Hari menunjukkan jam satu siang. Siswa kelas lima dan kelas enam Sekolah
Dasar Negeri Jatikramat bubar sekolah hampir bersamaan. Mereka pulang ada yang
dijemput orangtuanya dengan kendaraan bermotor, dan ada juga yang naik becak
atau sepeda. Tetapi sebagian besar hanya berjalan kaki sambil berlari-lari
karena rumahnya dekat dengan sekolah.
Tidak seperti biasanya, Anto yang sudah duduk di kelas enam dan biasanya
periang, hari itu sepulang sekolah tampak murung. Sampai di rumah, tas dan
sepatunya dicampakkan begitu saja lalu mengurung diri di kamar. Samar-samar
ibunya mendengar teriakan teman-teman Anto :” Makanya An, jangan suka makan
bakmi saja. Habis, makan bakmi tidak
ajak-ajak, sih!”. Nadanya semua mengolok-olok dan mengejek. Herannya, semua
kata-katanya mengandung kata bakmi. Ibunya heran, kenapa Anto diolok-olok bakmi
dan apa hubungannya dengan Anto yang murung di kamar? Pada hal sehari-hari Anto
memang paling suka makan bakmi. Hampir setiap hari Anto minta dibikinkan atau
dibelikan bakmi sebagai makanan kesukaannya.
Ibunya masuk ke kamar Anto dan menyapa : “Anto, ayo ganti pakaian lalu
cuci tangan dan kaki!”. Berulang-ulang ibunya membujuk, tetapi Anto diam saja.
Ibunya berpikir, mungkin Anto baru saja bertengkar dengan teman-temannya. Atau mungkin
ada kaitannya dengan kata bakmi yang diteriakkan oleh teman-temannya tadi?
Berulang kali ibunya terus mencoba membujuk dan menghiburnya : “Ayo, Ibu
buatkan bakmi kesukaan Anto, ya?”. Tetapi Anto tak bergeming, malah semakin
tampak tambah murung.
***
Esok hari dan hari-hari berikutnya, Ibu Anto merasakan agaknya ada
perubahan perilaku antara Anto dengan teman-temannya. Yang bermain ke rumah
Anto menjadi berkurang. Ibunya berpikir dan semakin yakin kalau Anto habis
bertengkar, sehingga teman-temannya semua menjauh.
Karena cemas dan khawatir terhadap pergaulan
dan perkembangan jiwa Anto, Ibunya berusaha menanyakan dan mengorek lebih jauh
masalahnya. “Anto, kenapa Aji, Amir dan Andi tidak pernah bersamamu lagi? Kamu
bertengkar, ya? Ingat, Tuhan tidak menyukai orang-orang yang suka bermusuhan.
Nanti nilai sekolahmu bisa jadi jelek lho, apalagi mau menghadapi ujian akhir
nasional “, selidik Ibunya Anto suatu
ketika. Anto membisu saja, bahkan pada hari-hari berikutnya menjadi semakin
pendiam dan pemurung. Karena semakin khawatir terhadap perkembangan jiwa dan
mental serta ketakutan mempengaruhi semangat belajar Anto, Ibunya suatu sore
secara diam-diam mendatangi rumah Aji, temannya yang sangat akrab selama ini.
***
Ibu
Anto sedang bercakap-cakap dengan Ibu Aji di teras rumah ketika Aji pulang dari
bermain sepak-bola. “Selamat sore Tante! Apakah tante bersama Anto?”, sapa Aji
dengan ceria. “Tidak Aji, Anto ada di rumah. Tadinya Tante ajak, tetapi tidak
mau. Coba sini, Tante mau tanya!”, kata Ibu Anto membalas sapa Aji.
Ketika Ibu Anto menanyakan kerenggangan hubungan Aji dan kawan-kawan dengan
Anto, Aji menjelaskan : ”Bahwa bermula dari nilai Anto yang tidak bagus diantara
kami, Tante! Dia juga tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah atau PR, sehingga
dihukum berdiri di depan kelas. Bapak Guru memberi nasihat kepada kami yang
nilainya jelek, agar menjauhi BAKMI. Kata Pak Guru, BAKMI yang dimaksud itu
singkatan dari B = bosanan, A = aras-arasen, bahasa Jawa yang maksudnya
ogah-ogahan, K = keset yang artinya tidak bergairah, M = malas dan I = isinan artinya
pemalu. Karena kawan-kawan tahu Anto suka sekali makan bakmi, maka jadilah
olok-olokan itu pada Anto. Tadinya kami semua hanya bercanda dan bukan
bermaksud bermusuhan, Tante! Tetapi herannya Anto jadi sungguhan dan tidak mau
bertegur-sapa. Jadi saya mewakili kawan-kawan mohon maaf, tolong Tante
sampaikan kepada Anto. Malah kata Pak Guru, kita disuruh banyak makan RACUN
supaya pandai dan maju! “Lho, kok
disuruh makan racun?”, sela Ibu Anto dan Ibu Aji bersamaan. “RACUN kata Pak
Guru, singkatan dari R = rajin, A = akas atau cekatan dalam segala hal, C =
cermat dan teliti, kemudian U = ulang-ulang maksudnya mengulang pelajaran yang
pernah diperoleh atau diajarkan, dan N = nalar, maksudnya kita disuruh lebih
kreatif”, jelas Aji dengan lancar.
***
Ibu Anto kemudian berusaha mengatur siasat. Suatu Minggu pagi yang
cerah, Aji, Andi dan Amir serta beberapa temannya bertandang ke rumah Anto sesuai
undangan Ibu Anto. Seperti biasanya, di antara mereka ada yang membawa bola
sepak, raket bulu tangkis dan lain-lain untuk bermain pada setiap hari libur.
Ibu Anto yang mengundang, sengaja menyiapkan masakan bakmi kesukaan Anto.
Semula
Anto kaget dan berusaha menghindar ketika menyaksikan teman-temannya
berdatangan. Tetapi karena kepergok dan Ibunya membujuk agar mau menemui, maka ditemuilah
teman-temannya di ruang tamu. Mula-mula agak canggung, malu-malu dan hanya
saling bersalaman. Tetapi tidak lama kemudian mereka larut dalam keceriaan
anak-anak. Si Tono yang suka melucu ternyata dapat mencairkan suasana yang
semula serba canggung dan bengong.
Ibu Anto yang sedang mempersiapkan makanan menu bakmi merasa sangat bahagia
pagi itu. Dengan perasaan bersyukur tiba-tiba Ibu Anto berseru : “Ayo anak-anak
kita makan bakmi ramai-ramai! Kalian harus saling bersahabat dengan baik, tidak
boleh bermusuhan. Kalian boleh makan bakmi sampai kenyang, tetapi kalian harus
rajin belajar, banyak bertanya dan tidak boleh bosanan atau ogah-ogahan belajar
agar nilai kalian baik semua. Ingat pesan Tante, ya! Bakmi ternyata bisa
memberi semangat karena bermakna : “BAKMI adalah semangat Belajar dengan Asyik,
Kelak akan Menambah Ilmu!”. Perintah Ibu Anto kemudian : “ Jangan lupa, sebelum
makan harus berdoa dulu dengan tertib,
ya!”.
Ya, Tante!”, jawab mereka hampir serempak. Mereka kemudian menyantap bakmi
dengan lahapnya. Dan sejak saat itu, persahabatan mereka kembali akrab, bahkan
semangat belajar mereka semakin bertambah berkat bakmi Minggu pagi.*****Bekasi,
awal Mei 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar