Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Tampilkan postingan dengan label detik detik proklamasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label detik detik proklamasi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 22 Januari 2017

Dentuman Meriam di Lapangan Monas



Pada tahun 2006, saya pernah menulis surat pembaca di berbagai media massa, mengusulkan agar dentuman meriam di Lapangan Monas dihentikan, karena dikhawatirkan dapat merusak bangunan Monas dan bangunan cagar budaya lain di sekitarnya. Seperti diketahui, setiap kali menyambut tamu negara selalu diberikan  tembakan Meriam sebanyak 19 sampai 21 kali, dan untuk perayaan HUT Kemerdekaan RI diberikan tembakan sebanyak 17 kali.
Usul saya tersebut diilhami oleh kebijakan Pemerintah India yang pernah melarang konser music di kawasan Taj Mahal, karena dikhawatirkan getarannya dapat merusak bangunan yang sangat mereka (dan dunia) banggakan itu. Perlu saya sampaikan juga, bahwa sewaktu saya berkantor di Jalan Medan Merdeka Timur, apabila ada tembakan Meriam di lapangan Monas, dnding dan jendela kantor selalu bergetar. Maka dapat dibayangkan apa yang terjadi pada bangunan Monas, Istana Kepresidenan dan lain-lain. Saya mengusulkan agar peringatan detik-detik proklamasi cukup disambut dengan bunyi sirene dan bedug di Masjid Istiqlal dan masjid di kawasan istana kepresidenan serta lonceng di Gereja saja. Sedangkan ketika menyambut tamu negara, sebaiknya tembakan Meriam diberikan ketika tamu tiba di Lapangan Terbang (Bandara) Halim Perdanakusuma
Dengan langkah tersebut, berarti kita turut menjaga kelestarian bangunan peninggalan bersejarah oleh pendahulu kita yang berguna bagi obyek pariwisata dan sebagai penanda zaman, prestasi kerja serta karya arsitektur yang monumental.
Semoga usulan saya ini dapat menjadi kajian dan pertimbangan pemerintah!.