 |
| Ilustrasi Katak dan Cicak. (Sumber: NU Probolinggo) |
Taman Kanak-kanak (TK) Yudha Jatikramat Indah I
Bekasi ramai anak sekolah sedang istirahat. Mereka berlarian dan bersenda-gurau
ala anak-anak yang sebagian besar masih berusia balita. Seekor Cicak warna
putih kehitaman yang sudah lama menghuni di Gedung TK Yudha ikut sibuk
mengamati keceriaan anak-anak sambil memperhatikan makanan mereka yang tercecer
karena masih pada belajar makan mandiri. Cicak itu selalu kenyang memakan
ceceran makanan anak-anak yang beraneka macam jenis masakan.
Bel berbunyi, tanda istirahat sudah selesai. Anak-anak masuk kelas kembali
dengan rapi dan teratur. Setelah anak-anak duduk rapi, Ibu Guru berseru :”Anak-anak,
sekarang kita akan menyanyi! Lagunya berjudul “Cicak”. Siapa yang sudah tahu
Cicak?”. Semua menjawab sambil mengangkat tangan :”Saya tahu Bu Guru!”. Baik,
sekarang dengarkan semuanya, kata Bu Guru.
Karena mendengar namanya disebut-sebut, Cicak
lalu beranjak masuk ke dalam kelas dan langsung merayap ke dinding kelas terus
naik ke atas. Anak-anak ada yang mengamati. “He…..,itu Cicaknya!”, seru mereka
sambil menuding ke arah Cicak yang sudah bertengger di dinding sekolah. “Iya,..lihat
semuanya, itulah Cicak, dia ikut memperhatikan kalian! Ayo kita menyanyi yang
baik!”, pinta Bu Guru.
Bu Guru memulai menyanyi dengan suara merdunya.
“Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk, hap…hap…lalu
ditangkap”, begitu berulang-ulang dan semua murid menyimak dan ada yang menirukan
karena kebanyakan sudah diajari oleh orangtuanya di rumah. Cicak menyimak
dengan senang hati karena namanya disebut dalam nyanyian. Sambil berjoget
menyibak-nyibakkan ekornya, dia berpikir, nyamuk pasti enak, ya! Dia
membayangkan :”Di mana ya bisa dapat nyamuk?”.
Lama-kelamaan si Cicak tahu wujud nyamuk yang
biasa muncul pada malam hari dan sukanya menggigit manusia. Pada hal, pada
malam hari di Sekolah TK Yudha tidak ada manusia sehingga tidak dijumpai nyamuk
sama sekali. Tiap hari anak-anak menyanyikan lagu Cicak disertai gayanya
masing-masing. Suatu hari Bu Guru bercerita tentang nyamuk, serangga berbahaya karena
bisa menyebarkan dan menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia yang
digigit. Cicak jadi tahu bahwa nyamuk berkembang biak dengan bertelur di air,
kemudian berubah menjadi jentik-jentik, dan beberapa lama kemudian berubah
menjadi nyamuk. Diam-diam Cicak melakukan observasi, dia pergi ke got atau
selokan dekat sekolah. Sepanjang pagi, siang dan malam dia mengamati got. Ternyata
benar, dia tahu kapan nyamuk bertelur, jadi jenti-jentik dan setelah sampai
waktunya, umumnya pada sore hari berubah menjadi nyamuk dan langsung terbang
setelah bertengger di tempat daratan atau di atas daun tumbuh-tumbuhan sebelum
terbang. Berhari-hari Cicak mengamati nyamuk yang baru berubah dari
jentik-jentik menjadi nyamuk. Sesekali dia berancang-ancang ingin menangkap nyamuk
sebelum terbang, tetapi dia selalu ragu-ragu takut jatuh ke air. Dan benar juga,
ketika Cicak mau menyaplok nyamuk, tidak berhasil karena keburu terbang dan dia
malah terjatuh ke dalam air. “Sialan !”, katanya sambil tertatih-tatih berusaha
berenang ke daratan. Maksud hati ingin menikmati nyamuk malah tertelan air got.
Untung masih bisa menyelamatkan diri dan kembali bertengger di atas daun. “Ah…,lebih
nyaman menikmati ceceran makanan anak-anak TK yang beragam !”, gerutu Cicak.
Sedang asyik membayangkan rasa nyamuk, tiba-tiba datanglah seekor Kodok
Ijo yang sedang santai berenang ria. “Hai Cicak, sedang ngapain kamu termenung
di situ?”, sapa Kodok Ijo mengagetkan si Cicak. Kodok Ijo yang tiba-tiba
menyembul ke permukaan, membuat Cicak tergeragap dan menjawab :”Aku sedang
menunggu nyamuk tapi belum pernah dapat!”. Oh, kamu sebaiknya makan yang biasa
kamu cari saja, Cicak! Biar aku yang makan jentik-jentiknya. Dan lagi, sudah
lama ya kamu berjaga di sini?”, kata Kodok Ijo memberi saran kepada Cicak.
“Nggak juga! Aku kan hanya ingin merasakan
nyamuk seperti yang dinyanyikan anak-anak TK. Sehingga sampailah aku di tempat ini.
Selama ini sih, aku dapat makanan dari anak-anak yang tercecer di kelas atau
tempat bermain, karena mereka kan baru belajar makan mandiri!”, jelas si Cicak.
“Temanmu banyak, ya Cicak? Kalau aku tinggal sendirian karena teman-temanku
banyak ditangkap manusia untuk dijadikan santapan. Aku berhasil lari dan
bersembunyi di sepanjang got di komplek perumahan ini. Dan ternyata lumayan,
gotnya cukup bersih dan banyak nyamuk bertelur!”, cerita si Kodok Ijo sedikit
memelas. “Kalau aku, temanku banyak karena tidak diburu manusia, dan aku bisa
sembunyi di celah-celah yang aman”, jelas si Cicak. Kodok Ijo dengan matanya
berkaca-kaca melanjutkan ceritanya :”Dulu temanku juga banyak sekali, karena
tempat kita ini tadinya berupa persawahan yang luas. Menurut tetuaku,
persawahan itu sangat luas dan hidup berbagai hewan air termasuk ular yang juga
memangsa kelompokku. Ketika kemudian berubah menjadi kawasan perumahan, terjadi
pengurugan lahan, dan sejak itu Kodok Ijo banyak terbunuh. Beruntung, kelompok
biangku berhasil lari menyelamatkan diri. Disamping perburuan oleh manusia untuk
diperdagangkan sebagai bahan santapan, manusia yang semakin banyak juga membuat
kami punah karena got menjadi jorok dan banyak beracun. Sewaktu kami masih
banyak, di malam hari kami selalu bernyanyi bersama. Orang bilang kami
ber”ngorek” sehingga ada lagu tentang Kodok!”. Yang tiba-tiba memancing Cicak
nyeletuk :”Coba kau nyanyikan lagumu itu, biar aku tahu!”.
Dengan sedikit tersenyum dan tertawa kecil, Kodok Ijo kemudian bernyanyi
:”Kodok ngorek…Kodok ngorek,,,ngorek pinggir kali. Teot teblung…teot
teblung…teot…teot teblung. Bocah pinter…bocah pinter…besuk dadi dokter”. Cicak
sambil mengibaskan ekornya pertanda sangat suka, memberikan komentar :”Oei,
lagumu bagus lho Kodok Ijo!”. Sambil membanggakan diri, Kodok Ijo menyambung ceritanya
:”Ya, tetapi sekarang aku tidak pernah bernyanyi atau ber”ngorek” lagi, di
samping karena sendirian, juga takut diketahui manusia atau ular yang kemudian memburuku.
Maka aku hanya sembunyi terus sambil mencari serangga makananku. Aku paling suka
makan jentik-jentik lho, Cicak! Jadi kamu tidak akan sempat mencoba makan
nyamuk dari sepanjang got ini. Manusia mestinya berterimakasih kepadaku dan
kawan-kawanku, karena nyamuk sudah kuberantas sejak baru menjadi jentik-jentik”.
Sedang asyiknya mereka berdua bersantai ria di pagi hari, tiba-tiba air
got berombak cukup mengagetkan. Kodok Ijo dan Cicak sempat terjengkang dari
tempatnya. Kodok Ijo sangat paham suasana demikian. “Cicak…., mungkin
orang-orang sedang kerja bakti keruk-keruk got, Aku harus menyelamatkan diri, lari
dari tempat ini! Aku harus segera mencari tempat yang aman!”, seru Kodok Ijo
dengan tergopoh-gopoh dan segera lari dengan berenang.
Dengan
perasaan iba, Cicak berteriak kepada Kodok Ijo yang sudah menjauh :”Selamat ya
Kodok Ijo, semoga kamu dapat tempat yang aman dan nyaman. Semoga kamu ketemu
teman-temanmu di tempat yang membahagiakan! Sambil menitikkan air matanya,
Cicak terus mengamati Kodok Ijo yang berenang semakin menjauh dari
pandangannya. Setelah hilang dari penglihatannya, Cicak pun segera beringsut
menyembunyikan diri dan siap lari ke pelataran TK untuk mencari makanan
anak-anak yang tercecer, sembari terus berdoa bagi keselamatan si Kodok Ijo,
sahabat barunya yang tiba-tiba terputus dan berpisah. ***** Bekasi, pertengahan
September 2022.