Prof. Dr. BJ. Habibie, mantan Presiden III RI, pernah mengungkap penggalan amanat Presiden I RI Bung Karno yang menyatakan bahwa untuk mempersatukan NKRI yang terdiri dari lebih 17 ribu pulau dan sebagaian besar berupa laut, bangsa Indonesia harus menguasai dunia maritim dan kedirgantaraan dengan baik.Konon amanat itu disampaikan oleh Bung Karno ketika melepas para pelajar berprestasi yang akan dikirim tugas belajar ke luar negeri, dan salah seorang diantaranya adalah BJ. Habibie.Pesan Presiden Sukarno itu disampaikan Prof. Dr. BJ. Habibie dalam kapasitasnya sebagai Menteri Negara Ristek ketika berbicara sebagai keynote speaker di Seminar Ilmiah Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) di Jakarta pada tahun 1992.Apabila ditelaah lebih jauh, amanat Bung Karno tersebut sangat visioner dan perlu diwujudkan dalam bentuk penguasaan ilmu, teknologi dan sarana pertahanan yang kuat serta mobilitas yang tangguh di laut dan di udara.Tentunya, tetap tidak melupakan kemampuan kekuatan di daratan untuk mengimbangi keunggulan di laut dan di udara.
Tetapi, di samping kebutuhan yang menyangkut pertahanan dan keamanan seperti diuraikan di atas, sebenarnya ada satu lagi media yang bisa berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa, yaitu keberadaan Dinas Pos yang dapat melayani seluruh rakyat Indonesia dengan baik di manapun mereka berada.Perlu dipahami, bahwa rakyat Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa dan tersebar dari Sabang sampai Merauke dan di berbagai belahan dunia memerlukan saling berkomunikasi dan kenal - mengenal secara intens, murah, cepat, aman, efisien dan setiap saat serta terdokumentasikan dengan baik.Kebutuhan itu bisa dipenuhi oleh Dinas Pos yang memadai dan tersebar luas di seluruh kepulauan tanah air.
Pemerintah Belanda yang pernah menguasai Nusantara selama 3,5 abad sangat memahami kebutuhan ini. Oleh karena itu Gubernur Jendral Hindia Belanda G.W. Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos yang pertama di Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 26 Agustus 1746 dalam rangka lebih menjamin keamanan lalu-lintas surat menyurat dan terutama yang menyangkut kegiatan perdagangan dan hantaran barang antar daerah dan antar pulau serta dengan Negeri Belanda.
Dalam perkembangannya, media pengangkutan pengiriman pos juga mengikuti perkembangan kemajuan alat transportasi. Kalau pada awalnya pengiriman pos hanya melalui alat transportasi jalan raya, kemudian berkembang memanfaatkan sarana transportasi kereta api yang mulai dibangun di pulau Jawa pada tahun 1864. Pengangkutan pengiriman pos melalui udara baru dimulai pada tahun 1924.
* * *
Sejarah mencatat, bahwa untuk keperluan transportasi dan kelancaran lalu – lintas pos, Gubernur Jendral Hindia Belanda Daendels membuat jalan raya yang terkenal dengan jalan raya pos yang membentang dari Anyer sampai Panarukan dan dibuat dengan sistem kerja rodi pada tahun 1808 – 1811.
Untuk keperluan kelancaran lalu – lintas pos pula, Pemerintah Hindia Belanda selalu membangun Kantor Pos yang lokasinya dekat dengan Stasiun Kereta Api.
Pasca Proklamasi Kemerdekaan, Dinas Pos disadari semakin penting keberadaannya. Hal ini terbukti dengan direbutnya dari tangan penjajah, Gedung PTT di Bandung oleh Angkatan Muda PTT pada tanggal 27 September 1945 yang kemudian dikenang sebagai Hari Bakti Postel.
Juga dibentuknya Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi yang menunjukkan keterkaitan yang erat antara sektor pariwisata, perposan dan telekomunikasi.
Dalam perkembangannya, Pos Indonesia memiliki jaringan 3.792 Kantor Pos dan 1.811 Mobil Pos yang tersebar di seluruh wilayah tanah air walaupun induk Kementerian / Departemennya berubah – ubah sesuai visi dan misi serta kebutuhan rezim yang berkuasa.
Adalah merupakan perkembangan yang menarik karena Pos Indonesia terus berusaha melakukan perubahan dalam rangka melaksanakan UU No. 38 tahun 2009 tentang Pos.
Misi Pos Indonesia sesuai tuntutan jaman yang berubah dengan cepat antara lain berkomitmen kepada pelanggan untuk menyediakan layanan yang selalu tepat waktu dan nilai terbaik.
Masyarakat Indonesia dan masyarakat Internasional sangat mendambakan realisasi pelaksanaan misi tersebut, karena disamping memerlukan jasa layanan pos yang cepat, tepat waktu dan dengan kejujuran, juga karena menyangkut hobi filateli yang ditekuni oleh banyak orang di muka bumi ini.
Ada fakta menarik yang dapat menjadi pelajaran bagi kemajuan Pos Indonesia ke depan.
Pertama, tentang kecepatan dan ketepatan hantaran surat – surat. Berdasarkan data benda filateli yang pernah dipamerkan di Mall of Indonesia Jakarta beberapa waktu yang lalu, terbukti bahwa kecepatan kerja Dinas Pos pada masa Hindia Belanda jauh lebih baik dibanding sekarang ini.
Sebagai contoh dapat dikemukakan antara lain : surat dari Lahat cap kirim 1.11.1881 sampai Batavia cap pos 12.11.1881;Djepara cap kirim 30.7.1883 sampai Batavia cap pos 3.8.1883; Poerworedjo cap kirim 17.7.1888 sampai Semarang cap pos 18.7.1888; Tjilatjap cap kirim 21.4.1892 sampai Djokjakarta cap pos 22.4.1892; Probolinggo cap kirim 27.2.1894 sampai Soerabaja cap pos 29.2.1894; Batavia cap kirim 17.8.1920 sampai Djokya cap pos 18.8.1920; Brastagi cap kirim 15.1.1937 sampai Tandjoeng Balei cap pos 15.1.1937 atau Tjirebon cap kirim 23.9.1946 sampai Djogjakarta cap pos 25.9.1946. Pada waktu itu prasarana yang ada sangat sederhana dan jarang, tetapi kinerja dan tanggung jawab Dinas Pos terkesan sangat meyakinkan dan terpercaya.
Kedua, tentang cap pos yang tidak jelas dan tidak konsisten. Fakta yang dikemukakan di atas dapat diketahui dengan jelas dari cap pos kirim dan secara konsisten juga dicap pada waktu sampai di kota tujuan.
Tingkat kepercayaan bagi individu yang menggunakan jasa pos akan tercipta jika cap pos kirim dan sampainya di kota tujuan dapat terbaca dengan jelas.
Selama ini cap pos seperti ini tidak pernah kita jumpai lagi, bahkan jarang sekali kita temui yang masih bisa terbaca. Padahal cap pos yang bisa terbaca dengan jelas juga merupakan bagian penting dari koleksi benda filateli yang banyak dicari para filatelis.
Ketiga, mengenai pelayanan pos yang tidak bisa memenuhi kepuasan pelanggan. Sebagai filatelis, penulis banyak menggunakan jasa pos untuk berkirim surat.
Penulis pernah berkirim surat dari Malaysia dengan prangko beraneka ragam. Anehnya surat itu tidak pernah sampai ke alamat rumah penulis di Bekasi. Bulan lalu penulis juga mengirim surat ke lima alamat dalam waktu bersamaan. Anehnya setelah dicek, empat alamat telah sampai dengan waktu yang berbeda. Sedangkan satu alamat sampai sekarang belum menerima, padahal sama – sama kota di Jawa Timur. Dalam rangka persaingan, kelemahan semacam ini harus menjadi perhatian Pos Indonesia.
Keempat, mengenai Gedung Pos peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang tersebar di seluruh Indonesia dengan arsitektur yang indah dan kokoh hendaknya dijaga kelestariannya.
Disamping sebagai monumen sejarah kolonial, Kantor Pos yang indah dan bersih adalah merupakan obyek pariwisata yang menarik bagi turis domestik maupun turis mancanegara yang umumnya menggunakan jasa pos untuk berbagai keperluan.
Kelima, mengenai peran strategis Pos Indonesia dari segi ekonomi bisnis.Dengan gerainya yang tersebar luas sampai menjangkau tingkat kecamatan dan bahkan kelurahan, memungkinkan Kantor Pos bisa menjadi sentra bisnis yang menarik yang terkait dengan perposan dan kegiatan ikutannya.
Sebagai contoh, kartu pos bergambar ikon suatu kota, flora / fauna atau gambar – gambar yang menarik tentang Indonesia agak susah dijumpai dan hanya tersedia di kantor pos tertentu. Demikian juga majalah Sahabat Pena yang pernah terbit dan mudah didapat, sekarang diduga telah mati karena kurangnya promosi ke sekolah – sekolah yang sebenarnya sangat potensial sebagai media penggalangan persahabatan dan persatuan antar generasi muda serta sebagai sarana pembinaan mutu dan karakter bangsa.
Penggalakan hobi filateli dan surat – menyurat yang berkaitan erat dengan bisnis Pos Indonesia juga perlu terus menerus dicanangkan melalui berbagai cara yang menarik dan dilakukan secara berkesinambungan.
Alhasil, Pos Indonesia adalah merupakan salah satu asset bangsa yang sangat potensial untuk dikembangkan sesuai perkembangan dan kemajuan jaman. Multi perannya adalah sebagai perekat dan pemersatu bangsa, sumber devisa negara, pelaku bisnis perposan beserta produk ikutannya,serta sebagai sarana dan obyek pariwisata. Oleh karena itu, bangsa Indonesia selaku pemegang saham dan sebagai pemangku kepentingan, mengharapkan Pos Indonesia selalu berhasil meningkatkan mutu kinerjanya