Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Jumat, 06 Mei 2022

BAKMI MINGGU PAGI

 

       Hari menunjukkan jam satu siang. Siswa kelas lima dan kelas enam Sekolah Dasar Negeri Jatikramat bubar sekolah hampir bersamaan. Mereka pulang ada yang dijemput orangtuanya dengan kendaraan bermotor, dan ada juga yang naik becak atau sepeda. Tetapi sebagian besar hanya berjalan kaki sambil berlari-lari karena rumahnya dekat dengan sekolah.

       Tidak seperti biasanya, Anto yang sudah duduk di kelas enam dan biasanya periang, hari itu sepulang sekolah tampak murung. Sampai di rumah, tas dan sepatunya dicampakkan begitu saja lalu mengurung diri di kamar. Samar-samar ibunya mendengar teriakan teman-teman Anto :” Makanya An, jangan suka makan bakmi saja. Habis, makan bakmi  tidak ajak-ajak, sih!”. Nadanya semua mengolok-olok dan mengejek. Herannya, semua kata-katanya mengandung kata bakmi. Ibunya heran, kenapa Anto diolok-olok bakmi dan apa hubungannya dengan Anto yang murung di kamar? Pada hal sehari-hari Anto memang paling suka makan bakmi. Hampir setiap hari Anto minta dibikinkan atau dibelikan bakmi sebagai makanan kesukaannya.

      Ibunya masuk ke kamar Anto dan menyapa : “Anto, ayo ganti pakaian lalu cuci tangan dan kaki!”. Berulang-ulang ibunya membujuk, tetapi Anto diam saja. Ibunya berpikir, mungkin Anto baru saja bertengkar dengan teman-temannya. Atau mungkin ada kaitannya dengan kata bakmi yang diteriakkan oleh teman-temannya tadi? Berulang kali ibunya terus mencoba membujuk dan menghiburnya : “Ayo, Ibu buatkan bakmi kesukaan Anto, ya?”. Tetapi Anto tak bergeming, malah semakin tampak tambah murung.

                                                                           ***

       Esok hari dan hari-hari berikutnya, Ibu Anto merasakan agaknya ada perubahan perilaku antara Anto dengan teman-temannya. Yang bermain ke rumah Anto menjadi berkurang. Ibunya berpikir dan semakin yakin kalau Anto habis bertengkar, sehingga teman-temannya semua menjauh.

Karena cemas dan khawatir terhadap pergaulan dan perkembangan jiwa Anto, Ibunya berusaha menanyakan dan mengorek lebih jauh masalahnya. “Anto, kenapa Aji, Amir dan Andi tidak pernah bersamamu lagi? Kamu bertengkar, ya? Ingat, Tuhan tidak menyukai orang-orang yang suka bermusuhan. Nanti nilai sekolahmu bisa jadi jelek lho, apalagi mau menghadapi ujian akhir nasional “, selidik Ibunya Anto  suatu ketika. Anto membisu saja, bahkan pada hari-hari berikutnya menjadi semakin pendiam dan pemurung. Karena semakin khawatir terhadap perkembangan jiwa dan mental serta ketakutan mempengaruhi semangat belajar Anto, Ibunya suatu sore secara diam-diam mendatangi rumah Aji, temannya yang sangat akrab selama ini.

                                                                         ***

       Ibu Anto sedang bercakap-cakap dengan Ibu Aji di teras rumah ketika Aji pulang dari bermain sepak-bola. “Selamat sore Tante! Apakah tante bersama Anto?”, sapa Aji dengan ceria. “Tidak Aji, Anto ada di rumah. Tadinya Tante ajak, tetapi tidak mau. Coba sini, Tante mau tanya!”, kata Ibu Anto membalas sapa Aji.

       Ketika Ibu Anto menanyakan kerenggangan hubungan Aji dan kawan-kawan dengan Anto, Aji menjelaskan : ”Bahwa bermula dari nilai Anto yang tidak bagus diantara kami, Tante! Dia juga tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah atau PR, sehingga dihukum berdiri di depan kelas. Bapak Guru memberi nasihat kepada kami yang nilainya jelek, agar menjauhi BAKMI. Kata Pak Guru, BAKMI yang dimaksud itu singkatan dari B = bosanan, A = aras-arasen, bahasa Jawa yang maksudnya ogah-ogahan, K = keset yang artinya tidak bergairah, M = malas dan I = isinan artinya pemalu. Karena kawan-kawan tahu Anto suka sekali makan bakmi, maka jadilah olok-olokan itu pada Anto. Tadinya kami semua hanya bercanda dan bukan bermaksud bermusuhan, Tante! Tetapi herannya Anto jadi sungguhan dan tidak mau bertegur-sapa. Jadi saya mewakili kawan-kawan mohon maaf, tolong Tante sampaikan kepada Anto. Malah kata Pak Guru, kita disuruh banyak makan RACUN supaya pandai dan maju!  “Lho, kok disuruh makan racun?”, sela Ibu Anto dan Ibu Aji bersamaan. “RACUN kata Pak Guru, singkatan dari R = rajin, A = akas atau cekatan dalam segala hal, C = cermat dan teliti, kemudian U = ulang-ulang maksudnya mengulang pelajaran yang pernah diperoleh atau diajarkan, dan N = nalar, maksudnya kita disuruh lebih kreatif”, jelas Aji dengan lancar.

                                                                              ***

       Ibu Anto kemudian berusaha mengatur siasat. Suatu Minggu pagi yang cerah, Aji, Andi dan Amir serta beberapa temannya bertandang ke rumah Anto sesuai undangan Ibu Anto. Seperti biasanya, di antara mereka ada yang membawa bola sepak, raket bulu tangkis dan lain-lain untuk bermain pada setiap hari libur. Ibu Anto yang mengundang, sengaja menyiapkan masakan bakmi kesukaan Anto.

       Semula Anto kaget dan berusaha menghindar ketika menyaksikan teman-temannya berdatangan. Tetapi karena kepergok dan Ibunya membujuk agar mau menemui, maka ditemuilah teman-temannya di ruang tamu. Mula-mula agak canggung, malu-malu dan hanya saling bersalaman. Tetapi tidak lama kemudian mereka larut dalam keceriaan anak-anak. Si Tono yang suka melucu ternyata dapat mencairkan suasana yang semula serba canggung dan bengong.

        Ibu Anto yang sedang mempersiapkan makanan menu bakmi merasa sangat bahagia pagi itu. Dengan perasaan bersyukur tiba-tiba Ibu Anto berseru : “Ayo anak-anak kita makan bakmi ramai-ramai! Kalian harus saling bersahabat dengan baik, tidak boleh bermusuhan. Kalian boleh makan bakmi sampai kenyang, tetapi kalian harus rajin belajar, banyak bertanya dan tidak boleh bosanan atau ogah-ogahan belajar agar nilai kalian baik semua. Ingat pesan Tante, ya! Bakmi ternyata bisa memberi semangat karena bermakna : “BAKMI adalah semangat Belajar dengan Asyik, Kelak akan Menambah Ilmu!”. Perintah Ibu Anto kemudian : “ Jangan lupa, sebelum makan  harus berdoa dulu dengan tertib, ya!”.

       Ya, Tante!”, jawab mereka hampir serempak. Mereka kemudian menyantap bakmi dengan lahapnya. Dan sejak saat itu, persahabatan mereka kembali akrab, bahkan semangat belajar mereka semakin bertambah berkat bakmi Minggu pagi.*****Bekasi, awal Mei 2022

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar