Entri yang Diunggulkan

GENERASI PENDOBRAK JILID III

 Harian Rakyat Merdeka terbitan 20 April  2010,memuat artikel dengan judul “Bodoh Permanen” yang ditulis oleh Arif Gunawan. Tulisan tersebut...

Selasa, 24 September 2024

Membayangkan NKRI Pada Tahun 2045

Istana Negara di IKN. (Sumber: Antara via Kanal News)


Pada tahun 2045 nanti

Seratus tahun usia NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

Satu abad atau tahun emas disebutnya

Seperti apakah wajahnya kelak?

Ibukotanya sudah tidak di Jakarta lagi

Kelak sudah akan pindah di Ibu Kota Nusantara (IKN)

Letaknya di Pulau Kalimantan nan indah

Pulau yang kaya hutan serta sungai-sungai besar

Flora dan fauna yang kaya tiada tandingan

Seni budaya dan adat istiadat yang sangat mempesona

Semoga kekayaan itu tetap lestari

Tetap dipertahankan sebagai obyek wisata

Dengan IKN yang indah seperti kota-kota besar dunia

Dihuni oleh WNI yang berkualitas

Maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi

Unggul dalam berbagai cabang olah raga dan seni budaya

Serta luhur budi pekerti pula peradabannya

NKRI yang berkembang maju menjadi 45 Provinsi

Bilangan sesuai tahun proklamasi kemerdekaan

Yang kelak tercermin di dalam Sang Saka Merah Putih

Dengan hamparan warna hijau di tengah yang luasnya sepertiga bagian

Dan ditaburi 45 bintang warna kuning keemasan

Itulah wujud Indonesia Raya yang semakin mantap

Berikut penghayatan dan pengamalan warga bangsanya

yang mengakar terhadap Pancasila sebagai ideologi negara*****

Bekasi, Desember 2023.






Jumat, 20 September 2024

Pak Acui Duta Filateli Indonesia

Pak Acui dan Dagangannya (dok. pribadi)

Beberapa waktu yang lalu, Pesta Olah Raga ASEAN (SEA Games) di Filipina berhasil terselenggara dengan baik. Indonesia menggondol lebih dari 70 medali emas. Itu artinya, lebih dari 70 kali bendera sang merah putih dikibarkan diiringi lagu Indonesia Raya menyertai penyerahan medali emas kepada atlet Indonesia.Belum lagi untuk pertandingan sepak bola, karena setiap negara yang tampil bertanding selalu diperkenalkan juga bendera nasional dengan lagu kebangsaan negara yang bersangkutan. Yang patut dipahami, bahwa selain Kepala Negara yang berkunjung ke suatu negara, para atlet yang gagah pekasa itu juga punya andil menjunjung nama bangsa dan negara. Lalu, bagaimana dengan kita, dan lingkungan sekitar kita? Apakah kita warga negara yang cuma bisa buat onar dan pembuang sampah sembarangan, sehingga turis mancanegara enggan datang kemari?. Sebenarnya banyak cara untuk berbakti dan menjaga nama bangsa dan negara. Minimal, jadilah orang baik dan selalu taat pada aturan dan perundang-undangan yang berlaku adalah merupakan andil kita yang tak ternilai harganya. Tetapi ada sosok yang dengan pilihan hidupnya, punya peran besar dalam memperkenalkan bangsa dan negara Republik Indonesia ke seantero dunia. Dia adalah lelaki yang dilahirkan pada tahun 1936 di desa Praya, Nusa Tenggara Barat. Namanya Chan Chen Chun, yang kemudian berubah menjadi Yusuf Toni. Menurut penuturannya, sejak usia memasuki SLTA, dia pindah merantau sendirian ke Surabaya. Ketika perbekalan yang dia bawa mau habis, dia putar otak berusaha untuk mencari tambahan penghasilan. Dari seorang kenalannya, dia disarankan untuk menjual serta memasok benda filateli ke Hong Kong. Karena dia mengerti bahasa Mandarin secara lisan dan tulisan, maka mulailah dia menjadlin sahabat pena dengan pegiat filateli di Hong Kong itu. Penjualan benda filateli Indonesia dia lakukan secara rutin setiap kali terbit baru atau kalau ada pesanan yang lama. Ketika reputasinya mulai dikenal, oleh seorang pegiat filateli Jakarta dia diajak pindah ke Jakarta untuk membantu mengelola bisnis filateli miliknya. Sejak itulah Pak Acui atau dikenal juga dengan Ko Acui, memulai bisnis di bidang filateli dengan menjalin tukar-menukar bersama para pegiat yang sama di seluruh dunia. Perlu diketahui, bahwa benda filateli terdiri dari perangko dan benda pos lainnya, misalnya sampul surat dan kartupos. Dengan tukar-menukar perangko dan benda pos lainnya melalui surat-menyurat antar para pehobi dan pegiat filateli, Pak Acui berhasil menapaki hidupnya yang mapan sederhana dan masih cukup enerjik dalam usianya yang sudah mencapai 83 tahun. Setiap hari Kamis dan Sabtu, Pak Acui rutin mengunjungi Kantor Pusat Filateli di Jalan Pos, Pasar Baru Jakarta, karena dia memiliki kios untuk penjualan benda-benda filateli.
Pak Acui Melayani Pembeli (dok. pribadi)

Melalui surat-menyurat dan tukar menukar benda filateli serta memasok ke agen-agen filateli di luar negeri, sebenarnya Pak Acui telah berhasil memperkenalkan Indonesia ke berbagai penjuru dunia. Bahkan untuk memperkaya barang dagangannya itu. Pak Acui mengerahkan namanya sendiri Chan Chen Chun dan Yusuf Toni, nama isterinya, serta dua anaknya untuk korespondensi ke luar negeri. Karena dalam benda filateli tergambar fakta mengenai peta bumi, lambang negara, bendera nasional, kekayaan alam, seni budaya dan sebagainya mengenai Indonesia, berarti telah disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia selama puluhan tahun oleh Pak Acui. Ketekunan Pak Acui yang rajin dan menjiwai dengan baik profesinya sebagai pedagang filateli ternyata tak kalah dengan para atlet yang berjuang di bidang olah raga. Bahwa setiap bidang pekerjaan yang ditekuni dengan seksama ternyata bisa memberikan penghasilan yang lumayan. Bahkan dari reputasinya itu, mungkin Pak Acui layak sekiranya mendapatkan penghargaan dari negara karena perannya yang aktif sekeluarga memperkenalkan Indonesia melalui benda filateli. Kepada Pak Acui kiranya layak disematkan gelar sebagai duta filateli Indonesia. Pertimbangannya, karena dia membeli perangko besar-besaran secara teratur dan mengirim ke pelbagai alamat di luar negeri melalui pos. Dia juga menyewa dua PO BOX di Kantor Pos untuk kemudahan alamat surat menyurat, serta menjual hasil tukar menukar dengan sahabat penanya di lapak atau kios yang disewa di Pusat Filateli Jakarta. Dan hebatnya, lebih dari enam dekade hidupnya diabdikan secara setia dan penuh dedikasi dalam dunia filateli, dengan melakukan surat menyurat ke luar negeri sebanyak rata-rata 20 surat setiap minggunya. ***** [Penulis adalah pehobi filateli dan anggota filatelis Cabang Jakarta]

Bunga Nan Indah

 

Cherry Blossom oleh PhotoLove di Pixabay

Aku menyenangi tanaman

Itulah salah satu hobiku

Yang kutekuni sejak masih kanak-kanak

Di pekarangan yang tidak begitu luas

Aku tanam aneka macam bunga

Dari bibit yang kuperoleh dari tetangga,

 atau mengambil dari taman sekolah

Hobi itu kujalani sampai sekarang

Hanya di sebuah taman di halaman rumah

Aneka jenis bunga kutanam, kusirami,

 kupupuk, dan kurawat setiap hari

Sebagai hiburan dan sekedar berolah raga

Namun ada tiga jenis bunga yang begitu indah

 yang tidak kumiliki tetapi selalu menggoda

Ada yang berwarna putih bersih dan kemilauan

Pula ada yang berwarna kecoklatan nan menawan

 dan menarik dari kejauhan apalagi dari dekat

Tetapi ada bunga hitam manis tampak dari kejauhan

Bunga itu menarik namun banyak orang tidak menyukainya

Sering bunga-bunga itu muncul dalam mimpi,

 dan selalu terbayang ketika asyik berkebun

Mungkin karena aku terlalu berkhayal ingin memiliki

Pada hal bunga itu hanya khayal dan tidak ada yang jual. *****

Bekasi, Mei 2023       

Jalan Raya

Prasarana atau infrastruktur 
Sangat diperlukan di setiap negara di muka bumi ini 
Salah satunya yang bernama jalan raya 
Begitu penting prasarana ini 
Yang menghubungkan satu kota dengan kota lain 
Yang menyambung satu desa dengan desa lain, dan dari satu kampung dengan kampung lain 
Dibuat dengan menembus hutan, mengitari bukit dan pegunungan
Serta menyeberangi sungai dan selat
Yang mestinya dengan peralatan modern dan canggih
Membangunnya juga dengan ilmu dan kesungguhan serta kejujuran 
Tetapi kenyataannya di negeri ini 
Jalan-jalan banyak yang mudah rusak, berlubang, dan boncel-boncel
Dibangun tidak terpadu 
Tanpa saluran got yang memadai ketika dibangun 
Sering dibongkar karena pemasangan kabel atau keperluan lain 
Tidak dirapikan lagi seperti semula, berantakan, hanya diurug seadanya 
Ada yang dibuat dan rusak lagi setiap tiga bulan dan sering mencelakakan para pengguna jalan 
Sang pemangku proyek sangat senang karena ada dana akan mengalir 
Tak sadar bahwa itu dosa kepada rakyat, negara, dan Tuhan Yang Maha Mengetahui 
Mereka kebakaran jenggot ketika ada yang mengingatkan
Pertanda kecurangan memang budaya di negeri ini. ***** 
Bekasi, Mei 2023

Indonesia Jaya

 

Tukang Becak di Jalanan di Bandung. (Sumber: Fikri Rasyid via Unsplash)


Tujuhbelas Agustus tahun sembilan belas empat lima

Itulah Hari Kemerdekaan kita

Hari terbebasnya nusa dan bangsa

Dari belenggu penjajahan manca negara

         

          Tujuh puluh sembilan tahun sudah

           Usia Negara Kesatuan Republik Indonesia

          Para pendahulu telah berjuang dengan susah payah

          Untuk mempertahankan negeri tercinta

Kini saatnya kita membangun

Dengan bersungguh-sungguh dan penuh tanggung-jawab

Disertai penuh dedikasi dan kejujuran

Demi tercapainya Indonesia Raya yang jaya dan beradab

          Hayo singsingkan lengan baju kita

          Bergerak bersama mengejar kemajuan

          Kerja bergotong royong menuntun kita bersama

          Untuk mencapai kegemilangan di masa depan*****

Bekasi, Juli 2024


Rabu, 18 September 2024

Indonesia Raya

 

Peta Indonesia (Sumber: Wikipedia)


Indonesia Raya tanah air kita

Terhampar luas di khatulistiwa

Dengan iklimnya yang istimewa

Gemah ripah loh jinawi alamnya

          Banyak suku bangsa mendiami

          Berbagai agama hidup penuh toleransi

          Bhinneka Tunggal Ika perekatnya

          Dalam bingkai Pancasila sebagai tamengnya

Berbagai pengalaman dialami sepanjang sejarahnya

Pasang surut perjuangan dengan pertaruhan hidup atau mati

Indonesia Pusaka harus tetap dijaga

Walau berbagai rong-rongan datang silih berganti

          Kaya pengalaman adalah guru yang berharga

          Mengisi kemerdekaan merupakan upaya perjuangan

          Dengan karya dan jasa yang penuh wibawa

          Untuk Indonesia Raya yang jaya sepanjang jaman

Indonesia Pusaka karunia Illahi

Harus kita kawal dengan penuh tata krama dan tidak korupsi

Pelihara alam lingkungannya agar tetap lestari

Demi tercapainya Indonesia Raya yang maju dan cinta damai*****

Bekasi, Desember 2023



Selasa, 14 Mei 2024

Kisah Kodok Ijo dan Cicak

 

Ilustrasi Katak dan Cicak. (Sumber: NU Probolinggo)

Taman Kanak-kanak (TK) Yudha Jatikramat Indah I Bekasi ramai anak sekolah sedang istirahat. Mereka berlarian dan bersenda-gurau ala anak-anak yang sebagian besar masih berusia balita. Seekor Cicak warna putih kehitaman yang sudah lama menghuni di Gedung TK Yudha ikut sibuk mengamati keceriaan anak-anak sambil memperhatikan makanan mereka yang tercecer karena masih pada belajar makan mandiri. Cicak itu selalu kenyang memakan ceceran makanan anak-anak yang beraneka macam jenis masakan.

       Bel berbunyi, tanda istirahat sudah selesai. Anak-anak masuk kelas kembali dengan rapi dan teratur. Setelah anak-anak duduk rapi, Ibu Guru berseru :”Anak-anak, sekarang kita akan menyanyi! Lagunya berjudul “Cicak”. Siapa yang sudah tahu Cicak?”. Semua menjawab sambil mengangkat tangan :”Saya tahu Bu Guru!”. Baik, sekarang dengarkan semuanya, kata Bu Guru.

Karena mendengar namanya disebut-sebut, Cicak lalu beranjak masuk ke dalam kelas dan langsung merayap ke dinding kelas terus naik ke atas. Anak-anak ada yang mengamati. “He…..,itu Cicaknya!”, seru mereka sambil menuding ke arah Cicak yang sudah bertengger di dinding sekolah. “Iya,..lihat semuanya, itulah Cicak, dia ikut memperhatikan kalian! Ayo kita menyanyi yang baik!”, pinta Bu Guru.

Bu Guru memulai menyanyi dengan suara merdunya. “Cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk, hap…hap…lalu ditangkap”, begitu berulang-ulang dan semua murid menyimak dan ada yang menirukan karena kebanyakan sudah diajari oleh orangtuanya di rumah. Cicak menyimak dengan senang hati karena namanya disebut dalam nyanyian. Sambil berjoget menyibak-nyibakkan ekornya, dia berpikir, nyamuk pasti enak, ya! Dia membayangkan :”Di mana ya bisa dapat nyamuk?”.

Lama-kelamaan si Cicak tahu wujud nyamuk yang biasa muncul pada malam hari dan sukanya menggigit manusia. Pada hal, pada malam hari di Sekolah TK Yudha tidak ada manusia sehingga tidak dijumpai nyamuk sama sekali. Tiap hari anak-anak menyanyikan lagu Cicak disertai gayanya masing-masing. Suatu hari Bu Guru bercerita tentang nyamuk, serangga berbahaya karena bisa menyebarkan dan menyebabkan berbagai jenis penyakit pada manusia yang digigit. Cicak jadi tahu bahwa nyamuk berkembang biak dengan bertelur di air, kemudian berubah menjadi jentik-jentik, dan beberapa lama kemudian berubah menjadi nyamuk. Diam-diam Cicak melakukan observasi, dia pergi ke got atau selokan dekat sekolah. Sepanjang pagi, siang dan malam dia mengamati got. Ternyata benar, dia tahu kapan nyamuk bertelur, jadi jenti-jentik dan setelah sampai waktunya, umumnya pada sore hari berubah menjadi nyamuk dan langsung terbang setelah bertengger di tempat daratan atau di atas daun tumbuh-tumbuhan sebelum terbang. Berhari-hari Cicak mengamati nyamuk yang baru berubah dari jentik-jentik menjadi nyamuk. Sesekali dia berancang-ancang ingin menangkap nyamuk sebelum terbang, tetapi dia selalu ragu-ragu takut jatuh ke air. Dan benar juga, ketika Cicak mau menyaplok nyamuk, tidak berhasil karena keburu terbang dan dia malah terjatuh ke dalam air. “Sialan !”, katanya sambil tertatih-tatih berusaha berenang ke daratan. Maksud hati ingin menikmati nyamuk malah tertelan air got. Untung masih bisa menyelamatkan diri dan kembali bertengger di atas daun. “Ah…,lebih nyaman menikmati ceceran makanan anak-anak TK yang beragam !”, gerutu Cicak.

       Sedang asyik membayangkan rasa nyamuk, tiba-tiba datanglah seekor Kodok Ijo yang sedang santai berenang ria. “Hai Cicak, sedang ngapain kamu termenung di situ?”, sapa Kodok Ijo mengagetkan si Cicak. Kodok Ijo yang tiba-tiba menyembul ke permukaan, membuat Cicak tergeragap dan menjawab :”Aku sedang menunggu nyamuk tapi belum pernah dapat!”. Oh, kamu sebaiknya makan yang biasa kamu cari saja, Cicak! Biar aku yang makan jentik-jentiknya. Dan lagi, sudah lama ya kamu berjaga di sini?”, kata Kodok Ijo memberi saran kepada Cicak.

“Nggak juga! Aku kan hanya ingin merasakan nyamuk seperti yang dinyanyikan anak-anak TK. Sehingga sampailah aku di tempat ini. Selama ini sih, aku dapat makanan dari anak-anak yang tercecer di kelas atau tempat bermain, karena mereka kan baru belajar makan mandiri!”, jelas si Cicak. “Temanmu banyak, ya Cicak? Kalau aku tinggal sendirian karena teman-temanku banyak ditangkap manusia untuk dijadikan santapan. Aku berhasil lari dan bersembunyi di sepanjang got di komplek perumahan ini. Dan ternyata lumayan, gotnya cukup bersih dan banyak nyamuk bertelur!”, cerita si Kodok Ijo sedikit memelas. “Kalau aku, temanku banyak karena tidak diburu manusia, dan aku bisa sembunyi di celah-celah yang aman”, jelas si Cicak. Kodok Ijo dengan matanya berkaca-kaca melanjutkan ceritanya :”Dulu temanku juga banyak sekali, karena tempat kita ini tadinya berupa persawahan yang luas. Menurut tetuaku, persawahan itu sangat luas dan hidup berbagai hewan air termasuk ular yang juga memangsa kelompokku. Ketika kemudian berubah menjadi kawasan perumahan, terjadi pengurugan lahan, dan sejak itu Kodok Ijo banyak terbunuh. Beruntung, kelompok biangku berhasil lari menyelamatkan diri. Disamping perburuan oleh manusia untuk diperdagangkan sebagai bahan santapan, manusia yang semakin banyak juga membuat kami punah karena got menjadi jorok dan banyak beracun. Sewaktu kami masih banyak, di malam hari kami selalu bernyanyi bersama. Orang bilang kami ber”ngorek” sehingga ada lagu tentang Kodok!”. Yang tiba-tiba memancing Cicak nyeletuk :”Coba kau nyanyikan lagumu itu, biar aku tahu!”.

       Dengan sedikit tersenyum dan tertawa kecil, Kodok Ijo kemudian bernyanyi :”Kodok ngorek…Kodok ngorek,,,ngorek pinggir kali. Teot teblung…teot teblung…teot…teot teblung. Bocah pinter…bocah pinter…besuk dadi dokter”. Cicak sambil mengibaskan ekornya pertanda sangat suka, memberikan komentar :”Oei, lagumu bagus lho Kodok Ijo!”. Sambil membanggakan diri, Kodok Ijo menyambung ceritanya :”Ya, tetapi sekarang aku tidak pernah bernyanyi atau ber”ngorek” lagi, di samping karena sendirian, juga takut diketahui manusia atau ular yang kemudian memburuku. Maka aku hanya sembunyi terus sambil mencari serangga makananku. Aku paling suka makan jentik-jentik lho, Cicak! Jadi kamu tidak akan sempat mencoba makan nyamuk dari sepanjang got ini. Manusia mestinya berterimakasih kepadaku dan kawan-kawanku, karena nyamuk sudah kuberantas sejak baru menjadi jentik-jentik”.

       Sedang asyiknya mereka berdua bersantai ria di pagi hari, tiba-tiba air got berombak cukup mengagetkan. Kodok Ijo dan Cicak sempat terjengkang dari tempatnya. Kodok Ijo sangat paham suasana demikian. “Cicak…., mungkin orang-orang sedang kerja bakti keruk-keruk got, Aku harus menyelamatkan diri, lari dari tempat ini! Aku harus segera mencari tempat yang aman!”, seru Kodok Ijo dengan tergopoh-gopoh dan segera lari dengan berenang.

       Dengan perasaan iba, Cicak berteriak kepada Kodok Ijo yang sudah menjauh :”Selamat ya Kodok Ijo, semoga kamu dapat tempat yang aman dan nyaman. Semoga kamu ketemu teman-temanmu di tempat yang membahagiakan! Sambil menitikkan air matanya, Cicak terus mengamati Kodok Ijo yang berenang semakin menjauh dari pandangannya. Setelah hilang dari penglihatannya, Cicak pun segera beringsut menyembunyikan diri dan siap lari ke pelataran TK untuk mencari makanan anak-anak yang tercecer, sembari terus berdoa bagi keselamatan si Kodok Ijo, sahabat barunya yang tiba-tiba terputus dan berpisah. ***** Bekasi, pertengahan September 2022.

Selasa, 30 April 2024

Sedekah Itu Obat

Pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 saya bertugas sebagai Kepala Penjualan di Pertamina Unit Pemasaran (UPms) VII Makassar yang sebelumnya bernama Ujung Pandang dengan wilayah kerjanya meliputi seluruh Pulau Sulawesi. Salah satu agenda acara di luar kedinasan tetapi penting dalam rangka membina ukhuwah sesama karyawan/karyawati perusahaan beserta keluarganya adalah mengadakan salat tarawih bersama pada bulan suci Ramadan. Tempatnya di aula Gedung Serba Guna Pertamina UPms VII Makassar selama satu bulan penuh. Acaranya, untuk hari-hari tertentu dimulai dengan salat Maghrib dan berbuka puasa bersama (bukber) untuk seluruh karyawan dan dilanjutkan dengan salat tarawih. Tetapi acara utamanya adalah salat Isya dan tarawih bersama selama sebulan penuh. Sebelum salat tarawih didahului dengan acara ceramah agama oleh para Da’i yang berganti-ganti setiap hari dengan topik yang berbeda-beda pula. Pernah ada ceramah dengan topik kesehatan yang isinya saya ingat betul dan berusaha terapkan dalam praktek sampai sekarang. Ceramah itu diberi judul “Sedekah Itu Obat”. Sang Penceramah bercerita bahwa dia pernah sekolah di pesantren di Pulau Jawa. Suatu ketika dia menderita sakit sehingga tidak bisa masuk sekolah selama beberapa hari. Kepala Pesantren kemudian mengunjungi ke kamarnya, mengelus-elus badannya lalu memberikan minum madu beberapa sendok. Begitu juga pada hari berikutnya, dan ternyata sembuh sehingga bisa masuk sekolah kembali. Sejak itu sang Ustaz percaya bahwa madu adalah obat. Beberapa lama kemudian dia sakit lagi, lalu Kepala Pesantren menjenguk dan seperti biasanya kepada dia diberikan minum madu, tetapi ternyata penyakitnya belum juga sembuh. Kepala Pesantren kemudian menanyakan, orangtuanya kirim uang berapa rupiah setiap bulan dan untuk apa saja. Sisa uang yang masih ada kemudian diperintahkan untuk membeli beras dengan dibantu teman-temannya. Beras itu diperintahkan dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan ukuran tertentu kemudian disuruh bagikan sebagai sedekah ke tetangga dekat pesantren yang dianggap kurang mampu. Dan alhamdulillah kata sang Ustaz, ternyata kemudian sembuh dari penyakitnya yang sudah diderita selama beberapa hari. Sejak itu, kata Ustaz, dia percaya bahwa sedekah adalah obat. Materi ceramah itu saya ingat betul, ceramah yang singkat tetapi sangat membimbing dan mengingatkan setiap orang yang mempercayainya dan beriman serta bertaqwa kepada Allah subhanahullah taala. Pada bulan Ramadan tahun berikutnya saya yang menderita sakit. Semula saya anggap biasa saja dan tetap masuk kerja seperti biasa. Ternyata, penyakit yang semula saya anggap biasa, hanya batuk pilek, tetapi kemudian suhu badan terasa naik dan saya terkapar di sofa ruang tamu tempat kerja saya. Sekretaris yang mengetahui, kemudian memanggil dokter perusahaan. Setelah diperiksa, saya diberi obat dan juga diberikan surat istirahat karena sakit. Dan alhamdulillah saya kemudian teringat ceramah tarawih pada Ramadan tahun lalu, bahwa sedekah adalah merupakan obat. Maka segera saya teringat ada teman kuliah yang beberapa waktu yang lalu berkirim surat melalui pos, minta batuan untuk anaknya yang mau masuk SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Juga ada teman bersurat yang butuh bantuan untuk modal usaha. Dalam perjalanan pulang saya sempatkan mampir ke Kantor Pos untuk kirim uang melalui poswesel kepada dua alamat ke dua sahabat tersebut. Pada waktu itu kirim uang melalui poswesel adalah cara yang paling aman. Dan benar, perpaduan antara obat dari Dokter yang langsung saya minum disertai dengan sedekah langsung, telah membuat saya sembuh seketika, badan langsung terasa enak. Sebuah kenangan nyata yang selalu menjadi pengingat bagi saya, bahwa dari harta yang kita miliki ada sebagian merupakan hak untuk fakir-miskin dan orang-orang yang sedang membutuhkan. Mampu memiliki harta kekayaan dan mau bersedekah, Insya Allah akan menjauhkan kita dari penyakit, dan itulah doa kita!*****Bekasi, Ramadan 1445 H/April 2024

Kamis, 26 Januari 2023

Beras Porang

Presiden Jokowi di Pengolahan Porang di Madiun. (Sumber: BPMI Sekretariat Presiden)

Bermula di acara suatu siaran TV. Beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah dikabarkan menghasilkan budi daya tanam tumbuhan yang bernama porang. Apabila melihat jenis tumbuhannya, jadinya teringat di kampung halaman saya di desa Benjeng, Kabupaten Gresik. Jenis tanaman itu tumbuh liar dan dikenal sebagai gaceng yang sering disebarkan isu sebagai makanan ular. Oleh karena itu kalau sedang main sepakbola dan bolanya terpental ke semak-semak yang banyak tanaman gaceng, umumnya takut mengambil karena dikhawatirkan benar ada ular di lingkungan tersebut. Menurut cerita para orangtua, tanaman gaceng atau porang ini pernah menjadi makanan alternatif pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 sampai dengan 1945. Karena bahan makanan banyak diangkut oleh tentara Jepang, maka berbagai upaya dilakukan untuk mencari jenis makanan pengganti. 

Tanaman Porang di Kawasan Hutan Situbondo. (Sumber: Momentum.com)


Nampaknya tentara pendudukan Jepang tertarik dengan umbi porang tersebut dan mungkin kemudian melakukan penelitian. Maka jadilah kita menanam porang besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke berbagai negara. Sementara itu, beberapa waktu yang lalu, ramai diberitakan bahwa bantuan pangan selama masa pademi Covid-19, berasnya diisukan ada yang tercampur dengan beras plastik dan menuduh sebagai beras palsu dari Tiongkok. Boleh jadi mungkin itu beras porang. Karena anak saya yang terpengaruh iklan promosi, mencoba membeli beras porang bermerek “fukumi”. 

Berwujud menyerupai butiran beras, tetapi bening seperti plastik atau kaca dan ternyata nikmat dimakan seperti nasi setelah disedu dengan air panas. Dari berbagai sumber diperoleh informasi, bahwa porang adalah tanaman jenis herbal yang bisa tumbuh hingga setinggi 1,5 meter. Termasuk anggota genus Amorphophallus muelleri, dan dikenal juga dengan nama iles-iles kuning, atau coblok, acung atau acoan. Dengan adanya berbagai nama tersebut menunjukkan bahwa porang bisa tumbuh dengan mudah di mana-mana sehingga orang menyebutnya dengan nama berbeda-beda pula. Ternyata porang sangat bermanfaat karena mengandung karbonhidrat, protein mineral, vitamin, serat pangan dengan kandungan terbesar glukomanan yang bisa mengontrol gula darah serta menurunkan kolesterol. Juga mengandung kristal kalsium oksalat dan alkaloid. Porang juga banyak digunakan sebagai bahan baku tepung, penjernih air, kosmetik, pembuatan lem ramah lingkungan dan jelly serta komponen pesawat terbang. Dewasa ini, porang telah diekspor ke berbagai negara, yaitu Jepang, Vietnam, Tiongkok, Australia, Taiwan dan Korea Selatan. Pada tahun 2018 ekspor porang tercatat mencapai 254 ton dengan nilai ekspor sebesar Rp 11,3 milyar. Dalam rangka hilirisasi produk ekspor, pabrik pengolahan tepung porang sudah dibangun di Pasuruan, Wonogiri, Madiun, Bandung dan Maros. Presiden Jokowi menegaskan, bahwa porang merupakan harta karun yang bisa jadi masa depan Republik Indonesia. Nah, akankah kita mulai bertani menekuni budi daya tanaman porang? Kiranya, Pemerintah Pusat dan Daerah perlu menjembatani dan mendinamisir generasi muda dengan seksama dan bersungguh-sungguh agar pasar internasional tetap kita kuasai dengan produksi yang berlimpah!***** Bekasi, Januari 2023

Sabtu, 03 Desember 2022

Menjadi Juru Masak Duet Suami/Istri Bersama Kecap ABC #SuamiIstriMasak

Sebagai pensiunan, saya harus pandai-pandai mencari kesibukan agar tetap bugar fisik serta jiwa dan pikiran. Melanggengkan hobi yang ditekuni sejak usia muda adalah merupakan salah satunya yang harus tetap saya nikmati. Mengamati koleksi filateli dan membalas surat-surat sahabat pena dalam rangka tukar-menukar koleksi adalah kesibukan yang menyenangkan. Kemudian membaca dan menulis adalah merupakan rangkaian hobi untuk merawat ingatan dan menunda kepikunan karena harus selalu menumpahkan pikiran dan memutar kembali segala ingatan yang pernah didengar, dilihat dan dilakukan. Serta berkebun di pekarangan rumah dengan rajin menyiram dan memberikan pupuk pada tanaman hias yang warna-warni dalam upaya selalu menghibur kesegaran penglihatan serta jiwa dan pikiran. Tetapi yang menarik adalah sesekali mengikuti kesibukan di dapur sebagai asisten juru masak atau koki dadakan. Bermula dari kasus Asisten Rumah Tangga (ART) yang kerjanya hanya sepanjang pagi menjelang siang karena merangkap di beberapa rumah, terkena serangan Covid-19 dan harus pulang kampung untuk perawatan jalan. Diliburkan dan sepakat semua pekerjaan rumah-tangga dikerjakan sendiri secara gotong-royong bersama istri dan ketiga anak yang masih tinggal serumah. Saya memilih melibatkan diri dalam masak-memasak, karena menurut hemat saya itulah yang paling mudah dan enteng. Modalnya juga gampang, hanya asal ada Kecap ABC yang sudah lama dikenal di keluarga besar saya. Apalagi setelah menyaksikan youtube yang mengetengahkan kemesraan Titi Kamal-Christian Sugiono dalam kegiatan #Suami/Istri Masak. Bisa saja kita berkesimpulan, karena mesra juga di dapur maka pasangan suami/istri selebritas itu jauh dari berbagai gosip yang biasanya dipicu oleh kesukaan klayapan dan kluyuran. Apalagi dalam rangka merayakan Hari Kesetaraan Perempuan, ternyata kolaborasi suami/istri memasak ini sudah digaungkan sejak tahun 2018 dengan maksud meringankan beban kerja istri yang sudah sangat sibuk dan cukup berat. Inilah sumbangsih rutin saya dalam masak-memasak membantu istri di dapur dan yang paling saya sukai. Anak saya yang paling bungsu dan masih kuliah, sangat senang apabila saya yang membuat nasi goreng sebagai sarapan pagi. Pada hal resepnya gampang saja, ibunya yang meracik bumbu dan saya yang menggoreng dengan memainkan olah gerak tangan disertai cipratan Kecap ABC untuk memerahkan nasi goreng yang katanya selalu nikmat bersama telur ceploknya. Dan yang lebih mudah lagi kalau sedang memasak tahu goreng. Semua takut terkena percikan minyak goreng sewaktu menurunkan tahu mentah ke penggorengan, maka sayalah yang mengemban tugas itu. Semua berteriak memanggil saya untuk bertugas menggoreng, sekaligus saya buat sambal kecap dengan irisan cabe rawit, oh…, alangkah nikmatnya. Merajang cabe rawit dan meramu dengan Kecap ABC adalah merupakan pekerjaan seni memasak sederhana yang menghibur terutama di kala perut sudah merasa lapar. Satu lagi yang sangat disukai di keluarga saya yaitu ketika memasak ikan bandeng, ikan mujair, ikan kembung, ikan cumi atau ikan nila. Ikan itu biasanya dipanggang melalui perkakas pemanas tevlon happycall tanpa dibumbui apa pun, karena kemudian dinikmati dengan sambal Kecap ABC yang dipadu dengan irisan bawang merah, bawang putih, tomat dan cabe rawit yang disiapkan sang istri. Dengan ditemani lalap labu siyem, kacang panjang atau yang lain dan direbus, wah….., bukan main nikmatnya! Tetapi ada yang lebih mudah lagi dan cepat apabila sesekali memasak sate. Beli daging kambing tanpa lemak, lalu dipotong-potong seukuran sate. Daging tersebut bisa diaduk dengan Kecap ABC, atau langsung dipanggang dalam tevlon happycall yang sebelumnya telah diolesi minyak goreng. Bersamaan itu dibuat sambal Kecap ABC yang diramu dengan irisan bawang merah dan cabe rawit serta tomat. Tentu saja , yang mahir mengiris bawang merah dan cabe rawit adalah nyonya rumah. Sedangkan saya yang membakar sate dan hanya mengaduk sambalnya, maka jadilah “sate Madura ala masakan suami/istri di dapur rumah sendiri”. Ada resep untuk menjaga kebugaran tubuh agar hidup sehat sampai usia lanjut, yaitu cukup istirahat, hindari stress dan berolahraga rutin sesuai kemampuan, serta menjaga pola makan dengan nutrisi yang sehat. Lalu ada nasihat yang sangat penting terutama pada masa gawatnya pandemi Covid-19 yang lalu. Bunyi nasihat tersebut :”Kesehatan itu ada di dapur sendiri!”. Itu artinya, kita dianjurkan sebaiknya memasak sendiri di rumah. Dan tidak perlu khawatir, karena Kecap ABC bisa membantu dan menemani kita sebagai suami/istri menjadi juru masak atau koki yang sukses di rumah sendiri!*****