Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Tampilkan postingan dengan label menpora. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label menpora. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 September 2016

Upaya Memajukan Persepakbolaan di Indonesia



Perhatian masyarakat dunia selama bulan Ramadhan 2016 kemarin tercurah ke perhelatan Piala Amerika di Amerika Serikat dan Piala Eropa di Perancis. Tidak tanggung–tanggung, dari rakyat biasa sampai Presiden dan Raja serta Ratu menaruh perhatian yang besar terhadap jenis olahraga yang paling populer di muka bumi ini. Suatu bangsa boleh saja miskin atau saling bertikai,tetapi dengan sepak bola seolah semuanya menjadi tidak ada masalah. Dengan jumlah pemain  sebanyak 11 orang dalam setiap laga,sepak bola memang dapat dianggap bisa mewakili atau merupakan representasi suatu bangsa. Maka tidak heran apabila ada pimpinan negara sampai turun tangan dalam mempersiapkan tim negaranya dan terus mengikuti perkembangan sepak terjang timnya yang sedang berlaga. Gejala tersebut bisa jadi karena dalam perkembangannya,olah raga sepak bola apalagi perhelatan setingkat Piala Dunia mampu membangkitkan ekonomi kreatif bangsa – bangsa di seluruh dunia walaupun negara tersebut tidak ikut berlaga di Piala Dunia.
Sebagai contoh, Pemerintah Afsel yang pernah sebagai penyelenggara Piala Dunia 2010 yang lalu, mengaku mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup menjanjikan. Ada sekitar 600 ribu lapangan pekerjaan tercipta selama event berlangsung, dimana 200 ribu di antaranya menjadi permanen dan 100 ribu lainnya merupakan kegiatan insidentil. Afsel juga kebanjiran 500 ribu wisatawan penonton yang datang dari berbagai penjuru dunia (Media Indonesia,3 Juli 2010). Bahkan Spanyol juga sempat berharap bisa mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi setelah berhasil menjadi juara Piala Dunia 2010. Spanyol berharap bisa seperti Italia yang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi di bidang pariwisata setelah berhasil menjadi juara Piala Dunia 2006 yang lalu.
Bagaimana dengan masyarakat kita di Indonesia?. Ternyata,kita pun dilanda demam bola. Sebagai contoh, anak – anak kecil di mana–mana terlihat banyak yang bermain bola. Apabila kita kilas balik menengok ke belakang, perhelatan nonton bareng juga diadakan di berbagai tempat. Bali yang terkenal dengan seni pahatnya, pada waktu Piala Dunia 2010 yang lalu  berhasil menciptakan boneka yang menggambarkan pemain – pemain favorit  dunia dan berhasil menarik perhatian para penonton dan penggemar bola di Afrika Selatan. Indomaret dan Alfamaret,sebagai contoh, juga ikut – ikutan menjual pernak –  pernik Piala Dunia yang berupa bola,kaos,gelas,dan lain – lain. Bahkan Presidan SBY pada waktu itu  bersama beberapa Menteri KIB II menyempatkan nonton bareng di Ballroom Puri Kencana Hotel Intercontinental – Bali pada laga pembukaan pada tanggal 11 Juni 2010 dan juga nonton bareng di kediaman Puri Cikeas. Yang menarik,Presiden SBY juga  sempat mempertanyakan dua hal kepada Menteri Negara Pemuda & Olah Raga pada masa itu, Andi Mallarangeng. Yang pertama,kapan PSSI bisa tampil di arena final Piala Dunia. Dan yang kedua,Presiden sempat mendiskusikan goal Meksiko atas Afrika Selatan yang dianulir wasit.
Pertanyaan Presiden SBY tersebut semestinya perlu mendapat  jawaban dalam rangka memajukan persepak bolaan di Indonesia. Sekaligus menindaklanjuti cita – cita Presiden yang pernah di sampaikan dalam kongres Sepak Bola Indonesia di Malang beberapa waktu yang lalu,yang menginginkan agar PSSI bisa berjaya kembali seperti yang pernah diraih pada masa lalu.
Jawaban itu sebenarnya antara lain sudah tersirat dalam percakapan antara Presiden dan Menegpora bahwa pesepak – bolaan Indonesia masih pada tahap kategori kelas ngambek manakala wasit dianggap keliru dalam mengambil keputusan (kata Menegpora). Lalu,wasit diburu dan disantet kalau tidak berhasil ditangkap (komentar Presiden).  Dan jawaban kedua,agaknya ada pada iklan Bodrex yang seolah,meledek mutu persepabolaan di Indonesia karena pada waktu itu  mengetengahkan pesepakbola Bambang Pamungkas,pemain utama PSSI,yang dilukiskan sedang sakit kepala. Iklan tersebut tampilkan dalam sela acara tayang Piala Dunia Afrika Selatan oleh RCTI,sehingga dapat diasosiasikan bahwa sepak bola di Indonesia sedang bermasalah.
Jawaban ketiga,karena faktanya memang persepakbolaan di Indonesia sedang mengalami kemunduran, bahkan hingga sekarang ini. Banyak yang tidak peduli lagi dengan olah raga rakyat ini. Sebagai contoh,kalau pada tahun 60 – an di daerah saya di Gresik ada lapangan bola di desa Benjeng dekat SD Negeri yang  menjadi tempat latihan rutin PSB (Persatuan Sepak Bola Benjeng),sekarang sudah tidak ada lagi. Dan demikian juga lapangan bola di Alun – alun kota Gresik,sekarang lapangan tersebut sudah tidak ada lagi,padahal dulu tempat  latihan rutin PSHW,PS Gapura, PS Sidolig, Persegres dan lain-lain.. Di Jalan Ratna,Jatiasih – Bekasi dekat tempat tinggal saya sekarang,sekitar beberapa tahun yang lalu masih ada lapangan bola yang justru letaknya dekat dengan SDN setempat. Tetapi sekarang,tanah lapang tersebut sudah berubah menjadi ruko. Konon Kepala Desa setempat terlibat dalam alih fungsi lahan ini. Di Jakarta sendiri,Lapangan Bola (Stadion) Menteng yang bersejarah telah diubah oleh Gubernurnya menjadi taman, dan hampir tidak ada yang berusaha menghalangi kebijakan alih fungsi stadion tersebut..Hal ini tidak mengherankan karena mantan Gubernur yang mengambil kebijakan pembongkaran ternyata lebih menyempatkan diri main wayang orang justru pada saat orang ramai nonton dan memperbincangkan final Piala Dunia di mana – mana.
Dan mungkin banyak lagi kasus seperti ini di seluruh Indonesia. Oleh karena itu jangan heran kalau anak – anak sekarang hanya bisa main bola di Futsal atau di jalan – jalan dan pekarangan kosong karena makin langkanya lapangan bola di sekitar kita. Mungkin sudah saatnya ada kebijakan resmi pemerintah yang menganjurkan agar setiap pengembang perumahan di wajibkan menyediakan lapangan bola yang representative.
Yang keempat,perlu pencanangan agar “Indonesia melamar menjadi tuan rumah Piala Dunia” walaupun untuk penyelenggaraan pada masa yang jauh  mendatang. Dan bersamaan pencanangan itu perlu ada gerakan massal yang menunjang pembinaan persepakbolaan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah,sekolah,pengusaha,BUMN,Parpol,dan Ormas serta seluruh masyarakat luas. Juga perlunya cita – cita membangun stadion bertaraf internasional seperti Gelora Bung Karno sebanyak – banyaknya di seluruh Indonesia. Momentum penyelenggaraan PON (Pekan Olah Raga Nasional) bisa dimanfaatkan untuk membangun stadion ini,tetapi bukan asal jadi apalagi kalau besar korupsinya.
Jadikan gerakan demam sepak bola yang fair dan sportif kapan saja dan di mana saja dalam rangka mencapai cita – cita pertumbuhan ekonomi melalui sektor olah raga khususnya sepak-bola  dan pariwisata, dan dalam rangka mengubah citra negara yang dewasa ini hanya mampu sebagai pengekspor TKI murahan,menjadi negara pengekspor pemain bola yang handal.
Ada fakta sejarah yang perlu disadari oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang bahwa Indonesia antara lain pernah dijajah Portugis dan Belanda dalam jangka waktu yang cukup lama. Dua negara itu termasuk kampiunnya sepak bola di muka bumi ini. Sehingga sepantasnya, apabila kita semua berharap agar bangsa Indonesia bisa mewarisi bakat sepak bola ini sebagaimana Brasil,Argentina,Ghana,dan lain – lain yang sanggup berprestasi menyusul negeri penjajahnya. Dan apabila dihubungkan dengan kesamaan kultur dan emosional, bisa saja kita melakukan pembibitan dan pembinaan yang seksama di kawasan Tapanuli, Sulawesi Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur dan Papua. 
Sebagai jawaban terakhir, mantan Presiden Bill Clinton saja mau menyempatkan diri hadir ke Afrika Selatan dalam rangka ikut kampanye Amerika Serikat melamar menjadi tuan rumah Piala Dunia lagi. Lalu,kapan para pemimpin Indonesia mau melibatk an diri ikut kampanye membudayakan sepak bola sebagai gerakan olah raga rakyat?. Itulah yang kita tunggu,dari sekarang,dalam rangka merevitalisasi persepak bolaan di Indonesia. Dalam hal ini kita perlu memberikan penghargaan kepada Kompas – Gramedia yang mau menyisakan sebagian keuntungannya untuk pembinaan sepak bola dengan menggulirkan Liga Kompas Indonesia U – 14. Semoga langkah ini diikuti juga oleh pengusaha – pengusaha besar lainnya di seluruh Indonesia. Demikian juga, upaya pada masa Presiden Jokowi yang sudah mulai mengadakan berbagai turnamen sepakbola dapat terus berlanjut, berkesinambungan dan semakin bermutu. Jangan sampai kita yang berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa, kalah dengan Islandia yang penduduknya tidak sampai 350 ribu jiwa tetapi mampu eksis di Piala Eropa 2016.
Dengan  merevitalisasi persepakbolaan  di Indonesia dari sekarang secara bersungguh-sungguh dan dengan melibatkan berbagai komponen bangsa,semoga Indonesia memang bisa hebat ”dalam segala hal”, termasuk dalam dunia sepak-bola!. ****