Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Tampilkan postingan dengan label sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sastra. Tampilkan semua postingan

Rabu, 23 Juli 2025

Dari DKI Jakarta ke IKN

 

Jakarta di Pagi Hari (Sumber: MRT Jakarta)



Jakarta adalah kota Proklamasi Kemerdekaan

Menjadi ibu kota NKRI dengan sebutan DKI Jakarta

Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta apabila dipanjangkan

Kota yang berkembang mempesona dan menggiurkan

 

Siapa saja ingin merantau ke Jakarta

Dengan bermodalkan apa saja yang dia punya

Dari yang berilmu sampai sekelas masyarakat biasa

Berlomba mengadu nasib di Ibu Kota yang serba ada

 

DKI Jakarta berkembang pesat tanpa kendali

Masyarakat dari berbagai daerah berbondong mengais rezeki

Mereka berteori, DKI Jakarta hak semua anak negeri

Jadilah kota Jakarta berjubel bagai Kerajaan Kelinci

 

Ibu kota NKRI pernah harus berpindah

Ketika Jakarta September 1945 dijamah kembali oleh penjajah

Sri Sultan Hamenku Buwono IX menawarkan kepada Pemerintah

Ibu Kota NKRI dipindah ke Jogyakarta kota yang ramah

 

Ketika Pulau Jawa sudah tak terkendali

Berbagai masalah semakin rumit tertangani

Presiden Joko Widodo menggagas perpindahan ibu kota NKRI

Di Kalimantan IKN ditetapkan, dibangun dan sudah megah berdiri*****

Bekasi, Februari 2025


Jumat, 18 Juli 2025

Suasana Kehidupan

 

Foto Dari Daria Obymaha di Pexels

Menyongsong matahari terbit

Orang-orang hiruk-pikuk sudah bergelut dengan kehidupan

Ada yang berjalan kaki, juga ada yang berkendara

Warung dan kios sudah mulai dibuka

Rumah-rumah sempit dan kumuh berderet

Para penghuninya sudah semangat beraktivitas

Agaknya mereka tidak mengikuti program Keluarga Berencana

Tuna kesadaran yang baik tentang pentingnya program KB

Rela hidup berhimpitan dan pastinya kurang sehat*****

Bekasi, Februari 2025

Catatan Perjalanan

Foto oleh Min An di Pexels


Kota Jakarta di pagi hari kerja

Sepeda motor berseliweran

Juga mondar-mandir kendaraan angkutan kota dan kendaraan pribadi

Mengantar anak sekolah dan para pekerja ke tempat kerjanya

Sampah berserakan sepanjang jalan

Ada yang terbungkus plastik, tetapi lebih banyak yang urakan

Pasukan Oranye tak kunjung henti sibuk menyapu

Karena ulah masyarakat yang tak punya budaya bersih

 Dan semena-mena seolah tak mengenal adab*****

Bekasi, Februari 2025


Cerita Seputar Ko-As

 

Foto oleh RF._.studio di Pexels
Husseynia Muharrani anak saya yang bungsu

Sudah diwisuda dari Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) Jakarta

Sebagai Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada tanggal 22 November 2024

Di Hotel Pullman Jakarta

Syahdu dan meriah acaranya karena wisuda serentak

Bersama penyandang gelar Magister, Ahli Madya dan Sarjana Terapan

Langkah selanjutnya dia masih harus berjuang

Menjalani Ko – As (Ko Asistensi)

Mendampingi Dokter Spesialis dan Dokter Ahli

Selama tiga semester lagi

Dengan status masih sebagai Dokter Muda*****

Bekasi, Februari 2025

RSUD Koja-Jakarta Utara Jam 06.30 WIB


 

Hari Senin pagi sekali tanggal 17 Februari 2025

Saya bersama keluarga

Mengantar  anak yang bungsu

Menjalani Ko-Asistensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja – Jakarta Utara

Dengan berkendara mobil Suzuki Estilo tahun 2010

Berangkat jam 05.30 WIB dari Jatiasih – Bekasi

Sampai di RSUD Koja sekitar jam 06.30 WIB

Perjalanan pagi yang santai dan nyaman *****

Bekasi, Februari 2025

Perjalanan Pagi

 


Hari Senin pagi sekali tanggal 17 Februari 2025

Saya bersama keluarga

Mengantar  anak yang bungsu

Menjalani Ko-Asistensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja – Jakarta Utara

Dengan berkendara mobil Suzuki Estilo tahun 2010

Berangkat jam 05.30 WIB dari Jatiasih – Bekasi

Sampai di RSUD Koja sekitar jam 06.30 WIB

Perjalanan pagi yang santai dan nyaman *****

Bekasi, Februari 2025


Selesai Sholat Subuh

Selesai sholat Subuh, saya sekeluarga mengantar anak bungsu menjalani Ko - Asistensi Spesialis Penyakit Dalam di RSUD Koja - Jakarta Utara. Hari itu Senin tanggal 17 Februari 2025, berangkat dari Jatiasih – Bekasi sekitar jam 05.30 WIB. Menikmati suasana kota Jakarta dengan kendaraan pribadi di pagi hari sangat mengesankan. Banyak yang saya lihat, rasakan, amati dan saya khayalkan tentang Ibu Kota, NKRI dan IKN yang digagas oleh Presiden Joko Widodo yang sudah benar-benar direalisir pembangunannya. Kenangan di pagi hari itu kemudian saya tuangkan ke dalam beberapa puisi bebas dengan judul: Perjalanan Pagi, RSUD Koja – Jakarta Utara, Cerita Seputar Ko-As, Catatan Perjalanan, Suasana Kehidupan, Ibu Kota Nusantara, Dari DKI Jakarta ke IKN, Titik Nol IKN Selamat membaca.***** Bekasi, Februari 2025

Minggu, 20 April 2025

Pak Guru Imam Subekti

Tahun ini kemarau panjang. Biasanya, selama bulan Agustus sudah mulai ada sesekali hujan turun seolah membasuh Sang Merah Putih yang sengaja dikibar selama peringatan bulan Proklamasi Kemerdekaan. Bahkan sampai di bulan Desember sama sekali belum ada tanda-tanda musim hujan tiba. Apalagi sepanjang bulan Ramadan ini suasana kering kerontang, sungai dan telaga serta sumur sudah mulai mengering. Karena cuaca yang terang benderang, seusai salat Idul Fithri, para jamaah langsung berhamburan, ada yang pulang ke rumah dulu untuk sarapan pagi dan ini memang disunahkan khusus pada hari pertama Idul Fithri. Tetapi tidak sedikit yang langsung pergi ke makam untuk melakukan ziarah kubur kepada orang tua dan sanak famili yang telah mendahului kembali ke haribaan-Nya. Aku mengajak istri dan anak – anakku langsung ke makam. Khutbah Idul Fithri tadi sangat menyentuh hati nuraniku. Tanpa embel-embel politik dan sindiran-sindiran yang terkadang kedengarannya lucu, karena khutbah yang seharusnya menyampaikan kebajikan kok seolah mengajak berantem. Bagiku, isi khutbah yang langsung sangat berkesan adalah ajakan pasca menjalankan ibadah puasa Ramadan. Bahwa kita wajib meminta maaf kepada kedua orangtua dan kerabat kita, serta kepada tetangga dan handai-taulan terutama yang pernah bermasalah dengan kita. Juga kepada para ustaz dan guru kita yang telah memberikan ilmu dan pengajaran kepada kita dengan penuh kesabaran dan ketekunan sehingga kita masing-masing bisa mencapai tingkat kehidupan seperti sekarang ini. Kepada yang sudah terlebih dahulu berpulang ke rahmatullah, dianjurkan agar kita menengadahkan tangan disertai membayangkan wajah mereka, memohonkan ampunan dan pahala kepada Allah Yang Mahakuasa bagi mereka semua. Setelah membeli bunga tabur beberapa bungkus dari penjual yang banyak berjajar di sekitar makam, kami langsung menziarahi makam orang tua dan kerabat, berdoa dan tabur bunga. Bagiku, ketika berusaha khusu’ berdoa di pusara Bapakku, tiba-tiba ingat segalanya. Ingat tentang keberhasilan hidup, ingat apakah aku sudah membalasnya dan semuanya menyeruak di benak dan hati sanubari yang paling dalam, teringat nasihat khatib ketika menyampaikan khutbah salat Idul Fithri tadi. Mungkin khutbah seperti itu seringkali kudengar. Tetapi cara penyampaian dan saat mendengar usiaku sudah masuk angka ke tujuhpuluh tahun, jadinya mengingatkan segala-galanya, menembus alam kubur seolah berjumpa langsung dengan Bapak, Emak dan Embok, nenekku yang sudah tiada beberapa tahun yang lalu. Juga wajah para Bapak dan Ibu Guru serta Ustaz yang telah berjasa dalam hidupku. Setelah ziarah, kami beranjak pulang. Ketika di pintu gerbang makam, aku berhenti dan tabur bunga serta berdoa. Bunga tabur yang kusisakan dua kantong, habis merata sepanjang pintu gerbang keluar – masuk makam. Anakku yang paling bungsu, yang sudah kelas tiga SMA nampak memperhatikan dengan seksama apa yang kulakukan. Dia tiba – tiba bertanya: “Tabur bunga untuk siapa, Pak? Kok di pintu gerbang?” Aku isyaratkan diam dulu dengan menempelkan ujung jari telunjuk ke mulut, dengan harapan agar doaku lebih khusu’, dan semoga Allah menerima, karena aku khusus menyampaikan doa yang kubaca buat Bapak Guru Imam Subekti almarhum. Sesampai di rumah, kami sarapan pagi menikmati ketupat sayur yang memang sengaja sudah dipersiapkan selama beberapa hari ini dengan membuat ketupat sendiri. Dengan sayur lodeh berbahan rebung dan pepaya muda, serta lauk-pauk ayam opor adalah menu tetap lebaran selama beberapa tahun ini. Lezat dan nikmat itulah kesan yang mendalam. Sambil bercerita dan komentar berbagai masalah, kembali anakku yang bungsu bertanya: “Tadi Bapak tabur bunga untuk siapa, Pak?”, “Untuk almarhum Bapak Imam Subekti”, kataku memulai bercerita, “Siapa itu ,Pak, kok tabur bunganya di pintu gerbang pemakaman? Kok tidak di makamnya, Pak?”, tanyanya lagi seolah menyelidik Semua mendengarkan dengan serius dan menyimak sambil menikmati sarapan pagi. “Dulu,”, aku memulai meneruskan bercerita. “Sewaktu kelas tiga di SD Negeri Benjeng pada tahun 60-an, di Benjeng kedatangan empat Bapak Guru baru, Pak Kusno, Pak Mu’in, Pak Sutoko, dan Pak Imam Subekti. Mereka menempati rumah kontrakan di seberang Masjid Jami Benjeng yang letaknya dekat dengan sekolah. Diantara berempat itu hanya Pak Imam Subekti yang mengajar di SDN Benjeng, sedangkan yang tiga orang lainnya berpencar di beberapa SD yang ada di Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik. Pak Imam Subekti yang kelihatan tampil paling ngepop. Celana komprang dan rambut sedikit gondrong, penampilan dan tampang memang mirip John Lenon – The Beatles. Para beliau ini tampak sekali – sekali mengikuti salat wajib berjamaah di Masjid Jami Benjeng.” “Ketika naik ke kelas enam tahun 1962, Bapak pindah ke Gresik tinggal bersama Pakde dan Bude Sa’i. Sewaktu kelas tiga SMP tahun 1965, suasana politik memang ramai dan agak menghangat. Di tingkat SLTP saja sudah marak organisasi pelajar yang berafiliasi dengan partai politik tertentu. Mereka berlomba mencari pengaruh di sekolah – sekolah”. “ Lalu Bapak ikut yang mana, Pak?”, celetuk salah seorang anakku. “Kebetulan Bapak tidak ikut – ikutan dan hanya aktif di organisasi intra sekolah, yang sekarang dikenal namanya OSIS. Dulu, Bapak selalu ditunjuk sebagai Panitera, atau Sekretaris Persatuan Pelajar SMP Negeri I (PP SMPN I) sampai ketika duduk di kelas tiga. Oleh Bapak Sa’i, bapak memang dilarang ikut-ikutan masuk menjadi anggota Ormas Pelajar. Politik itu jahat, jangan ikut-ikutan, kata Bapak Sa’i.” “Pada waktu itu seringkali partai – partai politik jor – joran berlomba membuat acara, ada hiburan pertunjukan kesenian dan film, drum band dan sebagainya. Memang suatu ketika Bapak kaget, karena sewaktu HUT PKI tahun 1965 di Gresik, beberapa Bapak Guru dari Benjeng ada yang ikut pawai, diantaranya pak Imam Subekti.” ***** “Tiba-tiba terjadilah peristiwa menggemparkan yang dikenal dengan Gerakan 30 September tahun 1965. PKI dituduh sebagai dalang dan pelakunya. Beberapa Jenderal pimpinan TNI Angkatan Darat diculik dan dibunuh secara keji. Isu berseliweran. Beredar isu, kalau PKI menang, orang beragama akan digorok, dan dicungkili matanya. Suasana masa – masa itu hening dan suasana kehidupan dalam ketakutan yang luar biasa. Orang – orang yang ditengarai anggota dan simpatisan PKI dibunuhi seenaknya dan hukum tidak berlaku. Di Gresik, karena merupakan basis organisasi politik dan organisasi massa berazas agama, hampir semua kaum muda berbondong – bondong mengganyang PKI. Karena kalau tidak ikut beraksi, takut di tuduh sebagai PKI maka ada yang dengan ganas aktif beraksi. Tetapi tidak sedikit yang hanya sebagai penggembira karena takut berdosa, dan sebenarnya juga karena takut dituduh simpatisan G30S” “Banyak sekali korban pembunuhan pada waktu itu dan berbagai berita berseliweran setiap hari. Menyeramkan dan menakutkan. Salah satu korban yang dibunuh itu adalah Pak Imam Subekti.”. Sambil makan mengunyah pelan – pelan, anak – anak dengan tekun menyimak ceritaku. “Dulu, di Benjeng ada dua gedung Sekolah Dasar Negeri. Di Benjeng Barat terdiri dari dua ruang kelas untuk kelas satu dan kelas dua. Sedangkan di Benjeng Timur ada tiga ruang kelas, satu kelas untuk kantor dan yang dua kelas lainnya diatur pemakaiannya, kelas pagi untuk kelas lima dan kelas enam, sedangkan siangnya untuk kelas tiga dan kelas empat. “Pak Imam Subekti bertugas mengajar di kelas tiga atau kelas empat, Bapak tidak ingat lagi tepatnya”, lanjutku. “Dulu, seorang guru itu mengajar di suatu kelas secara penuh untuk semua mata pelajaran. Pak Imam Subekti ini agaknya memang seorang seniman dan tutur katanya sangat lemah lembut. Beliau mengajarkan juga kesenian, tari dan nyanyi. Kalau sore menjelang pulang atau bubaran sekolah, kelasnya pasti menyanyi secara serempak yang enak didengar sampai ke kampung penduduk. Apalagi kalau menyanyikan lagu “Desaku Yang Kucinta” dan “Rayuan Pulau Kelapa”, sangat merdu didengar, cukup menggetarkan dan bisa membangkitkan jiwa nasionalisme serta cinta tanah air.” “Konon kabarnya, pak Imam Subekti dijemput massa di suatu pagi buta setelah jam salat Subuh di rumah kontrakannya. Dia diseret beramai – ramai sampai ke desa Ngepung dan disiksa yang jaraknya sekitar dua kilometer dari rumah kontrakannya. Desa Ngepung ini bertetangga dengan desa Klampok, dan berita pembunuhan sampai ke desa itu. Almarhum Pak Nursam, yang kebetulan pengurus masjid Jami’ Klampok mendengar kabar bahwa ada guru PKI dibunuh dan mayatnya ditinggal begitu saja di pinggir jalan. Pak Nursam memanggil rapat para jamaah masjid bermaksud untuk mengecek kebenaran berita pembunuhan itu, apalagi kabarnya korban tersebut pak Imam Subekti guru yang cukup dikenal masyarakat. “Karena ada kesaksian, Pak Imam pernah salat ke masjid dan merupakan seorang guru yang banyak jasanya mengajarkan ilmu dan pengetahuan kepada anak – anak kita, sebagai muslim, adalah fardhu ain bagi kita untuk merawat jenazah itu, masak dibiarkan tergolek di pinggir jalan,” kata pak Nursam. “Sebagai muslim, kita makamkan saja secara Islam dengan segala tanggung jawabnya,” katanya lagi meyakinkan masyarakat yang hadir karena ada yang takut kalau dituduh simpati kepada orang PKI. Setelah saling bersitegang karena ada yang setuju, tetapi ada beberapa orang yang menolak karena takut dan lalu pergi menjauh, maka keputusan akhir, dimakamkanlah jenazah pak Imam Subekti di pemakaman Klampok secara Islam. Tetapi makam itu sudah tidak jelas di mana letaknya karena tidak ada yang berani merawat, takut kalau dituduh dan difitnah yang macam-macam. Bahkan di kalangan masyarakat beredar rumor yang sampai ke kalangan anak – anak kecil mengenai makam orang PKI, pak Bekti, yang diisukan seram – seram dengan berbagai ceritanya. Oleh karena itu, ketika ada kabar bahwa kerabat keluarga Pak Imam Subekti pernah datang dan menanyakan letak makam beliau, tidak ada yang bisa memberitahu. Hanya dikasih tahu, bahwa almarhum Pak Imam Subekti benar dimakamkan di pemakaman desa Klampok secara Islam. Kabar yang beredar, pak Bekti dibunuh oleh orang-orang dari daerah lain. Karena dikhawatirkan mereka salah faham dan ditakutkan akan menyerbu masyarakat yang memakamkan secara baik-baik, pak Nursam mengajak warga siskamling siang dan malam untuk siap menjelaskan seandainya diantara mereka ada yang datang. Namun, perdebatan terus saja terjadi. Yang ketakutan dituduh PKI tetap mempertanyakan dasar pemikiran kenapa dimakamkan secara Islam. Pak Nursam konon berdalih dan bertanya :”Kalau kita menemukan jenazah tak dikenali, bolehkah kita memakamkan secara Islam atau kita kubur begitu saja? Sebagai fardhu ain bagi setiap muslim, kita tentu wajib memakamkan sesuai keyakinan kita”. “Tetapi kan dia anggota PKI yang sudah jelas-jelas, Pak!”, sanggah seorang warga. Pak Nursam berusaha mempertegas memberikan penjelasan. “Kalau orang PKI meninggal dunia, atau menikah, kira-kira apakah dia mengakui agamanya atau tidak, ya? Sebab, nyatanya tidak ada kuburan khusus orang PKI atau menikah dengan cara PKI, sehingga cara pemakaman yang kita lakukan Insya Allah benar. Semoga Allah subhanallah taala meridhoi langkah kita sebagai muslim, sedangkan mengenai pribadi almarhum biarlah Allah Yang Mahakuasa yang berhak mengadili ”, jelas Pak Nursam. Di usia Bapak setua ini kemudian ingat jasa orang tua dan para guru yang mengajarkan, membimbing dan membuat pandai kita semua. Oleh karena itu Bapak berziarah seperti tadi. Semoga Allah subhanahullah taala mengabulkan doa Bapak”. Anak – anakku sampai berbinar – binar matanya, mungkin juga ikut prihatin dan simpati yang mendalam. “Kenapa mesti dibunuh, ya Pak, kasihan sekali beliau!” kata si bungsu yang memang mempunyai jiwa yang mudah trenyuh. Aku berusaha mencoba memecah keheningan dengan mengalihkan pembicaraan yang menyangkut silaturahim dan rencana halal bihalal. Selesai makan, kuminta semua mengheningkan cipta sambil berdoa dan membaca surat Al – Fatihah untuk almarhum Pak Guru Imam Subekti.***** Muhammad Sadji, adalah Pensiunan BUMN yang karya cerpennya dimuat di buku antologi : Kumpulan Cerkak Bahasa Jawa Asmarandana (Agustus 2020), Tersembunyi (Mei 2021) dan Tinggal Kenangan (April 2024).

Selasa, 07 Januari 2025

Pengalaman Mengikuti Lomba Menulis Surat

 

ilustrasi menulis surat. (sumber: Castorly Stock di Pexels)


Pada awal tahun 2024 saya mengikuti lomba menulis surat. Temanya “Lomba Menulis Surat Kepada Sahabat”. Untuk melawan lupa dan menunda kepikunan, saya memang selalu berusaha menulis apa saja, juga mencoba mengikuti berbagai lomba menulis. Karena lomba itu iumumkan di media sosial, tentu saja pesertanya membludak. Dan ketika pengumuman, naskah surat saya termasuk yang terpilih untuk dibukukan. Juga disebut adanya tiga orang penulis surat yang dinyatakan terbaik sebagai pemenang.

       Pada bulan Maret 2024 saya mengirim uang untuk memesan buku sebanyak tiga eksemplar senilai Rp 180.000,- Dapat diduga, peserta yang masuk nominasi untuk dibukukan pasti memesan buku yang berjudul “Surat Untuk Sahabat” dan sudah dinyatakan terdiri atas 300 halaman. Dan lucunya, buku yang saya pesan itu tak kunjung terkirim sampai sekarang dan panitia berikut penerbitnya susah untuk dihubungi. Pernah sempat tertemukan, penerbit itu beralamat di Lampung tetapi tidak bisa dihubungi dan malah kemudian menghilang. Karena naskah surat itu saya buat sesuai fakta, pengalaman dan kejadian sebenarnya, maka bagi saya,itu termasuk dokumen sejarah pribadi yang bisa menjadi bagian dari biografi saya. Oleh karena itu, perlu saya ungkap surat pribadi itu secara terbuka, dan inilah bunyi selengkapnya.

Buat sahabatku Afandi Zuhri di Kendal

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sahabatku nan jauh,

Seperti pada pembicaraan kita via HP beberapa hari yang lalu, bahwa keadaanku di Bekasi sekeluarga baik-baik saja. Semoga sahabatku sekeluarga di Kendal demikian juga hendaknya. Saya kok tiba-tiba ingin menelpon sahabat. Dan ternyata sahabat baru pulang dari Malang karena Awuk, adik sahabat telah berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu tanggal 17 Februari 2024 yang lalu. Saya turut menyampaikan duka cita yang mendalam, semoga amal ibadah almarhumah Awuk diterima Allah subhanallahu taala.

Dalam usia di atas 70 tahun ini kegiatanku sehari-hari antaralain berbenah dan merapikan barang-barang koleksiku berupa suratkabar alias koran, majalah, buku, benda filateli dan numismatik serta surat-surat dari para sahabat dan kenalan. Beberapa waktu yang lalu, saya kebetulan menemukan surat sahabat beserta foto hitam putih. Saya jadi teringat, semenjak kepindahan keluarga sahabat ke Malang pada tahun 60-an kita belum pernah ketemu langsung sampai sekarang ini. Berkali-kali ingin merancang pertemuan antara saya, sahabat dan Mulyono sahabat kita yang juga pindah ke Sidayu, tidak pernah terlaksana.

Saya sangat kecewa dan terharu, karena Mulyono yang sempat kita pertanyakan karena sulit dihubungi, ternyata sudah lebih dulu berpulang ke rahmatullah. Saya sempat berkunjung ke rumahnya beberapa waktu yang lalu dan ketemu semua keluarganya. Mari kita bacakan surat Al Fatihah untuk almarhum Mulyono sahabat kita agar amal ibadah dan kebaikannya diterima Allah subhanahu wataala dan mendapat ganjaran pahala yang setimpal. Sungguh, saya baru sempat melihat raut wajah sahabat ketika pembicaraan via w/a beberapa hari yang lalu itu. Untuk kenangan, maka saya menulis surat ini semoga sahabat senang membacanya. Karena terakhir ini, saya selalu teringat semasa kanak-kanak ketika tinggal di Benjeng, sebuah desa setingkat kecamatan di wilayah Kabupaten Gresik. Sahabat pasti masih ingat, sebagai teman bertetangga kita selalu bermain bersama, bertiga bersama Mulyono. Sahabat yang setahun lebih tua, masuk sekolah duluan di Sekolah Dasar Negeri Benjeng. Kita ingat, kelas satu dan kelas dua waktu itu gedung sekolahnya berada di kampung Benjeng Barat. Kalau rindu mau bermain, saya selalu sudah menunggu di rumah sahabat dan sahabat kemudian selalu mengajari saya dengan menirukan bak seorang guru. Lucunya, saya selalu menurut saja. “Ji, saya tadi diajari berhitung, ini angka dan cara menghitungnya bisa pakai jari. Nanti harus pakai potongan batang kayu yang harus dibuat kecil-kecil sepanjang jari telunjuk tangan”, sahabat menjelaskan dengan meyakinkan dan saya selalu mengikutinya. Begitu juga ketika sahabat mengajarkan huruf dan menyanyi lagu Burung Kutilang, saya tirukan dengan bersungguh-sungguh. Karena hampir setiap hari bermain sekolah-sekolahan dengan sahabat begitu sepulang sekolah itulah, alhamdulillah saya menjadi terbiasa menyukai belajar sejak duduk di kelas satu Sekolah Dasar.

Ternyata bermain sekolah-sekolahan itu saya rasakan sebagai pengganti pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak yang memang belum ada di desa kita waktu itu. Terimakasih sahabat, ini betul-betul kenangan indah dan berharga yang saya peroleh bersama sahabat dan selalu saya ceritakan pengalaman hidup ini kepada siapa saja. Itu adalah amal baik sahabat yang semoga mendapat pahala yang sepadan dari Allah subhanahullah taala . Sungguh saya telah banyak memperoleh manfaat keberuntungan karena di kemudian hari saya sempat mendapatkan pendidikan gratis dari perusahaan tempat saya mengabdi untuk jenjang D3 dan S1 Sarjana Ekonomi.

Kalau sahabat mengalami pindah ke Malang lalu bekerja dan menetap di Kendal, saya waktu naik ke kelas enam pindah ke Gresik kota sampai menyelesaikan SLTA. Setamat STM Kimia Industri saya diterima bekerja di sebuah BUMN, PT Pertamina (Persero), dan sempat menempuh pendidikan tugas belajar di Akamigas (Akademi Minyak dan Gas Bumi) Cepu pada tahun 1973 sampai dengan 1975 dan kemudian menetap di Bekasi, Jawa Barat hingga sekarang ini karena penempatan bekerja di Jakarta sejak tahun 1976. Sesekali sempat pulang kampung ke Benjeng karena masih punya sanak famili di sana. Benjeng sekarang sudah sangat berubah. Sekolah kita di Benjeng  Barat yang dibangun Belanda dengan konstruksi besi dan tembok sudah dirobohkan. Seluruh kelas satu sampai kelas enam sudah terpusat di Benjeng Timur. Sekolah kita yang aslinya dibangun oleh Tuan Jepang dari bahan kayu masih kokoh berdiri. Masjid Jami Benjeng tempat kita mengaji Al Qur’an sehabis shalat Maghrib masih ada tetapi sudah dirombak. Telaga tempat kita mandi dan mengambil air wudhu sudah tidak ada dan rata sebagai daratan. Burung elang yang suka menyambar anak ayam dan sering diteriakin orang-orang dengan kata-kata “ulung….ulung, ulung….ulung!”, serta burung gelatik dan burung hantu, kata teman dan para orangtua sudah tidak ada lagi berkeliaran di desa kita seperti semasa kita kanak-kanak dulu. Benjeng sekarang sangat ramai karena penduduk semakin banyak. Sawah dan tambak ikan tempat kita dulu dan teman-teman suka buang air besar, sudah tidak tampak lagi dan banyak berubah menjadi perkampungan.

Mungkin surat saya cukup sekian dulu sahabat, lain waktu kita sambung lagi. Tolong segera dibalas karena saya ingin membandingkan tulisan tangan sahabat di usia lebih dari 70 tahun sekarang ini. Mari kembali kita budayakan menulis surat untuk menyimpan kenangan sebelum kita bisa bertemu langsung yang masih sangat saya idamkan. Salam kepada keluarga dan semoga senantiasa sehat wal’afiat serta sejahtera selalu. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bekasi, 29 Februari 2024.

Begitulah bunyi surat saya yang juga merupakan sebagian dari episode perjalanan hidup saya. Terntang uang yang sudah terlanjur terbayar sebesar Rp 180.000,- itu, biarlah merupakan amal jariah saya, semoga bermanfaat bagi yang memerlukannya. Walaupun kita seharusnya tidak boleh mentolerir segala bentuk penipuan, pencurian, penggelapan dan korupsi dengan berbagai cara dan sekecil apa pun nilainya. Yang menyesakkan hati, seandainya buku tersebut jadi dicetak, ia akan merupakan buku keduabelas yang memuat naskah karya saya secara antologi dalam bentuk cerita pendek (cerpen), puisi dan artikel bebas. Menuangkan kata hati, mengungkap pendapat, ide, kritik dan gagasan, alhamdulillah, inilah salah satu upaya kesibukan saya dalam memanfaatkan waktu luang. Semoga Allah subhanahullah ta’ala selalu membimbing jerih-payah hamba-Nya. Aamiien yarabbal alamiin.*****        

Rabu, 25 September 2024

Mengejar Kemajuan

 

Jokowi dan Prabowo Berada di IKN. (Sumber: Sinpo Id) 

Tahun emas NKRI

Ketika tahun 2045 nanti

Berarti tinggal dua dekade lagi

Lalu apa yang sudah kita capai?

Penduduk kita sekarang berjibun

Sudah lebih duaratus limapuluhjuta jiwa

Kategori negara menuju kemajuan

Pada hal sudah merdeka selama 79 warsa

Generasi muda mendapat tantangan besar

Untuk berpikir dan berkarya mulia

Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

Dalam bingkai negara berdasarkan Pancasila

 

Ada seorang negarawan Amerika Serikat

John Fitzgerald Kennedy namanya

Dia menyampaikan nasihat sangat berharga

Kepada masyarakat di seluruh dunia

Katanya bertuah :” Hari esok Anda,

ditentukan oleh pekerjaan Anda hari ini”.

Sungguh untaian kata yang sangat menginspirasi

Bolehlah kita memahami serta meneladani

Bekerja keras dan bersatu padu sejak kini

Demi cita-cita mencapai kejayaan bangsa

Jangan cuma hidup termangu dan berpangku tangan

Apalagi kalau pandainya hanya suka mencela*****

Bekasi, Desember 2023


Pesan Buat Anakku

 

Orang Tua dan Anaknya. (Sumber: Jupilu via Pixabay)


Anak-anakku semua

Kalian yang lahir pada tahun 1991, 1993 dan 2002

Pada warsa 2045 nanti

Merupakan tahun emas tanah air kita

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang indah dan kaya


Usia kalian kelak ada yang mencapai 54, 52 dan 43 tahun

Usia produktif untuk mencapai kemajuan

Maka berlombalah mengabdi kepada bangsa dan negara

 

Bapak telah mempersiapkan kalian

Dengan pendidikan yang baik untuk menggapai ilmu

Agar kalian mengisi masa emas NKRI itu dengan pengabdian

Yang tulus, jujur dan bermartabat

Demi nama baik keluarga besar kita, anakku!

Camkan ini dan persiapkan dirimu dengan baik dan bersungguh-sungguh

Karena kelak persaingan akan semakin hebat

Maka berjuanglah kalian, dengan ridho Tuhan Yang Mahakuasa.*****

Bekasi, Desember 2023


Selasa, 24 September 2024

Membayangkan NKRI Pada Tahun 2045

Istana Negara di IKN. (Sumber: Antara via Kanal News)


Pada tahun 2045 nanti

Seratus tahun usia NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Satu abad atau tahun emas disebutnya

Seperti apakah wajahnya kelak?

Ibukotanya sudah tidak di Jakarta lagi

Kelak sudah akan pindah di Ibu Kota Nusantara (IKN)

Letaknya di Pulau Kalimantan nan indah

Pulau yang kaya hutan serta sungai-sungai besar

Flora dan fauna yang kaya tiada tandingan

Seni budaya dan adat istiadat yang sangat mempesona

Semoga kekayaan itu tetap lestari

Tetap dipertahankan sebagai obyek wisata

Dengan IKN yang indah seperti kota-kota besar dunia

Dihuni oleh WNI yang berkualitas

Maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

Unggul dalam berbagai cabang olah raga dan seni budaya

Serta luhur budi pekerti pula peradabannya

NKRI yang berkembang maju menjadi 45 Provinsi

Bilangan sesuai tahun proklamasi kemerdekaan

Yang kelak tercermin di dalam Sang Saka Merah Putih

Dengan hamparan warna hijau di tengah yang luasnya sepertiga bagian

Dan ditaburi 45 bintang warna kuning keemasan

Itulah wujud Indonesia Raya yang semakin mantap

Berikut penghayatan dan pengamalan warga bangsanya

yang mengakar terhadap Pancasila sebagai ideologi negara*****

Bekasi, Desember 2023.






Jumat, 20 September 2024

Bunga Nan Indah

 

Cherry Blossom oleh PhotoLove di Pixabay

Aku menyenangi tanaman

Itulah salah satu hobiku

Yang kutekuni sejak masih kanak-kanak

Di pekarangan yang tidak begitu luas

Aku tanam aneka macam bunga

Dari bibit yang kuperoleh dari tetangga,

 atau mengambil dari taman sekolah

Hobi itu kujalani sampai sekarang

Hanya di sebuah taman di halaman rumah

Aneka jenis bunga kutanam, kusirami,

 kupupuk, dan kurawat setiap hari

Sebagai hiburan dan sekedar berolah raga

Namun ada tiga jenis bunga yang begitu indah

 yang tidak kumiliki tetapi selalu menggoda

Ada yang berwarna putih bersih dan kemilauan

Pula ada yang berwarna kecoklatan nan menawan

 dan menarik dari kejauhan apalagi dari dekat

Tetapi ada bunga hitam manis tampak dari kejauhan

Bunga itu menarik namun banyak orang tidak menyukainya

Sering bunga-bunga itu muncul dalam mimpi,

 dan selalu terbayang ketika asyik berkebun

Mungkin karena aku terlalu berkhayal ingin memiliki

Pada hal bunga itu hanya khayal dan tidak ada yang jual. *****

Bekasi, Mei 2023       

Jalan Raya

Prasarana atau infrastruktur 
Sangat diperlukan di setiap negara di muka bumi ini 
Salah satunya yang bernama jalan raya 
Begitu penting prasarana ini 
Yang menghubungkan satu kota dengan kota lain 
Yang menyambung satu desa dengan desa lain, dan dari satu kampung dengan kampung lain 
Dibuat dengan menembus hutan, mengitari bukit dan pegunungan
Serta menyeberangi sungai dan selat
Yang mestinya dengan peralatan modern dan canggih
Membangunnya juga dengan ilmu dan kesungguhan serta kejujuran 
Tetapi kenyataannya di negeri ini 
Jalan-jalan banyak yang mudah rusak, berlubang, dan boncel-boncel
Dibangun tidak terpadu 
Tanpa saluran got yang memadai ketika dibangun 
Sering dibongkar karena pemasangan kabel atau keperluan lain 
Tidak dirapikan lagi seperti semula, berantakan, hanya diurug seadanya 
Ada yang dibuat dan rusak lagi setiap tiga bulan dan sering mencelakakan para pengguna jalan 
Sang pemangku proyek sangat senang karena ada dana akan mengalir 
Tak sadar bahwa itu dosa kepada rakyat, negara, dan Tuhan Yang Maha Mengetahui 
Mereka kebakaran jenggot ketika ada yang mengingatkan
Pertanda kecurangan memang budaya di negeri ini. ***** 
Bekasi, Mei 2023

Indonesia Jaya

 

Tukang Becak di Jalanan di Bandung. (Sumber: Fikri Rasyid via Unsplash)


Tujuhbelas Agustus tahun sembilan belas empat lima

Itulah Hari Kemerdekaan kita

Hari terbebasnya nusa dan bangsa

Dari belenggu penjajahan manca negara

         

          Tujuh puluh sembilan tahun sudah

           Usia Negara Kesatuan Republik Indonesia

          Para pendahulu telah berjuang dengan susah payah

          Untuk mempertahankan negeri tercinta

Kini saatnya kita membangun

Dengan bersungguh-sungguh dan penuh tanggung-jawab

Disertai penuh dedikasi dan kejujuran

Demi tercapainya Indonesia Raya yang jaya dan beradab

          Hayo singsingkan lengan baju kita

          Bergerak bersama mengejar kemajuan

          Kerja bergotong royong menuntun kita bersama

          Untuk mencapai kegemilangan di masa depan*****

Bekasi, Juli 2024


Rabu, 18 September 2024

Indonesia Raya

 

Peta Indonesia (Sumber: Wikipedia)


Indonesia Raya tanah air kita

Terhampar luas di khatulistiwa

Dengan iklimnya yang istimewa

Gemah ripah loh jinawi alamnya

          Banyak suku bangsa mendiami

          Berbagai agama hidup penuh toleransi

          Bhinneka Tunggal Ika perekatnya

          Dalam bingkai Pancasila sebagai tamengnya

Berbagai pengalaman dialami sepanjang sejarahnya

Pasang surut perjuangan dengan pertaruhan hidup atau mati

Indonesia Pusaka harus tetap dijaga

Walau berbagai rong-rongan datang silih berganti

          Kaya pengalaman adalah guru yang berharga

          Mengisi kemerdekaan merupakan upaya perjuangan

          Dengan karya dan jasa yang penuh wibawa

          Untuk Indonesia Raya yang jaya sepanjang jaman

Indonesia Pusaka karunia Illahi

Harus kita kawal dengan penuh tata krama dan tidak korupsi

Pelihara alam lingkungannya agar tetap lestari

Demi tercapainya Indonesia Raya yang maju dan cinta damai*****

Bekasi, Desember 2023



Selasa, 14 Mei 2024

Kisah Kodok Ijo dan Cicak

 

Ilustrasi Katak dan Cicak. (Sumber: NU Probolinggo)

Taman Kanak-kanak (TK) Yudha Jatikramat Indah I Bekasi ramai anak sekolah sedang istirahat. Mereka berlarian dan bersenda-gurau ala anak-anak yang sebagian besar masih berusia balita. Seekor Cicak warna putih kehitaman yang sudah lama menghuni di Gedung TK Yudha ikut sibuk mengamati keceriaan anak-anak sambil memperhatikan makanan mereka yang tercecer karena masih pada belajar makan mandiri. Cicak itu selalu kenyang memakan ceceran makanan anak-anak yang beraneka macam jenis masakan.

       Bel berbunyi, tanda istirahat sudah selesai. Anak-anak masuk kelas kembali dengan rapi dan teratur. Setelah anak-anak duduk rapi, Ibu Guru berseru :”Anak-anak, sekarang kita akan menyanyi! Lagunya berjudul “Cicak”. Siapa yang sudah tahu Cicak?”. Semua menjawab sambil mengangkat tangan :”Saya tahu Bu Guru!”. Baik, sekarang dengarkan semuanya, kata Bu Guru.

Karena mendengar namanya disebut-sebut, Cicak lalu beranjak masuk ke dalam kelas dan langsung merayap ke dinding kelas terus naik ke atas. Anak-anak ada yang mengamati. “He…..,itu Cicaknya!”, seru mereka sambil menuding ke arah Cicak yang sudah bertengger di dinding sekolah. “Iya,..lihat semuanya, itulah Cicak, dia ikut memperhatikan kalian! Ayo kita menyanyi yang baik!”, pinta Bu Guru.

Bu Guru memulai menyanyi dengan suara merdunya. “Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk, hap…hap…lalu ditangkap”, begitu berulang-ulang dan semua murid menyimak dan ada yang menirukan karena kebanyakan sudah diajari oleh orangtuanya di rumah. Cicak menyimak dengan senang hati karena namanya disebut dalam nyanyian. Sambil berjoget menyibak-nyibakkan ekornya, dia berpikir, nyamuk pasti enak, ya! Dia membayangkan :”Di mana ya bisa dapat nyamuk?”.

Lama-kelamaan si Cicak tahu wujud nyamuk yang biasa muncul pada malam hari dan sukanya menggigit manusia. Pada hal, pada malam hari di Sekolah TK Yudha tidak ada manusia sehingga tidak dijumpai nyamuk sama sekali. Tiap hari anak-anak menyanyikan lagu Cicak disertai gayanya masing-masing. Suatu hari Bu Guru bercerita tentang nyamuk, serangga berbahaya karena bisa menyebarkan dan menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia yang digigit. Cicak jadi tahu bahwa nyamuk berkembang biak dengan bertelur di air, kemudian berubah menjadi jentik-jentik, dan beberapa lama kemudian berubah menjadi nyamuk. Diam-diam Cicak melakukan observasi, dia pergi ke got atau selokan dekat sekolah. Sepanjang pagi, siang dan malam dia mengamati got. Ternyata benar, dia tahu kapan nyamuk bertelur, jadi jenti-jentik dan setelah sampai waktunya, umumnya pada sore hari berubah menjadi nyamuk dan langsung terbang setelah bertengger di tempat daratan atau di atas daun tumbuh-tumbuhan sebelum terbang. Berhari-hari Cicak mengamati nyamuk yang baru berubah dari jentik-jentik menjadi nyamuk. Sesekali dia berancang-ancang ingin menangkap nyamuk sebelum terbang, tetapi dia selalu ragu-ragu takut jatuh ke air. Dan benar juga, ketika Cicak mau menyaplok nyamuk, tidak berhasil karena keburu terbang dan dia malah terjatuh ke dalam air. “Sialan !”, katanya sambil tertatih-tatih berusaha berenang ke daratan. Maksud hati ingin menikmati nyamuk malah tertelan air got. Untung masih bisa menyelamatkan diri dan kembali bertengger di atas daun. “Ah…,lebih nyaman menikmati ceceran makanan anak-anak TK yang beragam !”, gerutu Cicak.

       Sedang asyik membayangkan rasa nyamuk, tiba-tiba datanglah seekor Kodok Ijo yang sedang santai berenang ria. “Hai Cicak, sedang ngapain kamu termenung di situ?”, sapa Kodok Ijo mengagetkan si Cicak. Kodok Ijo yang tiba-tiba menyembul ke permukaan, membuat Cicak tergeragap dan menjawab :”Aku sedang menunggu nyamuk tapi belum pernah dapat!”. Oh, kamu sebaiknya makan yang biasa kamu cari saja, Cicak! Biar aku yang makan jentik-jentiknya. Dan lagi, sudah lama ya kamu berjaga di sini?”, kata Kodok Ijo memberi saran kepada Cicak.

“Nggak juga! Aku kan hanya ingin merasakan nyamuk seperti yang dinyanyikan anak-anak TK. Sehingga sampailah aku di tempat ini. Selama ini sih, aku dapat makanan dari anak-anak yang tercecer di kelas atau tempat bermain, karena mereka kan baru belajar makan mandiri!”, jelas si Cicak. “Temanmu banyak, ya Cicak? Kalau aku tinggal sendirian karena teman-temanku banyak ditangkap manusia untuk dijadikan santapan. Aku berhasil lari dan bersembunyi di sepanjang got di komplek perumahan ini. Dan ternyata lumayan, gotnya cukup bersih dan banyak nyamuk bertelur!”, cerita si Kodok Ijo sedikit memelas. “Kalau aku, temanku banyak karena tidak diburu manusia, dan aku bisa sembunyi di celah-celah yang aman”, jelas si Cicak. Kodok Ijo dengan matanya berkaca-kaca melanjutkan ceritanya :”Dulu temanku juga banyak sekali, karena tempat kita ini tadinya berupa persawahan yang luas. Menurut tetuaku, persawahan itu sangat luas dan hidup berbagai hewan air termasuk ular yang juga memangsa kelompokku. Ketika kemudian berubah menjadi kawasan perumahan, terjadi pengurugan lahan, dan sejak itu Kodok Ijo banyak terbunuh. Beruntung, kelompok biangku berhasil lari menyelamatkan diri. Disamping perburuan oleh manusia untuk diperdagangkan sebagai bahan santapan, manusia yang semakin banyak juga membuat kami punah karena got menjadi jorok dan banyak beracun. Sewaktu kami masih banyak, di malam hari kami selalu bernyanyi bersama. Orang bilang kami ber”ngorek” sehingga ada lagu tentang Kodok!”. Yang tiba-tiba memancing Cicak nyeletuk :”Coba kau nyanyikan lagumu itu, biar aku tahu!”.

       Dengan sedikit tersenyum dan tertawa kecil, Kodok Ijo kemudian bernyanyi :”Kodok ngorek…Kodok ngorek,,,ngorek pinggir kali. Teot teblung…teot teblung…teot…teot teblung. Bocah pinter…bocah pinter…besuk dadi dokter”. Cicak sambil mengibaskan ekornya pertanda sangat suka, memberikan komentar :”Oei, lagumu bagus lho Kodok Ijo!”. Sambil membanggakan diri, Kodok Ijo menyambung ceritanya :”Ya, tetapi sekarang aku tidak pernah bernyanyi atau ber”ngorek” lagi, di samping karena sendirian, juga takut diketahui manusia atau ular yang kemudian memburuku. Maka aku hanya sembunyi terus sambil mencari serangga makananku. Aku paling suka makan jentik-jentik lho, Cicak! Jadi kamu tidak akan sempat mencoba makan nyamuk dari sepanjang got ini. Manusia mestinya berterimakasih kepadaku dan kawan-kawanku, karena nyamuk sudah kuberantas sejak baru menjadi jentik-jentik”.

       Sedang asyiknya mereka berdua bersantai ria di pagi hari, tiba-tiba air got berombak cukup mengagetkan. Kodok Ijo dan Cicak sempat terjengkang dari tempatnya. Kodok Ijo sangat paham suasana demikian. “Cicak…., mungkin orang-orang sedang kerja bakti keruk-keruk got, Aku harus menyelamatkan diri, lari dari tempat ini! Aku harus segera mencari tempat yang aman!”, seru Kodok Ijo dengan tergopoh-gopoh dan segera lari dengan berenang.

       Dengan perasaan iba, Cicak berteriak kepada Kodok Ijo yang sudah menjauh :”Selamat ya Kodok Ijo, semoga kamu dapat tempat yang aman dan nyaman. Semoga kamu ketemu teman-temanmu di tempat yang membahagiakan! Sambil menitikkan air matanya, Cicak terus mengamati Kodok Ijo yang berenang semakin menjauh dari pandangannya. Setelah hilang dari penglihatannya, Cicak pun segera beringsut menyembunyikan diri dan siap lari ke pelataran TK untuk mencari makanan anak-anak yang tercecer, sembari terus berdoa bagi keselamatan si Kodok Ijo, sahabat barunya yang tiba-tiba terputus dan berpisah. ***** Bekasi, pertengahan September 2022.

Minggu, 31 Juli 2022

Layang-Layang

      

Lukisan "Benjamin Franklin Drawing Electricity from the Sky" karya Benjamin West

        Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa, mengalami dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Apabila normal, pergantian musim terjadi dalam setiap setengah tahun. Dan pada setiap pergantian musim yang disebut musim pancaroba, angin bertiup demikian kencang dan selalu dimanfaatkan oleh orang dewasa maupun anak-anak untuk bermain layang-layang. Bulan Juli telah tiba, yang merupakan musim pancaroba, perubahan dari musim penghujan ke musim kemarau. Awal bulan Juli adalah merupakan libur panjang bagi anak sekolah dan segera memasuki tahun ajaran baru.

       Aji naik ke kelas enam. Bapaknya mewanti-wanti :”Aji, kamu sekarang sudah kelas enam. Sebentar lagi kamu akan masuk SMP. Kurangi bermain-main dan giatlah belajar agar nilai ujianmu bagus supaya nanti bisa mendapat SMP yang baik!”. Aji menyimak dan memperhatikan dengan baik nasihat Bapaknya. Sepulang sekolah, setelah sholat, makan siang dan istirahat, dia sempatkan waktu untuk membaca dan mengulang pelajaran yang didapat sepanjang hari tadi. Bapak si Aji sangat gembira dan bahagia melihat anaknya semakin rajin belajar dan mengurangi waktu bermain. Apalagi main HP dan menonton TV sudah sangat dia kurangi. Sesekali sempat juga main sepakbola di lapangan bersama teman akrabnya, Mono, Amin, Tomo dan Joni sambil bersenda-gurau.

       Pada hari Minggu pertengahan Juli, libur panjang seharian. Cuaca cerah dan panas menyengat. Angin bertiup kencang menerbangkan debu dan dedaunan yang sudah layu serta sampah ke segala arah. Terkadang diseling munculnya angin puting beliung kecil yang bergerak berputar-putar menghempaskan debu dan sampah berterbangan. Orang dewasa dan anak-anak ramai menerbangkan layang-layangnya yang berwarna-warni dan beraneka bentuk. Ada juga yang saling mengadu. Layang-layang dikendalikan menyambar kesana-kemari, menukik dan kemudian benang saling bergesekan. Kalau ada yang putus, bersorak-sorailah mereka dan sering disertai saling mengejek.

       Empat sekawan, Mono, Amin, Tomo dan Joni sedang asyik memainkan layang-layangnya disertai canda-ria. Tiba-tiba mereka saling mempertanyakan kenapa kok Aji tidak muncul main layang-layang seperti biasanya. Aji memang tidak lagi main layang-layang seperti dulu. Bapaknya menasihati, bahwa main layang-layang itu hanya membuang-buang waktu. Kalau ada layang -layang putus, anak-anak pada berlarian mengejar dan tidak tahu lagi bahaya yang mengancam misalnya ada yang terjatuh, atau tertabrak kendaraan bermotor. Lebih baik belajar, kata Bapaknya. Sore hari selepas main layang-layang, empat sekawan teman Aji sepakat mampir ke rumah Aji. “Assalamualaikum…..”, teriak mereka, yang disambut Ibunya Aji :”Waalaikum salaam, cari Aji ya! Tunggu ya, Aji sedang mandi. Ayo masuk!”. Ketika masuk ke ruang tamu, teman Aji kaget. Ternyata Aji punya banyak layang-layang yang dipajang di ruang tamu dan ada yang menumpuk di meja tamu. “Dia punya banyak layang-layang, tetapi kenapa tidak dimainkan, ya?”, tanya salah seorang keheranan sambil bergumam.

       Aji selesai mandi dan segera menemui teman-temannya :”Hai….., asyik ya mainnya!”. Temannya menjawab hampir serempak :”Iya asyik, kenapa kok kamu nggak ikut keluar seperti dulu, Aji?”. Aji kemudian menjelaskan secara panjang lebar kepada teman-temannya :”Begini teman-teman! Kita ini kan sudah naik ke kelas enam dan sebentar lagi mau ujian lalu mencari SMP. Bapak bilang, kurangi bermain dan banyaklah belajar agar mendapat nilai yang baik dan mendapat SMP yang baik. Layang-layang atau benangnya yang nyangkut di kabel listrik, bisa menyebabkan korsleting dan bisa timbul kebakaran, kan daerah kita padat perumahan dan banyak kabel listrik serta yang lain berselawiran. Banyak bangkai layang-layang yang nyangkut di kabel-kabel, atap rumah dan di pepohonan yang tidak sedap dipandang mata, kata Ibuku juga. Dari pada membuang-buang waktu lebih baik dipakai belajar, kata Bapakku!”. Tiba-tiba seorang di antara mereka menangkis :”Kan kita perlu juga refreshing dan bersuka-cita, Aji, jangan belajar terus, bisa pusing lho! Dan lagi, kok layang-layangmu kamu pajang, dan gambarnya bagus-bagus, beli di mana, ya?”. Aji menjawab :”Aku beli warna polos lalu kulukis sebagai refreshingku”. Seorang lagi menanyakan :”Lho, kok ada gambar kakek-kakek bermain layang-layang, kakekmu ya?”. Teman-temannya yang lain ikut menimpali tetapi disertai tertawa kecil kegelian sambil memperhatikan gambar seorang tua berkepala botak tetapi gondrong ke belakang yang dikiranya kakeknya Aji. Tetapi buru-buru Aji menjelaskan :”Oh bukan, itu Benjamin Franklin tokoh negarawan Amerika Serikat yang pernah bermaksud membuktikan listrik statis dari  awan, kilat dan petir dengan menerbangkan layang-layang setinggi mungkin sewaktu langit berawan mendung”.

       Wee…..hebat, Aji banyak membaca dan belajar, pengetahuannya banyak!”, seru si Amin dan bertanya :”Listrik statis itu apa ya, Aji?”. “Oh nanti, kita pasti tahu pada waktunya, belajar saja dulu sekarang dan sekolah terus!”, kelit Aji sambil tersenyum menjawab pertanyaan teman-temannya. Setelah melahap jamuan yang disuguhkan oleh Ibunya Aji, mereka pamit pulang. Di perjalanan, sambil masing-masing menenteng layang-layangnya, mereka saling bergumam :”Kita sebaiknya ikut rajin belajar seperti Aji, ya!”.*****

Bekasi, Juli 2022

Senin, 03 Januari 2022

KALI LAMONG

 Opini dalam bentuk puisi ini telah dimuat di majalah Clapeyronmedia yang diterbitkan oleh Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gajah Mada. Puisi ini saya maksudkan untuk menyoroti desa saya yang selalu kebanjiran pada setiap musim hujan.


Aku lahir dan dibesarkan di desa Bulurejo-Benjeng

Masuk wilayah Kabupaten Gresik, sekarang

Aku tinggal di sana sampai tahun 1962,

        waktu aku baru naik ke kelas enam Sekolah Dasar

Pada rentang masa itu

Aku sering mandi bersama teman-teman di Kali Lamong

Yang kering di waktu musim kemarau dan dipakai tempat main bola,

tetapi air sering meluap ketika musim hujan tiba

 

Sewaktu aku di kelas dua SD tahun 1958, pernah terjadi banjir besar

yang juga menggenangi sekolahku, sehingga diliburkan

Waktu itu ada kabar dari Pak Lurah yang disampaikan berkeliling

Konon ada Ular Sakti yang selesai bertapa di Kali Lamong

Sekarang Ular itu berjalan merayap pindah dari Kali Lamong,

ke Telaga Rayung yang letaknya sekitar limaratus meter dari Sekolah

 

Setelah dua hari, banjir kemudian surut

 jalan raya depan sekolah terbelah, berbentuk seperti selokan

Konon, jalan itu yang telah dilewati oleh si Ular Sakti

yang selama perjalanan tidak mau terlihat manusia

Dan sepertinya benar juga, karena banyak orang melihat, membuktikan

Seperti ada bekas balok yang lewat dari Kali Lamong ke Telaga Rayung

 

Nyatanya, banjir terjadi berkali-kali setiap tahun

Bupatinya yang memimpin juga silih berganti

Tetapi tak satu pun yang mampu menanggulangi banjir

Terakhir dan terparah terjadi pada Desember 2020,

setelah rakyatnya berpesta memilih Bupati dan Wakil Bupati baru

 

Sebentar lagi bulan Desember 2021 akan datang menjelang

Akankah pemimpin baru mampu menangkal dan menanggulangi banjir?

Atau akan setali tiga uang alias sama saja dengan yang dulu-dulu?

Selamat bekerja Bupati dan Wakil Bupati baru!

Rakyat menanti hasil kerja dan karya Anda! *****

 

Bekasi, Desember 2020

Senin, 16 Agustus 2021

negeri sampah

 

Ada sebuah negeri antah berantah

Dikenal dengan Negeri Sampah

Karena di mana-mana sampah melimpah

Tumpah ruah dan mbrarah di segala arah


 Di daratan, laut dan sungai, serta di udara

 Berhamburan sampah aneka rupa

 Sampai yang tersangkut di kabel-kabel

 Bangkai layang-layang nampak berjubel


Di negeri banyak sampah

Manusianya buang sampah tanpa jengah

Asal lempar di segala tempat tanpa adab

Banjir di mana-mana karena sampah jadi penyebab

                              

Di negeri banyak sampah

Manusianya berebut pangkat dan jabatan dengan serakah

Tetapi tidak paham membuat negeri jadi indah

Karena tidak mengerti bagaimana cara menangani sampah


Di negeri banyak sampah berserakan

Semua daerahnya pernah punya semboyan

Ada yang bunyinya “ Tegar Beriman “

Dan aneka kata semboyan yang dipajang di jalan-jalan

 

Nyatanya, semboyan tinggal semboyan

Walau terucap pada setiap acara dan keramaian

Namun tidak ada yang mampu mengubah keadaan

Karena semboyan dicipta hanya asal-asalan


Ada lagi yang namanya penghargaan Adipura

Diplesetkan menjadi “ajang dusta, intrik dan pura-pura”

Karena yang pernah dapat, tetap saja kumuh dan tidak tertata

Terbukti, Adipura cuma ajang formalitas dan hura-hura

                                

Itulah hikayat sebuah Negeri Sampah

Yang sebetulnya gemah ripah dan kaya raya

Karena kekayaan alamnya yang melimpah

Tetapi merana karena koruptor dan penjarahnya merajalela


Di negeri bersimbah sampah

Banyak menghasilkan pemimpin kelas sampah

Mereka berebut kekuasaan dan jabatan dengan berbagai cara

Pada hal setelah memperoleh, karya apa yang dihasilkan, coba?*****


Bekasi, Agustus 2021