Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Selasa, 07 Januari 2025

Pengalaman Mengikuti Lomba Menulis Surat

 

ilustrasi menulis surat. (sumber: Castorly Stock di Pexels)


Pada awal tahun 2024 saya mengikuti lomba menulis surat. Temanya “Lomba Menulis Surat Kepada Sahabat”. Untuk melawan lupa dan menunda kepikunan, saya memang selalu berusaha menulis apa saja, juga mencoba mengikuti berbagai lomba menulis. Karena lomba itu iumumkan di media sosial, tentu saja pesertanya membludak. Dan ketika pengumuman, naskah surat saya termasuk yang terpilih untuk dibukukan. Juga disebut adanya tiga orang penulis surat yang dinyatakan terbaik sebagai pemenang.

       Pada bulan Maret 2024 saya mengirim uang untuk memesan buku sebanyak tiga eksemplar senilai Rp 180.000,- Dapat diduga, peserta yang masuk nominasi untuk dibukukan pasti memesan buku yang berjudul “Surat Untuk Sahabat” dan sudah dinyatakan terdiri atas 300 halaman. Dan lucunya, buku yang saya pesan itu tak kunjung terkirim sampai sekarang dan panitia berikut penerbitnya susah untuk dihubungi. Pernah sempat tertemukan, penerbit itu beralamat di Lampung tetapi tidak bisa dihubungi dan malah kemudian menghilang. Karena naskah surat itu saya buat sesuai fakta, pengalaman dan kejadian sebenarnya, maka bagi saya,itu termasuk dokumen sejarah pribadi yang bisa menjadi bagian dari biografi saya. Oleh karena itu, perlu saya ungkap surat pribadi itu secara terbuka, dan inilah bunyi selengkapnya.

Buat sahabatku Afandi Zuhri di Kendal

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sahabatku nan jauh,

Seperti pada pembicaraan kita via HP beberapa hari yang lalu, bahwa keadaanku di Bekasi sekeluarga baik-baik saja. Semoga sahabatku sekeluarga di Kendal demikian juga hendaknya. Saya kok tiba-tiba ingin menelpon sahabat. Dan ternyata sahabat baru pulang dari Malang karena Awuk, adik sahabat telah berpulang ke rahmatullah pada hari Sabtu tanggal 17 Februari 2024 yang lalu. Saya turut menyampaikan duka cita yang mendalam, semoga amal ibadah almarhumah Awuk diterima Allah subhanallahu taala.

Dalam usia di atas 70 tahun ini kegiatanku sehari-hari antaralain berbenah dan merapikan barang-barang koleksiku berupa suratkabar alias koran, majalah, buku, benda filateli dan numismatik serta surat-surat dari para sahabat dan kenalan. Beberapa waktu yang lalu, saya kebetulan menemukan surat sahabat beserta foto hitam putih. Saya jadi teringat, semenjak kepindahan keluarga sahabat ke Malang pada tahun 60-an kita belum pernah ketemu langsung sampai sekarang ini. Berkali-kali ingin merancang pertemuan antara saya, sahabat dan Mulyono sahabat kita yang juga pindah ke Sidayu, tidak pernah terlaksana.

Saya sangat kecewa dan terharu, karena Mulyono yang sempat kita pertanyakan karena sulit dihubungi, ternyata sudah lebih dulu berpulang ke rahmatullah. Saya sempat berkunjung ke rumahnya beberapa waktu yang lalu dan ketemu semua keluarganya. Mari kita bacakan surat Al Fatihah untuk almarhum Mulyono sahabat kita agar amal ibadah dan kebaikannya diterima Allah subhanahu wataala dan mendapat ganjaran pahala yang setimpal. Sungguh, saya baru sempat melihat raut wajah sahabat ketika pembicaraan via w/a beberapa hari yang lalu itu. Untuk kenangan, maka saya menulis surat ini semoga sahabat senang membacanya. Karena terakhir ini, saya selalu teringat semasa kanak-kanak ketika tinggal di Benjeng, sebuah desa setingkat kecamatan di wilayah Kabupaten Gresik. Sahabat pasti masih ingat, sebagai teman bertetangga kita selalu bermain bersama, bertiga bersama Mulyono. Sahabat yang setahun lebih tua, masuk sekolah duluan di Sekolah Dasar Negeri Benjeng. Kita ingat, kelas satu dan kelas dua waktu itu gedung sekolahnya berada di kampung Benjeng Barat. Kalau rindu mau bermain, saya selalu sudah menunggu di rumah sahabat dan sahabat kemudian selalu mengajari saya dengan menirukan bak seorang guru. Lucunya, saya selalu menurut saja. “Ji, saya tadi diajari berhitung, ini angka dan cara menghitungnya bisa pakai jari. Nanti harus pakai potongan batang kayu yang harus dibuat kecil-kecil sepanjang jari telunjuk tangan”, sahabat menjelaskan dengan meyakinkan dan saya selalu mengikutinya. Begitu juga ketika sahabat mengajarkan huruf dan menyanyi lagu Burung Kutilang, saya tirukan dengan bersungguh-sungguh. Karena hampir setiap hari bermain sekolah-sekolahan dengan sahabat begitu sepulang sekolah itulah, alhamdulillah saya menjadi terbiasa menyukai belajar sejak duduk di kelas satu Sekolah Dasar.

Ternyata bermain sekolah-sekolahan itu saya rasakan sebagai pengganti pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak yang memang belum ada di desa kita waktu itu. Terimakasih sahabat, ini betul-betul kenangan indah dan berharga yang saya peroleh bersama sahabat dan selalu saya ceritakan pengalaman hidup ini kepada siapa saja. Itu adalah amal baik sahabat yang semoga mendapat pahala yang sepadan dari Allah subhanahullah taala . Sungguh saya telah banyak memperoleh manfaat keberuntungan karena di kemudian hari saya sempat mendapatkan pendidikan gratis dari perusahaan tempat saya mengabdi untuk jenjang D3 dan S1 Sarjana Ekonomi.

Kalau sahabat mengalami pindah ke Malang lalu bekerja dan menetap di Kendal, saya waktu naik ke kelas enam pindah ke Gresik kota sampai menyelesaikan SLTA. Setamat STM Kimia Industri saya diterima bekerja di sebuah BUMN, PT Pertamina (Persero), dan sempat menempuh pendidikan tugas belajar di Akamigas (Akademi Minyak dan Gas Bumi) Cepu pada tahun 1973 sampai dengan 1975 dan kemudian menetap di Bekasi, Jawa Barat hingga sekarang ini karena penempatan bekerja di Jakarta sejak tahun 1976. Sesekali sempat pulang kampung ke Benjeng karena masih punya sanak famili di sana. Benjeng sekarang sudah sangat berubah. Sekolah kita di Benjeng  Barat yang dibangun Belanda dengan konstruksi besi dan tembok sudah dirobohkan. Seluruh kelas satu sampai kelas enam sudah terpusat di Benjeng Timur. Sekolah kita yang aslinya dibangun oleh Tuan Jepang dari bahan kayu masih kokoh berdiri. Masjid Jami Benjeng tempat kita mengaji Al Qur’an sehabis shalat Maghrib masih ada tetapi sudah dirombak. Telaga tempat kita mandi dan mengambil air wudhu sudah tidak ada dan rata sebagai daratan. Burung elang yang suka menyambar anak ayam dan sering diteriakin orang-orang dengan kata-kata “ulung….ulung, ulung….ulung!”, serta burung gelatik dan burung hantu, kata teman dan para orangtua sudah tidak ada lagi berkeliaran di desa kita seperti semasa kita kanak-kanak dulu. Benjeng sekarang sangat ramai karena penduduk semakin banyak. Sawah dan tambak ikan tempat kita dulu dan teman-teman suka buang air besar, sudah tidak tampak lagi dan banyak berubah menjadi perkampungan.

Mungkin surat saya cukup sekian dulu sahabat, lain waktu kita sambung lagi. Tolong segera dibalas karena saya ingin membandingkan tulisan tangan sahabat di usia lebih dari 70 tahun sekarang ini. Mari kembali kita budayakan menulis surat untuk menyimpan kenangan sebelum kita bisa bertemu langsung yang masih sangat saya idamkan. Salam kepada keluarga dan semoga senantiasa sehat wal’afiat serta sejahtera selalu. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bekasi, 29 Februari 2024.

Begitulah bunyi surat saya yang juga merupakan sebagian dari episode perjalanan hidup saya. Terntang uang yang sudah terlanjur terbayar sebesar Rp 180.000,- itu, biarlah merupakan amal jariah saya, semoga bermanfaat bagi yang memerlukannya. Walaupun kita seharusnya tidak boleh mentolerir segala bentuk penipuan, pencurian, penggelapan dan korupsi dengan berbagai cara dan sekecil apa pun nilainya. Yang menyesakkan hati, seandainya buku tersebut jadi dicetak, ia akan merupakan buku keduabelas yang memuat naskah karya saya secara antologi dalam bentuk cerita pendek (cerpen), puisi dan artikel bebas. Menuangkan kata hati, mengungkap pendapat, ide, kritik dan gagasan, alhamdulillah, inilah salah satu upaya kesibukan saya dalam memanfaatkan waktu luang. Semoga Allah subhanahullah ta’ala selalu membimbing jerih-payah hamba-Nya. Aamiien yarabbal alamiin.*****        

Rabu, 25 September 2024

Mengejar Kemajuan

 

Jokowi dan Prabowo Berada di IKN. (Sumber: Sinpo Id) 

Tahun emas NKRI

Ketika tahun 2045 nanti

Berarti tinggal dua dekade lagi

Lalu apa yang sudah kita capai?

Penduduk kita sekarang berjibun

Sudah lebih duaratus limapuluhjuta jiwa

Kategori negara menuju kemajuan

Pada hal sudah merdeka selama 79 warsa

Generasi muda mendapat tantangan besar

Untuk berpikir dan berkarya mulia

Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

Dalam bingkai negara berdasarkan Pancasila

 

Ada seorang negarawan Amerika Serikat

John Fitzgerald Kennedy namanya

Dia menyampaikan nasihat sangat berharga

Kepada masyarakat di seluruh dunia

Katanya bertuah :” Hari esok Anda,

ditentukan oleh pekerjaan Anda hari ini”.

Sungguh untaian kata yang sangat menginspirasi

Bolehlah kita memahami serta meneladani

Bekerja keras dan bersatu padu sejak kini

Demi cita-cita mencapai kejayaan bangsa

Jangan cuma hidup termangu dan berpangku tangan

Apalagi kalau pandainya hanya suka mencela*****

Bekasi, Desember 2023


Pesan Buat Anakku

 

Orang Tua dan Anaknya. (Sumber: Jupilu via Pixabay)


Anak-anakku semua

Kalian yang lahir pada tahun 1991, 1993 dan 2002

Pada warsa 2045 nanti

Merupakan tahun emas tanah air kita

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang indah dan kaya


Usia kalian kelak ada yang mencapai 54, 52 dan 43 tahun

Usia produktif untuk mencapai kemajuan

Maka berlombalah mengabdi kepada bangsa dan negara

 

Bapak telah mempersiapkan kalian

Dengan pendidikan yang baik untuk menggapai ilmu

Agar kalian mengisi masa emas NKRI itu dengan pengabdian

Yang tulus, jujur dan bermartabat

Demi nama baik keluarga besar kita, anakku!

Camkan ini dan persiapkan dirimu dengan baik dan bersungguh-sungguh

Karena kelak persaingan akan semakin hebat

Maka berjuanglah kalian, dengan ridho Tuhan Yang Mahakuasa.*****

Bekasi, Desember 2023


Selasa, 24 September 2024

Membayangkan NKRI Pada Tahun 2045

Istana Negara di IKN. (Sumber: Antara via Kanal News)


Pada tahun 2045 nanti

Seratus tahun usia NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Satu abad atau tahun emas disebutnya

Seperti apakah wajahnya kelak?

Ibukotanya sudah tidak di Jakarta lagi

Kelak sudah akan pindah di Ibu Kota Nusantara (IKN)

Letaknya di Pulau Kalimantan nan indah

Pulau yang kaya hutan serta sungai-sungai besar

Flora dan fauna yang kaya tiada tandingan

Seni budaya dan adat istiadat yang sangat mempesona

Semoga kekayaan itu tetap lestari

Tetap dipertahankan sebagai obyek wisata

Dengan IKN yang indah seperti kota-kota besar dunia

Dihuni oleh WNI yang berkualitas

Maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

Unggul dalam berbagai cabang olah raga dan seni budaya

Serta luhur budi pekerti pula peradabannya

NKRI yang berkembang maju menjadi 45 Provinsi

Bilangan sesuai tahun proklamasi kemerdekaan

Yang kelak tercermin di dalam Sang Saka Merah Putih

Dengan hamparan warna hijau di tengah yang luasnya sepertiga bagian

Dan ditaburi 45 bintang warna kuning keemasan

Itulah wujud Indonesia Raya yang semakin mantap

Berikut penghayatan dan pengamalan warga bangsanya

yang mengakar terhadap Pancasila sebagai ideologi negara*****

Bekasi, Desember 2023.






Jumat, 20 September 2024

Pak Acui Duta Filateli Indonesia

Pak Acui dan Dagangannya (dok. pribadi)

Beberapa waktu yang lalu, Pesta Olah Raga ASEAN (SEA Games) di Filipina berhasil terselenggara dengan baik. Indonesia menggondol lebih dari 70 medali emas. Itu artinya, lebih dari 70 kali bendera sang merah putih dikibarkan diiringi lagu Indonesia Raya menyertai penyerahan medali emas kepada atlet Indonesia.Belum lagi untuk pertandingan sepak bola, karena setiap negara yang tampil bertanding selalu diperkenalkan juga bendera nasional dengan lagu kebangsaan negara yang bersangkutan. Yang patut dipahami, bahwa selain Kepala Negara yang berkunjung ke suatu negara, para atlet yang gagah pekasa itu juga punya andil menjunjung nama bangsa dan negara. Lalu, bagaimana dengan kita, dan lingkungan sekitar kita? Apakah kita warga negara yang cuma bisa buat onar dan pembuang sampah sembarangan, sehingga turis mancanegara enggan datang kemari?. Sebenarnya banyak cara untuk berbakti dan menjaga nama bangsa dan negara. Minimal, jadilah orang baik dan selalu taat pada aturan dan perundang-undangan yang berlaku adalah merupakan andil kita yang tak ternilai harganya. Tetapi ada sosok yang dengan pilihan hidupnya, punya peran besar dalam memperkenalkan bangsa dan negara Republik Indonesia ke seantero dunia. Dia adalah lelaki yang dilahirkan pada tahun 1936 di desa Praya, Nusa Tenggara Barat. Namanya Chan Chen Chun, yang kemudian berubah menjadi Yusuf Toni. Menurut penuturannya, sejak usia memasuki SLTA, dia pindah merantau sendirian ke Surabaya. Ketika perbekalan yang dia bawa mau habis, dia putar otak berusaha untuk mencari tambahan penghasilan. Dari seorang kenalannya, dia disarankan untuk menjual serta memasok benda filateli ke Hong Kong. Karena dia mengerti bahasa Mandarin secara lisan dan tulisan, maka mulailah dia menjadlin sahabat pena dengan pegiat filateli di Hong Kong itu. Penjualan benda filateli Indonesia dia lakukan secara rutin setiap kali terbit baru atau kalau ada pesanan yang lama. Ketika reputasinya mulai dikenal, oleh seorang pegiat filateli Jakarta dia diajak pindah ke Jakarta untuk membantu mengelola bisnis filateli miliknya. Sejak itulah Pak Acui atau dikenal juga dengan Ko Acui, memulai bisnis di bidang filateli dengan menjalin tukar-menukar bersama para pegiat yang sama di seluruh dunia. Perlu diketahui, bahwa benda filateli terdiri dari perangko dan benda pos lainnya, misalnya sampul surat dan kartupos. Dengan tukar-menukar perangko dan benda pos lainnya melalui surat-menyurat antar para pehobi dan pegiat filateli, Pak Acui berhasil menapaki hidupnya yang mapan sederhana dan masih cukup enerjik dalam usianya yang sudah mencapai 83 tahun. Setiap hari Kamis dan Sabtu, Pak Acui rutin mengunjungi Kantor Pusat Filateli di Jalan Pos, Pasar Baru Jakarta, karena dia memiliki kios untuk penjualan benda-benda filateli.
Pak Acui Melayani Pembeli (dok. pribadi)

Melalui surat-menyurat dan tukar menukar benda filateli serta memasok ke agen-agen filateli di luar negeri, sebenarnya Pak Acui telah berhasil memperkenalkan Indonesia ke berbagai penjuru dunia. Bahkan untuk memperkaya barang dagangannya itu. Pak Acui mengerahkan namanya sendiri Chan Chen Chun dan Yusuf Toni, nama isterinya, serta dua anaknya untuk korespondensi ke luar negeri. Karena dalam benda filateli tergambar fakta mengenai peta bumi, lambang negara, bendera nasional, kekayaan alam, seni budaya dan sebagainya mengenai Indonesia, berarti telah disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia selama puluhan tahun oleh Pak Acui. Ketekunan Pak Acui yang rajin dan menjiwai dengan baik profesinya sebagai pedagang filateli ternyata tak kalah dengan para atlet yang berjuang di bidang olah raga. Bahwa setiap bidang pekerjaan yang ditekuni dengan seksama ternyata bisa memberikan penghasilan yang lumayan. Bahkan dari reputasinya itu, mungkin Pak Acui layak sekiranya mendapatkan penghargaan dari negara karena perannya yang aktif sekeluarga memperkenalkan Indonesia melalui benda filateli. Kepada Pak Acui kiranya layak disematkan gelar sebagai duta filateli Indonesia. Pertimbangannya, karena dia membeli perangko besar-besaran secara teratur dan mengirim ke pelbagai alamat di luar negeri melalui pos. Dia juga menyewa dua PO BOX di Kantor Pos untuk kemudahan alamat surat menyurat, serta menjual hasil tukar menukar dengan sahabat penanya di lapak atau kios yang disewa di Pusat Filateli Jakarta. Dan hebatnya, lebih dari enam dekade hidupnya diabdikan secara setia dan penuh dedikasi dalam dunia filateli, dengan melakukan surat menyurat ke luar negeri sebanyak rata-rata 20 surat setiap minggunya. ***** [Penulis adalah pehobi filateli dan anggota filatelis Cabang Jakarta]

Bunga Nan Indah

 

Cherry Blossom oleh PhotoLove di Pixabay

Aku menyenangi tanaman

Itulah salah satu hobiku

Yang kutekuni sejak masih kanak-kanak

Di pekarangan yang tidak begitu luas

Aku tanam aneka macam bunga

Dari bibit yang kuperoleh dari tetangga,

 atau mengambil dari taman sekolah

Hobi itu kujalani sampai sekarang

Hanya di sebuah taman di halaman rumah

Aneka jenis bunga kutanam, kusirami,

 kupupuk, dan kurawat setiap hari

Sebagai hiburan dan sekedar berolah raga

Namun ada tiga jenis bunga yang begitu indah

 yang tidak kumiliki tetapi selalu menggoda

Ada yang berwarna putih bersih dan kemilauan

Pula ada yang berwarna kecoklatan nan menawan

 dan menarik dari kejauhan apalagi dari dekat

Tetapi ada bunga hitam manis tampak dari kejauhan

Bunga itu menarik namun banyak orang tidak menyukainya

Sering bunga-bunga itu muncul dalam mimpi,

 dan selalu terbayang ketika asyik berkebun

Mungkin karena aku terlalu berkhayal ingin memiliki

Pada hal bunga itu hanya khayal dan tidak ada yang jual. *****

Bekasi, Mei 2023       

Jalan Raya

Prasarana atau infrastruktur 
Sangat diperlukan di setiap negara di muka bumi ini 
Salah satunya yang bernama jalan raya 
Begitu penting prasarana ini 
Yang menghubungkan satu kota dengan kota lain 
Yang menyambung satu desa dengan desa lain, dan dari satu kampung dengan kampung lain 
Dibuat dengan menembus hutan, mengitari bukit dan pegunungan
Serta menyeberangi sungai dan selat
Yang mestinya dengan peralatan modern dan canggih
Membangunnya juga dengan ilmu dan kesungguhan serta kejujuran 
Tetapi kenyataannya di negeri ini 
Jalan-jalan banyak yang mudah rusak, berlubang, dan boncel-boncel
Dibangun tidak terpadu 
Tanpa saluran got yang memadai ketika dibangun 
Sering dibongkar karena pemasangan kabel atau keperluan lain 
Tidak dirapikan lagi seperti semula, berantakan, hanya diurug seadanya 
Ada yang dibuat dan rusak lagi setiap tiga bulan dan sering mencelakakan para pengguna jalan 
Sang pemangku proyek sangat senang karena ada dana akan mengalir 
Tak sadar bahwa itu dosa kepada rakyat, negara, dan Tuhan Yang Maha Mengetahui 
Mereka kebakaran jenggot ketika ada yang mengingatkan
Pertanda kecurangan memang budaya di negeri ini. ***** 
Bekasi, Mei 2023

Indonesia Jaya

 

Tukang Becak di Jalanan di Bandung. (Sumber: Fikri Rasyid via Unsplash)


Tujuhbelas Agustus tahun sembilan belas empat lima

Itulah Hari Kemerdekaan kita

Hari terbebasnya nusa dan bangsa

Dari belenggu penjajahan manca negara

         

          Tujuh puluh sembilan tahun sudah

           Usia Negara Kesatuan Republik Indonesia

          Para pendahulu telah berjuang dengan susah payah

          Untuk mempertahankan negeri tercinta

Kini saatnya kita membangun

Dengan bersungguh-sungguh dan penuh tanggung-jawab

Disertai penuh dedikasi dan kejujuran

Demi tercapainya Indonesia Raya yang jaya dan beradab

          Hayo singsingkan lengan baju kita

          Bergerak bersama mengejar kemajuan

          Kerja bergotong royong menuntun kita bersama

          Untuk mencapai kegemilangan di masa depan*****

Bekasi, Juli 2024


Rabu, 18 September 2024

Indonesia Raya

 

Peta Indonesia (Sumber: Wikipedia)


Indonesia Raya tanah air kita

Terhampar luas di khatulistiwa

Dengan iklimnya yang istimewa

Gemah ripah loh jinawi alamnya

          Banyak suku bangsa mendiami

          Berbagai agama hidup penuh toleransi

          Bhinneka Tunggal Ika perekatnya

          Dalam bingkai Pancasila sebagai tamengnya

Berbagai pengalaman dialami sepanjang sejarahnya

Pasang surut perjuangan dengan pertaruhan hidup atau mati

Indonesia Pusaka harus tetap dijaga

Walau berbagai rong-rongan datang silih berganti

          Kaya pengalaman adalah guru yang berharga

          Mengisi kemerdekaan merupakan upaya perjuangan

          Dengan karya dan jasa yang penuh wibawa

          Untuk Indonesia Raya yang jaya sepanjang jaman

Indonesia Pusaka karunia Illahi

Harus kita kawal dengan penuh tata krama dan tidak korupsi

Pelihara alam lingkungannya agar tetap lestari

Demi tercapainya Indonesia Raya yang maju dan cinta damai*****

Bekasi, Desember 2023



Selasa, 14 Mei 2024

Kisah Kodok Ijo dan Cicak

 

Ilustrasi Katak dan Cicak. (Sumber: NU Probolinggo)

Taman Kanak-kanak (TK) Yudha Jatikramat Indah I Bekasi ramai anak sekolah sedang istirahat. Mereka berlarian dan bersenda-gurau ala anak-anak yang sebagian besar masih berusia balita. Seekor Cicak warna putih kehitaman yang sudah lama menghuni di Gedung TK Yudha ikut sibuk mengamati keceriaan anak-anak sambil memperhatikan makanan mereka yang tercecer karena masih pada belajar makan mandiri. Cicak itu selalu kenyang memakan ceceran makanan anak-anak yang beraneka macam jenis masakan.

       Bel berbunyi, tanda istirahat sudah selesai. Anak-anak masuk kelas kembali dengan rapi dan teratur. Setelah anak-anak duduk rapi, Ibu Guru berseru :”Anak-anak, sekarang kita akan menyanyi! Lagunya berjudul “Cicak”. Siapa yang sudah tahu Cicak?”. Semua menjawab sambil mengangkat tangan :”Saya tahu Bu Guru!”. Baik, sekarang dengarkan semuanya, kata Bu Guru.

Karena mendengar namanya disebut-sebut, Cicak lalu beranjak masuk ke dalam kelas dan langsung merayap ke dinding kelas terus naik ke atas. Anak-anak ada yang mengamati. “He…..,itu Cicaknya!”, seru mereka sambil menuding ke arah Cicak yang sudah bertengger di dinding sekolah. “Iya,..lihat semuanya, itulah Cicak, dia ikut memperhatikan kalian! Ayo kita menyanyi yang baik!”, pinta Bu Guru.

Bu Guru memulai menyanyi dengan suara merdunya. “Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk, hap…hap…lalu ditangkap”, begitu berulang-ulang dan semua murid menyimak dan ada yang menirukan karena kebanyakan sudah diajari oleh orangtuanya di rumah. Cicak menyimak dengan senang hati karena namanya disebut dalam nyanyian. Sambil berjoget menyibak-nyibakkan ekornya, dia berpikir, nyamuk pasti enak, ya! Dia membayangkan :”Di mana ya bisa dapat nyamuk?”.

Lama-kelamaan si Cicak tahu wujud nyamuk yang biasa muncul pada malam hari dan sukanya menggigit manusia. Pada hal, pada malam hari di Sekolah TK Yudha tidak ada manusia sehingga tidak dijumpai nyamuk sama sekali. Tiap hari anak-anak menyanyikan lagu Cicak disertai gayanya masing-masing. Suatu hari Bu Guru bercerita tentang nyamuk, serangga berbahaya karena bisa menyebarkan dan menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia yang digigit. Cicak jadi tahu bahwa nyamuk berkembang biak dengan bertelur di air, kemudian berubah menjadi jentik-jentik, dan beberapa lama kemudian berubah menjadi nyamuk. Diam-diam Cicak melakukan observasi, dia pergi ke got atau selokan dekat sekolah. Sepanjang pagi, siang dan malam dia mengamati got. Ternyata benar, dia tahu kapan nyamuk bertelur, jadi jenti-jentik dan setelah sampai waktunya, umumnya pada sore hari berubah menjadi nyamuk dan langsung terbang setelah bertengger di tempat daratan atau di atas daun tumbuh-tumbuhan sebelum terbang. Berhari-hari Cicak mengamati nyamuk yang baru berubah dari jentik-jentik menjadi nyamuk. Sesekali dia berancang-ancang ingin menangkap nyamuk sebelum terbang, tetapi dia selalu ragu-ragu takut jatuh ke air. Dan benar juga, ketika Cicak mau menyaplok nyamuk, tidak berhasil karena keburu terbang dan dia malah terjatuh ke dalam air. “Sialan !”, katanya sambil tertatih-tatih berusaha berenang ke daratan. Maksud hati ingin menikmati nyamuk malah tertelan air got. Untung masih bisa menyelamatkan diri dan kembali bertengger di atas daun. “Ah…,lebih nyaman menikmati ceceran makanan anak-anak TK yang beragam !”, gerutu Cicak.

       Sedang asyik membayangkan rasa nyamuk, tiba-tiba datanglah seekor Kodok Ijo yang sedang santai berenang ria. “Hai Cicak, sedang ngapain kamu termenung di situ?”, sapa Kodok Ijo mengagetkan si Cicak. Kodok Ijo yang tiba-tiba menyembul ke permukaan, membuat Cicak tergeragap dan menjawab :”Aku sedang menunggu nyamuk tapi belum pernah dapat!”. Oh, kamu sebaiknya makan yang biasa kamu cari saja, Cicak! Biar aku yang makan jentik-jentiknya. Dan lagi, sudah lama ya kamu berjaga di sini?”, kata Kodok Ijo memberi saran kepada Cicak.

“Nggak juga! Aku kan hanya ingin merasakan nyamuk seperti yang dinyanyikan anak-anak TK. Sehingga sampailah aku di tempat ini. Selama ini sih, aku dapat makanan dari anak-anak yang tercecer di kelas atau tempat bermain, karena mereka kan baru belajar makan mandiri!”, jelas si Cicak. “Temanmu banyak, ya Cicak? Kalau aku tinggal sendirian karena teman-temanku banyak ditangkap manusia untuk dijadikan santapan. Aku berhasil lari dan bersembunyi di sepanjang got di komplek perumahan ini. Dan ternyata lumayan, gotnya cukup bersih dan banyak nyamuk bertelur!”, cerita si Kodok Ijo sedikit memelas. “Kalau aku, temanku banyak karena tidak diburu manusia, dan aku bisa sembunyi di celah-celah yang aman”, jelas si Cicak. Kodok Ijo dengan matanya berkaca-kaca melanjutkan ceritanya :”Dulu temanku juga banyak sekali, karena tempat kita ini tadinya berupa persawahan yang luas. Menurut tetuaku, persawahan itu sangat luas dan hidup berbagai hewan air termasuk ular yang juga memangsa kelompokku. Ketika kemudian berubah menjadi kawasan perumahan, terjadi pengurugan lahan, dan sejak itu Kodok Ijo banyak terbunuh. Beruntung, kelompok biangku berhasil lari menyelamatkan diri. Disamping perburuan oleh manusia untuk diperdagangkan sebagai bahan santapan, manusia yang semakin banyak juga membuat kami punah karena got menjadi jorok dan banyak beracun. Sewaktu kami masih banyak, di malam hari kami selalu bernyanyi bersama. Orang bilang kami ber”ngorek” sehingga ada lagu tentang Kodok!”. Yang tiba-tiba memancing Cicak nyeletuk :”Coba kau nyanyikan lagumu itu, biar aku tahu!”.

       Dengan sedikit tersenyum dan tertawa kecil, Kodok Ijo kemudian bernyanyi :”Kodok ngorek…Kodok ngorek,,,ngorek pinggir kali. Teot teblung…teot teblung…teot…teot teblung. Bocah pinter…bocah pinter…besuk dadi dokter”. Cicak sambil mengibaskan ekornya pertanda sangat suka, memberikan komentar :”Oei, lagumu bagus lho Kodok Ijo!”. Sambil membanggakan diri, Kodok Ijo menyambung ceritanya :”Ya, tetapi sekarang aku tidak pernah bernyanyi atau ber”ngorek” lagi, di samping karena sendirian, juga takut diketahui manusia atau ular yang kemudian memburuku. Maka aku hanya sembunyi terus sambil mencari serangga makananku. Aku paling suka makan jentik-jentik lho, Cicak! Jadi kamu tidak akan sempat mencoba makan nyamuk dari sepanjang got ini. Manusia mestinya berterimakasih kepadaku dan kawan-kawanku, karena nyamuk sudah kuberantas sejak baru menjadi jentik-jentik”.

       Sedang asyiknya mereka berdua bersantai ria di pagi hari, tiba-tiba air got berombak cukup mengagetkan. Kodok Ijo dan Cicak sempat terjengkang dari tempatnya. Kodok Ijo sangat paham suasana demikian. “Cicak…., mungkin orang-orang sedang kerja bakti keruk-keruk got, Aku harus menyelamatkan diri, lari dari tempat ini! Aku harus segera mencari tempat yang aman!”, seru Kodok Ijo dengan tergopoh-gopoh dan segera lari dengan berenang.

       Dengan perasaan iba, Cicak berteriak kepada Kodok Ijo yang sudah menjauh :”Selamat ya Kodok Ijo, semoga kamu dapat tempat yang aman dan nyaman. Semoga kamu ketemu teman-temanmu di tempat yang membahagiakan! Sambil menitikkan air matanya, Cicak terus mengamati Kodok Ijo yang berenang semakin menjauh dari pandangannya. Setelah hilang dari penglihatannya, Cicak pun segera beringsut menyembunyikan diri dan siap lari ke pelataran TK untuk mencari makanan anak-anak yang tercecer, sembari terus berdoa bagi keselamatan si Kodok Ijo, sahabat barunya yang tiba-tiba terputus dan berpisah. ***** Bekasi, pertengahan September 2022.