Kupu-kupu adalah jenis serangga yang
sangat indah dan menarik. Hewan yang mempunyai enam kaki ini termasuk Ordo Lepidoptera dan jumlahnya di seluruh muka bumi ini ada sekitar
seratus duabelas ribu spesies. Oleh karena itu penampakannya sangat beragam dan
bermacam-macam terlihat dari postur besar-kecilnya kupu-kupu dan perbedaan
bentuk serta tata warna sayapnya.
Hewan yang cantik
ini banyak digubah dalam lagu anak-anak, dan bahkan sering diabadikan dalam lukisan oleh para pelukis kenamaan di
muka bumi ini. Setiap negara juga sering mengabadikan jenis kupu-kupu
kebanggaannya ke dalam penerbitan prangko. Dari kolektor filateli yang menekuni
tematik kupu-kupu akan terlihat aneka rupa serangga itu yang berbeda-beda
bentuk, besar-kecil dan tata warna sayapnya, Papilio blumei, kupu-kupu bersayap
dominan warna hitam dan berhias warna biru berdegradasi dengan warna kuning itu
sudah terbang ke sana ke mari. Sepanjang hari, seperti biasanya ia menari-nari,
pindah dari satu bunga ke bunga yang lain untuk mengisap nektar bunga-bunga
yang ia jumpai.
*****
Di hari Minggu pagi yang cerah, Papilio
sudah berkali-kali mengitari pekarangan rumah Uci. Dilihatnya, Uci sudah
menenteng kamera untuk siap membidik para kupu-kupu yang menyambangi
bunga-bunga di pekarangannya. Uci yang saat ini duduk di kelas tiga SMP,
mengikuti ekskul, ekstra kurikuler fotografi di sekolahnya dan kelihatannya
ditekuni dengan besungguh-sungguh. Ayahnya Uci memang suka berkebun. Di halaman
rumahnya yang tidak seberapa luas, ditanami aneka macam tanaman bunga yang
sangat disukai kupu-kupu dan berbagai serangga yang sejenis misalnya lebah dan
kumbang pengisap madu. Berbagai tanaman itu disirami setiap pagi dan diberikan
pupuk secara berkala sehingga rajin sekali berbunga dan sangat sedap dinikmati
di pagi hari yang cerah, Setelah menyiram dengan cermat, ayah Uci duduk di
teras sambil menikmati kopi dan baca koran pagi dengan sekali-sekali mengamati bunga-bunga
yang bermekaran.
Papilio berteriak memanggil teman-temannya.
“Hai teman-teman, Uci sudah siap memotret kita. Ayo kita ke kebunnya !”,
ajaknya dengan penuh semangat. Dan, dalam sekejap, teman-teman Papilio pada
berdatangan dari segala penjuru. Mereka saling menari-nari bersama hembusan
angin pagi sepoi-sepoi, berlenggak-lenggok mengikuti lagu “ kupu-kupu yang
lucu” yang selalu didendangkan Uci, Sambil menenteng kameranya dan menari
berlenggak-lenggok seolah mengikuti tari kupu-kupu yang mengepak-ngepakkan
sayapnya. Dengan seksama ia memperhatikan kupu-kupu yang berterbangan. Mereka
beraneka ragam, ada yang besar dan ada yang
kecil dengan sayapnya yang beraneka bentuk dan beraneka warna yang
gemerlapan ditimpa cahaya matahari pagi. Mereka bagaikan sedang berlomba saling
memamerkan keindahan bentuk dan aneka warna sayapnya.
“Hai kawan, kenapa
sayapmu ada yang robek ?”, tanya Papilio kepada seekor temannya yang baru
datang. “ Oh iya, tadi aku tersenggol duri mawar, gara-gara berebut bunga
dengan si lebah”, jawab temannya. “ Lain kali hati-hati ya teman, harus sabar,
dan tak usah berebut dengan siapa pun. Ingat ya, kita harus bersahabat baik
dengan siapa saja, supaya kita aman dan selamat di mana saja !”, nasihat
Papilio bersungguh-sungguh kepada semua teman-temannya dengan suara yang
lantang.
Uci terus
mengamati pergerakan kupu-kupu itu. Dalam hati ia ingin berseru :” Wahai
kupu-kupu nan cantik, berhentilah kalian barang sejenak dan akan kuabadikan
kalian dalam gambar untuk kenangan “. Seolah kupu-kupu itu mendengar bisikan
hati Uci, karena mereka kemudian saling beraksi di bunga-bunga nan indah sampai
Uci datang menghampiri untuk membidik dengan kameranya. “ Wow, Papilio, di
lokasi yang bagus. Berhentilah sebentar, aku akan mengambil gambarmu”, seru Uci
setengah berbisik. Dan…..jepret, dapatlah gambar yang menarik ketika Papilio
dan temannya sedang menyedot nektar kembang sepatu berwarna kuning yang mekar
berjejeran dalam satu batang. Sementara membelah di tengahnya ada ulat yang
sedang memakan daun dengan lahapnya. Uci membidik berkali-kali dalam posisi
yang berbeda-beda dengan maksud mendapatkan dokumen foto yang menarik.
*****
Siangnya Uci kaget, karena ulat yang
tadi pagi diabadikan dalam foto kameranya, hilang bersama dahan kembang sepatu tempat ulat itu
menempel. Dari tukang kebun, Uci tahu, ternyata ulat itu dibuang ke luar pekarangan
atas suruhan Ibunya. Dia menangis dan protes, kenapa Ibu pelit dan jahat. “
Kupu-kupu itu kan hanya menumpang untuk hidup dan selalu menghiburku di hari
libur, kenapa Ibu usir ? Membuang ulat yang sebentar lagi akan berubah menjadi
kepompong, lalu menjadi kupu-kupu, berarti Ibu telah mengusir dia. Pada hal ibu
juga suka kupu-kupu!”, omel Uci sambil terus menangis karena iba kepada hewan
yang tidak berdosa itu. “ Iya….., tapi kan Ibu takut dan geli “, jelas ibunya
dengan perasaan menyesal. “ Ya kalau begitu Ibu jangan lihat taman, biar nggak
lihat ulat !”, protes Uci lagi sambil membayangkan ulat tak berbulu yang
penampilannya mirip Kereta Rel Listrik atau KRL.
*****
Beberapa minggu kemudian ada kabar baik
buat Uci. Lomba foto mengenai lingkungan hidup yang ia ikuti secara diam-diam dengan
menyertakan gambar Papilio berdampingan dengan temannya dan ulat di bunga
sepatu itu ternyata memenangkan lomba sebagai juara pertama. Berita
kemenangannya yang dimuat di sebuah media massa diperlihatkan kepada Ibunya,
disertai pesan yang mengancam :” Ibu jangan mengusir ulat-ulat lagi ya, Bu!
Kupu-kupu itu adalah sahabatku. Ibu tidak boleh jahat kepada sahabatku, ibu
harus menyayangi!”.
Ibu Uci memperhatikan dan membaca sejenak, tiba-tiba merasa kagum dan
memeluk erat-erat putri kesayangannya itu sambil berucap :” Ibu minta maaf ya
sayang, selama ini Ibu yang selalu membuang ulat-ulat itu karena jijik, takut
dan geli. Mulai saat ini Ibu tidak akan mengganggu ulat-ulat itu lagi”. Mendengar
janji itu, Uci sangat berterimakasih kepada Ibunya sambil menciumi pipinya
berkali-kali disertai gumaman lirih, terimakasih Papilio, terimakasih semua
kupu-kupu yang lucu, kalian telah menginspirasi dan menghadiahi aku. “Foto mana yang kamu ikutkan lomba, sayang?,” tanya
Ibunya dengan riang bercampur bahagia dan bangga. Maka segeralah dibuka map
yang berisi foto bertema “ Bunga Sepatu, Ulat dan Kupu-kupu” dalam ukuran besar
lalu ditunjukkan kepada Ibunya, Dan betapa terkejutnya sang Ibu melihat gambar
ulat ukuran besar yang menyerupai KRL. Sang Ibu menjerit dan girap-girap sambil
memekik :” Hi….,ampun, ampun!”. Tetapi sambil menari-nari bagaikan kupu-kupu
disertai menertawai Ibunya yang ketakutan, Uci dengan riang melantunkan lagu
ciptaan Ibu Sud yang sangat terkenal itu :
“
Kupu-kupu yang lucu
Ke
mana engkau terbang “,
dan sereterusnya
sampai berulang-ulang, dengan suaranya yang merdu. Bahkan dia tambahkan syair
lagunya seolah menyanjung hewan kupu-kupu :
“ Kupu-kupu yang baik
Aku terimakasih
Kau berikan hadiah
Dari foto-fotomu
Sambil bersantai
Kuabadikan kamu
Janganlah engkau bosan
Main di tamanku”.
Uci terus bernyanyi dan menari-nari sambil menghibur Ibunya yang belum kunjung berakhir menahan kegelian.*****
Cerita anak ini dibuat dalam rangka menyambut Hari Cerita Anak Internasional yang mulai diperingati pada tanggal 2 April 1967.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar