati kemudian memakaikan gelang itu kepada Kencur tanpa sepengetahuan ibunya. Bapak mereka sebagai pedagang, sering pergi ke luar daerah dan terkadang cukup lama waktunya, bisa berhari-hari.

      Si ibu ingin membuat sandiwara bahwa Kunci meninggal karena kecebur tempayan besar di dapur. Suatu malam, ibu itu merebus air di tempayan besar.  Kondisi desa yang belum ada penerangan listrik, begitu beranjak malam mereka pergi tidur satu kamar karena Bapaknya sedang pergi ke luar daerah. Ketika air sudah mendidih pada tengah malam, anak-anak sudah pada lelap tidur, maka dilaksanakanlah niat si ibu sesegera mungkin. Dalam suasana gelap dan sangat tergesa-gesa, digerayangi tangan anak-anaknya, yang memakai gelang kemudian dipondong dan diceburkan ke dalam tempayan yang berisi air yang sedang mendidih bergejolak. Kemudian dia langsung pergi tidur lagi di tempat semula.

      Tetapi alangkah terkejutnya si ibu yang berhati jahat itu. Ketika bangun tidur yang dilihat di sampingnya ternyata si Kunci. Karena penasaran, si ibu lalu pergi ke dapur, yang kemudian gemetar sekujur tubuhnya lalu jatuh pingsan begitu melihat Kencur terbujur mati kaku di tempayan. Ketika siuman, dia ketakutan dan merasa sangat menyesal karena kehilangan anak kesayangan satu-satunya. Dia lalu lari ke hutan, menangis sambil teriak-teriak berulang-ulang :” Mau merebus Kunci keliru Kencur”. Sesampai di hutan pun dia terus menangis, berteriak, berkali-kali dan berulang-ulang :” Mau rebus Kunci keliru Kencur”. Di hutan dia tidak makan dan tidak minum yang layak sampai badannya mengecil dan kemudian menjelma menjadi burung yang selalu berbunyi :” Cuit cuit cuur, cuit cuit cuur!”. Bunyi burung itu selintas mirip teriakan “mau merebus kunci keliru kencur” dan sering terdengar sampai sekarang. Kalau terdengar suara burung seperti itu, dipercayai sebagai pertanda, bahwa di kawasan sekitar burung itu berbunyi, ada kabar orang meninggal dunia.*****

Kamis, 07 April 2022

LALER IJO PINDAH KE KOTA

 

 

Komplek Perumahan Jatikramat Indah I Bekasi, tiba-tiba membuat kebijakan baru. Tertib sampah. Ketua Rukun Warga (RW)-nya mengeluarkan edaran. Semua bak sampah yang dibuat warga di luar pagar rumah, harus tertutup rapat. Tujuannya, agar tidak dimasuki tikus atau diodol-odol anjing atau kucing, dan diusahakan tidak bisa kemasukan air hujan yang bisa menimbulkan bau busuk, Juga menaikkan iuran sampah dan keamanan karena pengambilan sampah akan ditingkatkan menjadi dua kali seminggu. Sebelumnya, hanya sekali diambil dalam seminggu, sehingga sampah sering menumpuk dan kondisi komplek menjadi jorok.

Karena kebijakan itu, komplek perumahan kemudian menjadi bersih. Ketua RW dan jajarannya aktif mengontrol di setiap rumah apakah kebijakannya sudah ditaati warga atau masih ada yang membandel dan memandang remeh. Anjing, kucing dan tikus menjadi gelisah karena tidak bisa lagi mengorek-ngorek sampah di kawasan komplek. Tetapi anjing dan kucing masih bisa diberi makan oleh pemilik atau majikannya. Tikus juga masih banyak akalnya. Yang paling menderita adalah lalat. Biasanya mereka leluasa menikmati sisa makanan dan bertelur di sampah-sampah yang jorok dan kemudian berkembang biak. Sekarang mereka kelaparan dan banyak yang mati dengan sendirinya atau pindah ke daerah lain yang masih jorok.

                                                                                 *****

Adalah seekor lalat hijau jantan yang bernama Laler Ijo yang sehari-hari biasa mangkal di tempat sampah yang ada di halaman rumah Uci. Sekarang, bak sampah itu tertutup rapat. Sehingga beberapa hari ini dia sudah mulai kelaparan. Biasanya, setiap pagi, Laler Ijo itu selalu mengamati Uci ketika berangkat sekolah diantar Bapaknya yang sekalian pergi ke kantor. Laler Ijo mengamati kebiasaan itu sambil menikmati makanan di bak sampah yang selalu melimpah. Oleh karena itu dia timbul pikiran:” Alangkah baiknya kalau aku ikut Uci dan turun di sekolahnya atau di kantor Bapaknya Uci. Aku harus cepat-cepat pindah dari komplek ini”. Sepanjang siang dan malam, Laler Ijo memikirkan bagaimana caranya merealisir siasatnya untuk menyelamatkan hidup. Dia tetap bertahan di halaman rumah Uci sambil mencari dan menikmati makanan seadanya.

Kesempatan pun tiba. Ketika pintu mobil yang dipakai mengantar Uci terbuka, Laler Ijo kemudian terbang menyelinap ke dalam mobil. Dia berusaha sesenyap mungkin agar tidak ketahuan. Selama dalam perjalanan, Laler Ijo berpikir bagaimana nanti dia harus keluar dari mobil. Tetapi ketika sampai di sekolah Uci, dia belum mau keluar karena belum memcium bau masakan atau makanan. Pekarangan sekolah yang bersih memang tidak menyebarkan aroma yang mampu mengundang lalat dan sebangsanya. “Wah, di sini rupanya juga tidak ada makananku, ya!”, pikir Laler Ijo dalam hati. Namun, ketika sampai di kantor Bapaknya Uci, Laler Ijo dengan tenaga yang sudah agak loyo berusaha terbang keluar. Bau sampah dan kuliner membangkitkan selera dan tenaganya lalu dia melesat keluar ketika sopir dan Bapaknya Uci membuka pintu mobil. Dengan suka cita Laler Ijo terbang menuju sumber bau. Sambil dia berkhayal:” Wah, makanan di sini pasti sangat lezat dan melimpah, sehingga aku akan  menjadi gemuk kembali!”.

Ketika melihat bak sampah yang didatangi pemulung dan terlihat lalat-lalat berterbangan, langsung Laler Ijo meluncur ingin bergabung. Tetapi betapa kagetnya Laler Ijo, karena begitu mendekat, langsung diserbu lalat lain di lokasi itu. “Hee…, ada pendatang baru, siapa itu? Tampaknya dia kurus banget!”, kata seekor lalat sambil berteriak. “Iya, he! Dari mana kau, bukan penghuni kawasan sini, kan?”, tanya yang lain. Laler Ijo dikejar dan disenggol-senggol serta diserang beramai-ramai. Agaknya, mereka tidak suka pendatang baru yang tidak dikenal, khawatir keamanan dan ketenteramannya terganggu. Karena ketakutan, ia lari dan menyendiri di tempat yang aman sambil merenungi nasibnya,

Tak disangka-sangka, tiba-tiba dalam kesedihan dan kesendiriannya, lalat betina hijau yang bernama Lalerina terbang mendekat ke Laler Ijo. Kagetlah Laler Ijo dan sempat mau menghindar. Tetapi Lalerina mengejar dan berteriak. “Heei.., kamu jangan takut dan jangan lari! Aku mau menemanimu!”, teriak Lalerina. Laler Ijo lalu diam, dan sambil memperhatikan dengan seksama, dia berujar :”Namaku Laler Ijo, aku dari kampung Jatikramat Bekasi. Aku ingin bergabung dengan kalian, boleh kan?  “Ya, ayo, sama aku, nanti kuperkenalkan pada teman-teman!”, kata Lalerina dengan gaya agak centil. Dengan agak khawatir, Laler Ijo bersama Lalerina terbang menuju tempat sampah yang banyak sisa-sisa makanan yang lezat-lezat.  “Hee..teman-teman, kenalkan ini teman baruku, namanya Laler Ijo”, kata Lalerina dengan ceria.  “Lalerina, itu jadi pacar barumu, ya?”, kata teman-temannya yang tadinya memusuhi, kemudian berubah menyambut dengan ramah.

Jadilah Laler Ijo dan Lalerina berkasih mesra dan selalu pergi bersama-sama. “Dari Bekasi ke Jakarta kan jauh, kok kamu bisa terbang sejauh itu?”, tanya Lalerina dengan penuh keheranan. “Oh, kamu cerdas ya!”, komentar Lalerina setelah mendengar penjelasan Laler Ijo bahwa dia bisa ke Jakarta karena ikut mobil bapaknya Uci yang pergi ke kantor. Caraku….,katanya penuh bangga, dengan menyelinap dan menyelusup ke dalam mobilnya sewaktu pintu mobil terbuka pada saat mau berangkat. “Lalu, kenapa kenekadan itu kamu lakukan? Kamu berkelahi? Atau barangkali kamu rebutan pacar, dan kamu kalah lalu lari?”, tanya Lalerina bertubi-tubi seolah menyelidik. “Eh, bukan begitu! Dengarkan kisah perjalananku dengan baik, aku mau cerita!”, sergah si Laler Ijo. Tadinya aku hidup tenteram dan damai bersama teman-teman  di Komplek Perumahan Jatikramat. Makanan berlimpah dan aneka ragam. Maklum, di lingkungan masyarakat yang jorok dan membuang sampah sembarangan, membuat hidup kita nyaman. Tetapi mala petaka kemudian datang. Pimpinan komplek perumahan mencanangkan sadar kebersihan perumahan dan lingkungan. Kerjabakti secara gotong-royong bulanan seluruh warga digalakkan. Tempat sampah dianjurkan tertutup rapat sehingga anjing, kucing bahkan tikus  pun yang biasanya mengudak-udak tempat sampah menjadi gelimpungan. Ditambah lagi dengan penyemprotan obat anti serangga secara rutin, membuat pemusnahan massal terhadap nyamuk, kecoak, semut, lalat teman kita, dan berbagai jenis serangga lainnya. Komplek Jatikramat Indah I jadi indah dan bersih. Karena malu dan merasa terhina, apalagi takut terbasmi, maka aku berusaha lari ke tempat lain. Dapatlah siasat seperti yang sudah kuceritakan tadi. Ngedompleng mobil bapaknya Uci yang pergi ke kantor sambil mengantar sekolah, maka jadinya, ketemulah kita! Tetapi sebenarnya, aku sempat khawatir dan was-was lho. Karena ketika melesat terbang ke dalam mobil, sopirnya Uci sempat mendengar dengung kepakan sayapku. Syukurlah, Pak Sopir itu tidak berusaha mencariku, dan selamatlah aku sehingga bisa menikmati kota Jakarta bersamamu!”, jelas Laler Ijo dengan panjang-lebar sambil menerawang kembali kisah perjalanannya ketika ingin bertahan hidup.

Lalerina yang menyimak dengan seksama di sampingnya kemudian menambahkan berkomentar. “Iya, memang. Saya pernah mendengar turis asing ngomongin negeri tempat tinggal kita ini. Mereka bilang, negeri ini merupakan Bak Sampah terbesar di dunia, karena semua warganya membuang sampah sembarangan dan seenaknya. Apa saja, di mana saja dan kapan saja, mereka buang begitu saja”, cerita si Lalerina. “Memang kenyataan. Betul sekali kata orang asing itu! Mungkin mereka tidak ingin balik lagi ke negeri kita ini, ya? Karena  nyatanya, turis asing jarang berkeliaran di negeri kita ini. Turis sangat kurang, yang banyak malah lalat bangsa kita, ya!”, tambah si Laler Ijo sambil terkekeh-kekeh, karena sadar, kalau lingkungan bersih, justru dia dan sebangsanya malah yang akan punah. “Tetapi kayaknya, Tuhan  menciptakan kita ini untuk ujian bagi manusia, apakah mampu hidup bersih dan menjaga lingkungannya dengan baik. Bersama air ciptaanNya, dan sampah yang berserakan dan berjibun di mana-mana, diturunkanlah banjir yang mestinya sebagai batu ujian juga”, jelas Lalerina dengan gaya berkhotbah. “Dan lucunya, mereka tidak sadar juga, karena nyatanya sampah masih berserakan di segala penjuru dan jorok. Tetapi, kan, karena sampah itulah, Tuhan telah mempertemukan kita, ya Lalerina!”, ujar Laler Ijo sambi memeluk Lalerina dengan mesra seolah tidak ingin berpisah. “Kalau begitu, kita berharap lingkungan menjadi bersih atau tetap jorok, ya? Kalau menjadi bersih, kita semua barangkali akan punah, kan?” tanya Lalerina seperti khawatir dan ketakutan. “Lingkungan bersih maupun tetap jorok, sebenarnya bukan masalah bagi kita berdua! Peluang hidup kita kan terbatas dan singkat!” jelas Laler Ijo. “Tetapi kan kita tidak harus memikirkan diri sendiri? Apakah rela kalau kita kemudian punah dan hanya tinggal nama?” tanya Lalerina agak sedikit emosi dan marah menanggapi celoteh Laler Ijo. “Sebenarnya, kita ini tidak perlu takut punah! Juga tidak perlu takut tinggal nama! Bukankah dinosaurus yang raksasa itu juga punah dan tinggal sebagai legenda, ya? Biarlah kelak seluruh muka bumi yang bersih, membahas dan membicarakan lalat seperti yang dialami dinosaurus”,  ujar Laler Ijo dengan nada bergurau..

 Laler Ijo dan Lalerina selama dua hari ini asyik memadu kasih dan sempat Lalerina bertelur di beberapa tempat. Sambil menikmati keindahan kota, dua sejoli lalat itu sengaja bertengger di tempat sampah yang berseberangan dengan restoran terbuka sambil menikmati musik yang sayup-sayup terdengar. Tetapi petaka memang tak terelakkan, karena tiba-tiba petugas kebersihan melakukan penyemprotan obat anti serangga ke berbagai penjuru sekitar komplek perkantoran dan kuliner. Laler Ijo dan Lalerina berusaha lari menjauh menyelamatkan diri dengan harapan masih bisa menyambung hidupnya. *****

 

PAPILIO

 

      Kupu-kupu adalah jenis serangga yang sangat  indah dan  menarik. Hewan yang mempunyai  enam  kaki ini termasuk Ordo Lepidoptera dan jumlahnya di seluruh muka bumi ini ada sekitar seratus duabelas ribu spesies. Oleh karena itu penampakannya sangat beragam dan bermacam-macam terlihat dari postur besar-kecilnya kupu-kupu dan perbedaan bentuk serta tata warna sayapnya.

Hewan yang cantik ini banyak digubah dalam lagu anak-anak, dan bahkan sering diabadikan  dalam lukisan oleh para pelukis kenamaan di muka bumi ini. Setiap negara juga sering mengabadikan jenis kupu-kupu kebanggaannya ke dalam penerbitan prangko. Dari kolektor filateli yang menekuni tematik kupu-kupu akan terlihat aneka rupa serangga itu yang berbeda-beda bentuk, besar-kecil dan tata warna sayapnya, Papilio blumei, kupu-kupu bersayap dominan warna hitam dan berhias warna biru berdegradasi dengan warna kuning itu sudah terbang ke sana ke mari. Sepanjang hari, seperti biasanya ia menari-nari, pindah dari satu bunga ke bunga yang lain untuk mengisap nektar bunga-bunga yang ia jumpai.

*****

        Di hari Minggu pagi yang cerah, Papilio sudah berkali-kali mengitari pekarangan rumah Uci. Dilihatnya, Uci sudah menenteng kamera untuk siap membidik para kupu-kupu yang menyambangi bunga-bunga di pekarangannya. Uci yang saat ini duduk di kelas tiga SMP, mengikuti ekskul, ekstra kurikuler fotografi di sekolahnya dan kelihatannya ditekuni dengan besungguh-sungguh. Ayahnya Uci memang suka berkebun. Di halaman rumahnya yang tidak seberapa luas, ditanami aneka macam tanaman bunga yang sangat disukai kupu-kupu dan berbagai serangga yang sejenis misalnya lebah dan kumbang pengisap madu. Berbagai tanaman itu disirami setiap pagi dan diberikan pupuk secara berkala sehingga rajin sekali berbunga dan sangat sedap dinikmati di pagi hari yang cerah, Setelah menyiram dengan cermat, ayah Uci duduk di teras sambil menikmati kopi dan baca koran pagi dengan sekali-sekali mengamati bunga-bunga yang bermekaran.

         Papilio berteriak memanggil teman-temannya. “Hai teman-teman, Uci sudah siap memotret kita. Ayo kita ke kebunnya !”, ajaknya dengan penuh semangat. Dan, dalam sekejap, teman-teman Papilio pada berdatangan dari segala penjuru. Mereka saling menari-nari bersama hembusan angin pagi sepoi-sepoi, berlenggak-lenggok mengikuti lagu “ kupu-kupu yang lucu” yang selalu didendangkan Uci, Sambil menenteng kameranya dan menari berlenggak-lenggok seolah mengikuti tari kupu-kupu yang mengepak-ngepakkan sayapnya. Dengan seksama ia memperhatikan kupu-kupu yang berterbangan. Mereka beraneka ragam, ada yang besar dan ada yang  kecil dengan sayapnya yang beraneka bentuk dan beraneka warna yang gemerlapan ditimpa cahaya matahari pagi. Mereka bagaikan sedang berlomba saling memamerkan keindahan bentuk dan aneka warna sayapnya.

“Hai kawan, kenapa sayapmu ada yang robek ?”, tanya Papilio kepada seekor temannya yang baru datang. “ Oh iya, tadi aku tersenggol duri mawar, gara-gara berebut bunga dengan si lebah”, jawab temannya. “ Lain kali hati-hati ya teman, harus sabar, dan tak usah berebut dengan siapa pun. Ingat ya, kita harus bersahabat baik dengan siapa saja, supaya kita aman dan selamat di mana saja !”, nasihat Papilio bersungguh-sungguh kepada semua teman-temannya dengan suara yang lantang.

Uci terus mengamati pergerakan kupu-kupu itu. Dalam hati ia ingin berseru :” Wahai kupu-kupu nan cantik, berhentilah kalian barang sejenak dan akan kuabadikan kalian dalam gambar untuk kenangan “. Seolah kupu-kupu itu mendengar bisikan hati Uci, karena mereka kemudian saling beraksi di bunga-bunga nan indah sampai Uci datang menghampiri untuk membidik dengan kameranya. “ Wow, Papilio, di lokasi yang bagus. Berhentilah sebentar, aku akan mengambil gambarmu”, seru Uci setengah berbisik. Dan…..jepret, dapatlah gambar yang menarik ketika Papilio dan temannya sedang menyedot nektar kembang sepatu berwarna kuning yang mekar berjejeran dalam satu batang. Sementara membelah di tengahnya ada ulat yang sedang memakan daun dengan lahapnya. Uci membidik berkali-kali dalam posisi yang berbeda-beda dengan maksud mendapatkan dokumen foto yang menarik.

*****

        Siangnya Uci kaget, karena ulat yang tadi pagi diabadikan dalam foto kameranya, hilang  bersama dahan kembang sepatu tempat ulat itu menempel. Dari tukang kebun, Uci tahu, ternyata ulat itu dibuang ke luar pekarangan atas suruhan Ibunya. Dia menangis dan protes, kenapa Ibu pelit dan jahat. “ Kupu-kupu itu kan hanya menumpang untuk hidup dan selalu menghiburku di hari libur, kenapa Ibu usir ? Membuang ulat yang sebentar lagi akan berubah menjadi kepompong, lalu menjadi kupu-kupu, berarti Ibu telah mengusir dia. Pada hal ibu juga suka kupu-kupu!”, omel Uci sambil terus menangis karena iba kepada hewan yang tidak berdosa itu. “ Iya….., tapi kan Ibu takut dan geli “, jelas ibunya dengan perasaan menyesal. “ Ya kalau begitu Ibu jangan lihat taman, biar nggak lihat ulat !”, protes Uci lagi sambil membayangkan ulat tak berbulu yang penampilannya mirip Kereta Rel Listrik atau KRL.

*****

        Beberapa minggu kemudian ada kabar baik buat Uci. Lomba foto mengenai lingkungan hidup yang ia ikuti secara diam-diam dengan menyertakan gambar Papilio berdampingan dengan temannya dan ulat di bunga sepatu itu ternyata memenangkan lomba sebagai juara pertama. Berita kemenangannya yang dimuat di sebuah media massa diperlihatkan kepada Ibunya, disertai pesan yang mengancam :” Ibu jangan mengusir ulat-ulat lagi ya, Bu! Kupu-kupu itu adalah sahabatku. Ibu tidak boleh jahat kepada sahabatku, ibu harus menyayangi!”.

        Ibu Uci memperhatikan dan membaca sejenak, tiba-tiba merasa kagum dan memeluk erat-erat putri kesayangannya itu sambil berucap :” Ibu minta maaf ya sayang, selama ini Ibu yang selalu membuang ulat-ulat itu karena jijik, takut dan geli. Mulai saat ini Ibu tidak akan mengganggu ulat-ulat itu lagi”. Mendengar janji itu, Uci sangat berterimakasih kepada Ibunya sambil menciumi pipinya berkali-kali disertai gumaman lirih, terimakasih Papilio, terimakasih semua kupu-kupu yang lucu, kalian telah menginspirasi dan menghadiahi aku. “Foto  mana yang kamu ikutkan lomba, sayang?,” tanya Ibunya dengan riang bercampur bahagia dan bangga. Maka segeralah dibuka map yang berisi foto bertema “ Bunga Sepatu, Ulat dan Kupu-kupu” dalam ukuran besar lalu ditunjukkan kepada Ibunya, Dan betapa terkejutnya sang Ibu melihat gambar ulat ukuran besar yang menyerupai KRL. Sang Ibu menjerit dan girap-girap sambil memekik :” Hi….,ampun, ampun!”. Tetapi sambil menari-nari bagaikan kupu-kupu disertai menertawai Ibunya yang ketakutan, Uci dengan riang melantunkan lagu ciptaan Ibu Sud yang sangat terkenal itu :

“ Kupu-kupu yang lucu

Ke mana engkau terbang “,

dan sereterusnya sampai berulang-ulang, dengan suaranya yang merdu. Bahkan dia tambahkan syair lagunya seolah menyanjung hewan kupu-kupu :

                                                        “ Kupu-kupu yang baik

                                                          Aku terimakasih

                                                           Kau berikan hadiah

                                                           Dari foto-fotomu

                                                                       Sambil bersantai

                                                                      Kuabadikan kamu

                                                                       Janganlah engkau bosan

                                                                       Main di tamanku”.

Uci terus bernyanyi dan menari-nari sambil menghibur Ibunya yang belum kunjung berakhir menahan kegelian.*****

Cerita anak ini dibuat dalam rangka menyambut Hari Cerita Anak Internasional yang mulai diperingati pada tanggal 2 April 1967.