Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Tampilkan postingan dengan label gresik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gresik. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2025

Pengalaman Mengikuti Lomba Menulis Surat

 

ilustrasi menulis surat. (sumber: Castorly Stock di Pexels)


Pada awal tahun 2024 saya mengikuti lomba menulis surat. Temanya “Lomba Menulis Surat Kepada Sahabat”. Untuk melawan lupa dan menunda kepikunan, saya memang selalu berusaha menulis apa saja, juga mencoba mengikuti berbagai lomba menulis. Karena lomba itu iumumkan di media sosial, tentu saja pesertanya membludak. Dan ketika pengumuman, naskah surat saya termasuk yang terpilih untuk dibukukan. Juga disebut adanya tiga orang penulis surat yang dinyatakan terbaik sebagai pemenang.

       Pada bulan Maret 2024 saya mengirim uang untuk memesan buku sebanyak tiga eksemplar senilai Rp 180.000,- Dapat diduga, peserta yang masuk nominasi untuk dibukukan pasti memesan buku yang berjudul “Surat Untuk Sahabat” dan sudah dinyatakan terdiri atas 300 halaman. Dan lucunya, buku yang saya pesan itu tak kunjung terkirim sampai sekarang dan panitia berikut penerbitnya susah untuk dihubungi. Pernah sempat tertemukan, penerbit itu beralamat di Lampung tetapi tidak bisa dihubungi dan malah kemudian menghilang. Karena naskah surat itu saya buat sesuai fakta, pengalaman dan kejadian sebenarnya, maka bagi saya,itu termasuk dokumen sejarah pribadi yang bisa menjadi bagian dari biografi saya. Oleh karena itu, perlu saya ungkap surat pribadi itu secara terbuka, dan inilah bunyi selengkapnya.

Buat sahabatku Afandi Zuhri di Kendal

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sahabatku nan jauh,

Seperti pada pembicaraan kita via HP beberapa hari yang lalu, bahwa keadaanku di Bekasi sekeluarga baik-baik saja. Semoga sahabatku sekeluarga di Kendal demikian juga hendaknya. Saya kok tiba-tiba ingin menelpon sahabat. Dan ternyata sahabat baru pulang dari Malang karena Awuk, adik sahabat telah berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu tanggal 17 Februari 2024 yang lalu. Saya turut menyampaikan duka cita yang mendalam, semoga amal ibadah almarhumah Awuk diterima Allah subhanallahu taala.

Dalam usia di atas 70 tahun ini kegiatanku sehari-hari antaralain berbenah dan merapikan barang-barang koleksiku berupa suratkabar alias koran, majalah, buku, benda filateli dan numismatik serta surat-surat dari para sahabat dan kenalan. Beberapa waktu yang lalu, saya kebetulan menemukan surat sahabat beserta foto hitam putih. Saya jadi teringat, semenjak kepindahan keluarga sahabat ke Malang pada tahun 60-an kita belum pernah ketemu langsung sampai sekarang ini. Berkali-kali ingin merancang pertemuan antara saya, sahabat dan Mulyono sahabat kita yang juga pindah ke Sidayu, tidak pernah terlaksana.

Saya sangat kecewa dan terharu, karena Mulyono yang sempat kita pertanyakan karena sulit dihubungi, ternyata sudah lebih dulu berpulang ke rahmatullah. Saya sempat berkunjung ke rumahnya beberapa waktu yang lalu dan ketemu semua keluarganya. Mari kita bacakan surat Al Fatihah untuk almarhum Mulyono sahabat kita agar amal ibadah dan kebaikannya diterima Allah subhanahu wataala dan mendapat ganjaran pahala yang setimpal. Sungguh, saya baru sempat melihat raut wajah sahabat ketika pembicaraan via w/a beberapa hari yang lalu itu. Untuk kenangan, maka saya menulis surat ini semoga sahabat senang membacanya. Karena terakhir ini, saya selalu teringat semasa kanak-kanak ketika tinggal di Benjeng, sebuah desa setingkat kecamatan di wilayah Kabupaten Gresik. Sahabat pasti masih ingat, sebagai teman bertetangga kita selalu bermain bersama, bertiga bersama Mulyono. Sahabat yang setahun lebih tua, masuk sekolah duluan di Sekolah Dasar Negeri Benjeng. Kita ingat, kelas satu dan kelas dua waktu itu gedung sekolahnya berada di kampung Benjeng Barat. Kalau rindu mau bermain, saya selalu sudah menunggu di rumah sahabat dan sahabat kemudian selalu mengajari saya dengan menirukan bak seorang guru. Lucunya, saya selalu menurut saja. “Ji, saya tadi diajari berhitung, ini angka dan cara menghitungnya bisa pakai jari. Nanti harus pakai potongan batang kayu yang harus dibuat kecil-kecil sepanjang jari telunjuk tangan”, sahabat menjelaskan dengan meyakinkan dan saya selalu mengikutinya. Begitu juga ketika sahabat mengajarkan huruf dan menyanyi lagu Burung Kutilang, saya tirukan dengan bersungguh-sungguh. Karena hampir setiap hari bermain sekolah-sekolahan dengan sahabat begitu sepulang sekolah itulah, alhamdulillah saya menjadi terbiasa menyukai belajar sejak duduk di kelas satu Sekolah Dasar.

Ternyata bermain sekolah-sekolahan itu saya rasakan sebagai pengganti pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak yang memang belum ada di desa kita waktu itu. Terimakasih sahabat, ini betul-betul kenangan indah dan berharga yang saya peroleh bersama sahabat dan selalu saya ceritakan pengalaman hidup ini kepada siapa saja. Itu adalah amal baik sahabat yang semoga mendapat pahala yang sepadan dari Allah subhanahullah taala . Sungguh saya telah banyak memperoleh manfaat keberuntungan karena di kemudian hari saya sempat mendapatkan pendidikan gratis dari perusahaan tempat saya mengabdi untuk jenjang D3 dan S1 Sarjana Ekonomi.

Kalau sahabat mengalami pindah ke Malang lalu bekerja dan menetap di Kendal, saya waktu naik ke kelas enam pindah ke Gresik kota sampai menyelesaikan SLTA. Setamat STM Kimia Industri saya diterima bekerja di sebuah BUMN, PT Pertamina (Persero), dan sempat menempuh pendidikan tugas belajar di Akamigas (Akademi Minyak dan Gas Bumi) Cepu pada tahun 1973 sampai dengan 1975 dan kemudian menetap di Bekasi, Jawa Barat hingga sekarang ini karena penempatan bekerja di Jakarta sejak tahun 1976. Sesekali sempat pulang kampung ke Benjeng karena masih punya sanak famili di sana. Benjeng sekarang sudah sangat berubah. Sekolah kita di Benjeng  Barat yang dibangun Belanda dengan konstruksi besi dan tembok sudah dirobohkan. Seluruh kelas satu sampai kelas enam sudah terpusat di Benjeng Timur. Sekolah kita yang aslinya dibangun oleh Tuan Jepang dari bahan kayu masih kokoh berdiri. Masjid Jami Benjeng tempat kita mengaji Al Qur’an sehabis shalat Maghrib masih ada tetapi sudah dirombak. Telaga tempat kita mandi dan mengambil air wudhu sudah tidak ada dan rata sebagai daratan. Burung elang yang suka menyambar anak ayam dan sering diteriakin orang-orang dengan kata-kata “ulung….ulung, ulung….ulung!”, serta burung gelatik dan burung hantu, kata teman dan para orangtua sudah tidak ada lagi berkeliaran di desa kita seperti semasa kita kanak-kanak dulu. Benjeng sekarang sangat ramai karena penduduk semakin banyak. Sawah dan tambak ikan tempat kita dulu dan teman-teman suka buang air besar, sudah tidak tampak lagi dan banyak berubah menjadi perkampungan.

Mungkin surat saya cukup sekian dulu sahabat, lain waktu kita sambung lagi. Tolong segera dibalas karena saya ingin membandingkan tulisan tangan sahabat di usia lebih dari 70 tahun sekarang ini. Mari kembali kita budayakan menulis surat untuk menyimpan kenangan sebelum kita bisa bertemu langsung yang masih sangat saya idamkan. Salam kepada keluarga dan semoga senantiasa sehat wal’afiat serta sejahtera selalu. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bekasi, 29 Februari 2024.

Begitulah bunyi surat saya yang juga merupakan sebagian dari episode perjalanan hidup saya. Terntang uang yang sudah terlanjur terbayar sebesar Rp 180.000,- itu, biarlah merupakan amal jariah saya, semoga bermanfaat bagi yang memerlukannya. Walaupun kita seharusnya tidak boleh mentolerir segala bentuk penipuan, pencurian, penggelapan dan korupsi dengan berbagai cara dan sekecil apa pun nilainya. Yang menyesakkan hati, seandainya buku tersebut jadi dicetak, ia akan merupakan buku keduabelas yang memuat naskah karya saya secara antologi dalam bentuk cerita pendek (cerpen), puisi dan artikel bebas. Menuangkan kata hati, mengungkap pendapat, ide, kritik dan gagasan, alhamdulillah, inilah salah satu upaya kesibukan saya dalam memanfaatkan waktu luang. Semoga Allah subhanahullah ta’ala selalu membimbing jerih-payah hamba-Nya. Aamiien yarabbal alamiin.*****        

Jumat, 08 April 2022

DONGENG KUNCI DAN KENCUR

 

Dongeng ini sebenarnya banyak diceritakan oleh para orang tua dan diceritakan secara turun-menurun. Saya menceriterakan kembali dongeng ini versi daerah saya, Gresik – Jawa Timur.

 

      Pada jaman dahulu kala, ada seorang ibu janda yang mempunyai seorang anak gadis cilik bernama Kencur. Ibu itu dinikahi seorang duda kaya yang juga mempunyai seorang anak gadis sebaya Kencur yang bernama Kunci. Ibu janda itu sangat menyayangi putrinya, tetapi agak jahat terhadap anak tirinya, Kunci.

      Suatu ketika, sang ibu ini timbul niat jahat, bersama anaknya ingin menguasai harta suaminya. Dia berpikiran, kalau suaminya suatu saat meninggal pasti hartanya akan jatuh ke tangan si Kunci. Maka timbullah niatnya bagaimana cara menyingkirkan si Kunci.

       Kepada Kunci, suatu hari si ibu ini membelikan gelang emas. Tentu saja Kunci sangat senang dan yang dipikirnya, ibu tirinya mungkin sudah berubah menjadi sayang. Si Kencur yang tidak dibelikan, sering bertanya kepada Kunci : “Bagus ya gelangmu, kok aku tidak dibelikan, ya?”.  Kencur dan Kunci seumur, sehingga besarnya hampir bersamaan. Karena iba, Kunci yang baik hati kemudian memakaikan gelang itu kepada Kencur tanpa sepengetahuan ibunya. Bapak mereka sebagai pedagang, sering pergi ke luar daerah dan terkadang cukup lama waktunya, bisa berhari-hari.

      Si ibu ingin membuat sandiwara bahwa Kunci meninggal karena kecebur tempayan besar di dapur. Suatu malam, ibu itu merebus air di tempayan besar.  Kondisi desa yang belum ada penerangan listrik, begitu beranjak malam mereka pergi tidur satu kamar karena Bapaknya sedang pergi ke luar daerah. Ketika air sudah mendidih pada tengah malam, anak-anak sudah pada lelap tidur, maka dilaksanakanlah niat si ibu sesegera mungkin. Dalam suasana gelap dan sangat tergesa-gesa, digerayangi tangan anak-anaknya, yang memakai gelang kemudian dipondong dan diceburkan ke dalam tempayan yang berisi air yang sedang mendidih bergejolak. Kemudian dia langsung pergi tidur lagi di tempat semula.

      Tetapi alangkah terkejutnya si ibu yang berhati jahat itu. Ketika bangun tidur yang dilihat di sampingnya ternyata si Kunci. Karena penasaran, si ibu lalu pergi ke dapur, yang kemudian gemetar sekujur tubuhnya lalu jatuh pingsan begitu melihat Kencur terbujur mati kaku di tempayan. Ketika siuman, dia ketakutan dan merasa sangat menyesal karena kehilangan anak kesayangan satu-satunya. Dia lalu lari ke hutan, menangis sambil teriak-teriak berulang-ulang :” Mau merebus Kunci keliru Kencur”. Sesampai di hutan pun dia terus menangis, berteriak, berkali-kali dan berulang-ulang :” Mau rebus Kunci keliru Kencur”. Di hutan dia tidak makan dan tidak minum yang layak sampai badannya mengecil dan kemudian menjelma menjadi burung yang selalu berbunyi :” Cuit cuit cuur, cuit cuit cuur!”. Bunyi burung itu selintas mirip teriakan “mau merebus kunci keliru kencur” dan sering terdengar sampai sekarang. Kalau terdengar suara burung seperti itu, dipercayai sebagai pertanda, bahwa di kawasan sekitar burung itu berbunyi, ada kabar orang meninggal dunia.*****

Rabu, 04 Januari 2017

Mencari Sahabat Lama



Saya Muhammad Sadji, alumni SMPN  I Gresik (1966) dan STM Kimia Industri YWSG Gresik (1969). Kehilangan jejak teman baik saya yang bernama Hariyanto bin Suratmo. Dulu pernah tinggal di Kompleks Pegadaian Gresik dan terakhir bekerja di PT Sasa Probolinggo. Orang tuanya (Keluarga pak Suratmo pensiunan PT Pegadaian) konon pindah ke Solo.
Pak Haryanto/keluarga/ putra-putrinya atau saudaranya, mohon hubungi saya (081330762727) untuk menyambung tali silahturahmi. Terima kasih atas perhatiannya, termasuk kepada siapa saja yang bisa memberikan informasi mengenai keberadaan pak Hariyanto beserta keluarganya..Wassalam dari saya : Muhammad Sadji

Rabu, 22 Agustus 2012

gresik kota tua bersejarah

kompas edisi rabu 22 agustus 2012 memuat artikel dengan judul "pintu gerbang gresik". selain sebagai  pintu masuknya agama islam di pulau jawa, sebagai kota pantai atau kota pelabuhan, gresik juga pernah menjadi persinggahan penjelajah eropa sekelas marcopolo. bahkan penjajah portugis dan belanda pernah menjadikan gresik sebagai pusat pemerintahan daerah yang penting, yang bisa dilihat dari gedung-gedung dan benteng peninggalan mereka. hingga tahun 70-an gedung-gedung berarsitektur eropa masih banyak kita jumpai bertebaran di kota gresik. tetapi sayang sekali, ketika gresik dimekarkan menjadi kota kabupaten pada tahun 1975/1976, gresik mengalami pengrusakan massal yang sangat dahsyat. bupati pertama yang baru ditunjuk secara membabibuta merenovasi masjid jami gresik yang indah bergaya gabungan eropa, islam dan jawa menjadi jelek dan tidak jelas bentuknya. sampai sekarang renovasi itu belum tuntas sebagai imbas dari kelakuan bupati I tersebut. demikian juga komplek bangunan rumah sakit yang mirip bangunan istana kepresidenan dirobohkan dan diganti bangunan seperti sekarang ini yang tidak jelas arsitekturnya. dulu, bangunan sekitar aloon-aloon gresik sangat indah dan menarik dan berubah total setelah menjadi kota kabupaten. nampaknya, euforia pembangunan melanda juga kota gresik yang sebenarnya malah banyak merusak. membangun memang bisa berujung merusak apabila alam pikirannya mencari obyekan dan korupsi, dan itulah yang dialami kota gresik. demikian juga jalan samanhudi, dulu bernama jalan niaga dan hampir semua bangunan rumah /toko berarsitektur eropa dan tiongkok. dengan alasan pelebaran jalan karena pembangunan, semua bangunan sepanjang jalan itu  terpaksa harus dipapras sehingga menjadi kurang menarik lagi. tiang listrik dan telpon di dalam kota gresik yang terbuat dari besi yang indah bentuknya dan tidak berkarat, telah lenyap semuanya karena pelebaran jalan dan diganti dengan tiang-tiang baru yang tidak tegak lurus alias miring-miring dan umumnya mudah berkarat. sewaktu sekolah di sd negeri bedilan I gresik, saya bersama teman-teman sering main ke bekas benteng di dekat pelabuhan gresik. benteng yang konon peninggalan portugis itu sudah lenyap dan sudah berubah menjadi bangunan pabrik yang menjamur selama rezim orde baru. sayang sekali, pada hal bangunan arsitektur eropa dan tiongkok tersebut sangat potensial bagi pengembangan pariwisata sejarah  yang selaras dengan pariwisata religi yang selama ini sudah berkembang pesat di gresik.*****