Dongeng ini sebenarnya
banyak diceritakan oleh para orang tua dan diceritakan secara turun-menurun.
Saya menceriterakan kembali dongeng ini versi daerah saya, Gresik – Jawa Timur.
Pada jaman dahulu kala, ada seorang ibu janda
yang mempunyai seorang anak gadis cilik bernama Kencur. Ibu itu dinikahi
seorang duda kaya yang juga mempunyai seorang anak gadis sebaya Kencur yang
bernama Kunci. Ibu janda itu sangat menyayangi putrinya, tetapi agak jahat
terhadap anak tirinya, Kunci.
Suatu ketika, sang ibu ini timbul niat
jahat, bersama anaknya ingin menguasai harta suaminya. Dia berpikiran, kalau
suaminya suatu saat meninggal pasti hartanya akan jatuh ke tangan si Kunci.
Maka timbullah niatnya bagaimana cara menyingkirkan si Kunci.
Kepada Kunci, suatu hari si ibu ini
membelikan gelang emas. Tentu saja Kunci sangat senang dan yang dipikirnya, ibu
tirinya mungkin sudah berubah menjadi sayang. Si Kencur yang tidak dibelikan,
sering bertanya kepada Kunci : “Bagus ya gelangmu, kok aku tidak dibelikan, ya?”.
Kencur dan Kunci seumur, sehingga
besarnya hampir bersamaan. Karena iba, Kunci yang baik hati kemudian memakaikan
gelang itu kepada Kencur tanpa sepengetahuan ibunya. Bapak mereka sebagai
pedagang, sering pergi ke luar daerah dan terkadang cukup lama waktunya, bisa
berhari-hari.
Si ibu ingin membuat sandiwara bahwa Kunci
meninggal karena kecebur tempayan besar di dapur. Suatu malam, ibu itu merebus
air di tempayan besar. Kondisi desa yang
belum ada penerangan listrik, begitu beranjak malam mereka pergi tidur satu
kamar karena Bapaknya sedang pergi ke luar daerah. Ketika air sudah mendidih
pada tengah malam, anak-anak sudah pada lelap tidur, maka dilaksanakanlah niat
si ibu sesegera mungkin. Dalam suasana gelap dan sangat tergesa-gesa,
digerayangi tangan anak-anaknya, yang memakai gelang kemudian dipondong dan
diceburkan ke dalam tempayan yang berisi air yang sedang mendidih bergejolak.
Kemudian dia langsung pergi tidur lagi di tempat semula.
Tetapi alangkah terkejutnya si ibu yang berhati
jahat itu. Ketika bangun tidur yang dilihat di sampingnya ternyata si Kunci.
Karena penasaran, si ibu lalu pergi ke dapur, yang kemudian gemetar sekujur
tubuhnya lalu jatuh pingsan begitu melihat Kencur terbujur mati kaku di
tempayan. Ketika siuman, dia ketakutan dan merasa sangat menyesal karena
kehilangan anak kesayangan satu-satunya. Dia lalu lari ke hutan, menangis
sambil teriak-teriak berulang-ulang :” Mau merebus Kunci keliru Kencur”.
Sesampai di hutan pun dia terus menangis, berteriak, berkali-kali dan
berulang-ulang :” Mau rebus Kunci keliru Kencur”. Di hutan dia tidak makan dan
tidak minum yang layak sampai badannya mengecil dan kemudian menjelma menjadi
burung yang selalu berbunyi :” Cuit cuit cuur, cuit cuit cuur!”. Bunyi burung
itu selintas mirip teriakan “mau merebus kunci keliru kencur” dan sering
terdengar sampai sekarang. Kalau terdengar suara burung seperti itu, dipercayai
sebagai pertanda, bahwa di kawasan sekitar burung itu berbunyi, ada kabar orang
meninggal dunia.*****